Tubuhnya yang dulu sehat dan bugar, kini mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan dan sakit. Ardi sering mengeluh sakit kepala, nyeri punggung, dan matanya terasa kering.
Dokter yang memeriksa Ardi memberikan peringatan kepada orang tuanya. "Ardi harus mengurangi penggunaan HP dan lebih banyak beraktivitas fisik. Jika tidak, kesehatannya akan semakin memburuk," kata dokter dengan tegas.
Orang tua Ardi pun mulai khawatir dan mencoba membatasi waktu penggunaan HP-nya.
Namun, usaha itu tidak mudah. Ardi sudah sangat kecanduan dengan HP-nya. Ia sering kali mengabaikan peringatan orang tuanya dan diam-diam menggunakan HP saat mereka tidak memperhatikannya.
Ardi menjadi semakin malas untuk bekerja atau belajar. Ia lebih memilih menghabiskan waktu dengan HP-nya daripada melakukan hal-hal yang lebih produktif.
Suatu hari, guru di sekolah Ardi memanggil orang tuanya untuk berbicara tentang perilaku dan prestasi Ardi yang semakin menurun.
"Anak Anda sangat berbakat, tapi akhir-akhir ini dia terlihat sangat malas dan tidak bersemangat.
Nilainya pun menurun drastis," kata guru dengan nada prihatin. Orang tua Ardi hanya bisa mengangguk dan berjanji akan mencari solusi untuk masalah ini.
Setelah pertemuan dengan guru, orang tua Ardi memutuskan untuk mengambil tindakan tegas. Mereka menyimpan HP Ardi dan memberinya jadwal ketat untuk belajar dan beraktivitas fisik.
Pada awalnya, Ardi sangat marah dan memberontak. Namun, perlahan-lahan, ia mulai menerima peraturan baru tersebut.
Ardi mulai berusaha mengisi waktunya dengan hal-hal yang lebih bermanfaat. Ia kembali belajar dengan tekun dan bermain bersama teman-temannya di luar rumah. Meskipun tidak mudah, Ardi mulai merasakan perubahan positif dalam hidupnya. Ia merasa lebih sehat, lebih bersemangat, dan prestasinya di sekolah pun perlahan membaik.