Sayangnya, biaya yang begitu besar ini sering kali menimbulkan berbagai masalah, mulai dari korupsi, politik uang, hingga manipulasi hasil suara. Akibatnya, proses demokrasi yang seharusnya murni dan bersih justru sering kali tercoreng oleh berbagai praktik yang tidak sehat.
Apa yang bisa kita pelajari dari pemilihan Paus Fransiskus adalah bahwa proses pemilihan pemimpin tidak harus selalu mahal dan rumit. Bayangkan jika Indonesia bisa menerapkan model pemilihan yang lebih sederhana dan efisien.
Jika biaya triliunan rupiah yang biasanya dihabiskan untuk pemilu bisa dihemat, uang tersebut bisa dialokasikan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat, seperti pendidikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur.
Lebih dari itu, pemilihan yang lebih sederhana juga dapat meminimalisir praktik korupsi dan politik uang yang sering kali merusak proses demokrasi.
Tentu, Indonesia adalah negara dengan sistem demokrasi yang berbeda dengan Vatikan, tetapi itu tidak berarti kita tidak bisa belajar dari efisiensi dan ketulusan proses pemilihan di sana.
Ada nilai-nilai yang bisa kita ambil, yaitu bahwa pemilihan pemimpin harus didasarkan pada integritas, kecakapan, dan komitmen untuk melayani rakyat, bukan pada seberapa besar biaya yang bisa dikeluarkan untuk kampanye.
Refleksi dari Kunjungan Paus Fransiskus: Menguatkan Nilai-Nilai Kebangsaan
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia bukan hanya peristiwa keagamaan, melainkan sebuah peristiwa kebangsaan yang mengajarkan banyak hal. Kesederhanaan, toleransi, dan efisiensi adalah tiga hal penting yang bisa kita refleksikan dari kunjungan ini.
Di tengah tantangan besar yang dihadapi Indonesia, baik dalam hal politik, ekonomi, maupun sosial, ketiga nilai ini bisa menjadi fondasi kuat untuk memperbaiki bangsa kita ke depan.
Di satu sisi, kita bisa merenungkan kesederhanaan Paus Fransiskus sebagai bentuk kritik terhadap gaya hidup mewah yang sering kali dipertontonkan oleh para pejabat publik kita.
Para pemimpin, baik di level nasional maupun daerah, seharusnya lebih fokus pada upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat ketimbang menikmati fasilitas mewah. Di sisi lain, kita juga harus memperkuat komitmen kita pada toleransi antarumat beragama.