Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Harga-Harga Naik

9 Mei 2024   14:16 Diperbarui: 9 Mei 2024   14:19 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://infopublik.id/kategori/nusantara/786636/pedagang-resah-pembeli-mengeluh-harga-beras-terus-naik

Suatu hari, seberkas berita menerpa negara Konoha seperti badai tak terduga. Harga BBM, bahan bakar yang sangat diperlukan untuk menggerakkan mesin-mesin pertanian dan transportasi, melonjak tanpa ampun.

Pemerintah memutuskan untuk menghapus subsidi bensin, menaikkan harganya secara signifikan. Bagi rakyat jelata yang hidup dalam keterbatasan ekonomi, ini adalah pukulan yang tak terduga.

Dampaknya segera terasa. Petani yang mengandalkan mesin pertanian untuk membajak ladang mereka, sekarang harus mempertimbangkan dengan cermat setiap liter bensin yang mereka gunakan.

Beberapa di antara mereka terpaksa kembali ke cara-cara tradisional, menggunakan sapi atau kerbau untuk mengolah ladang mereka, meskipun hal ini jauh lebih lambat dan lebih melelahkan. Produktivitas mereka menurun, sementara upah hasil panen tetap sama.

Para pekerja harian yang mengandalkan transportasi umum untuk mencari pekerjaan di kota-kota terdekat juga merasakan beban yang tak terbayangkan. Biaya transportasi naik, tetapi penghasilan mereka tetap stagnan.

Bagi yang memiliki pekerjaan sementara, mungkin mereka harus memilih antara membayar biaya transportasi yang mahal atau menyisihkan sebagian besar pendapatan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kesulitan mencari kerja juga semakin terasa tajam. Dengan biaya hidup yang naik dan daya beli yang menurun, perusahaan-perusahaan cenderung berhemat dan mengurangi jumlah pekerja.

Para pencari kerja terpaksa bersaing dalam persaingan yang semakin ketat untuk mendapatkan pekerjaan yang jarang dan kadang-kadang tidak sebanding dengan upah yang ditawarkan.

Di tengah-tengah penderitaan ini, ada keluarga-keluarga yang terpaksa memangkas pengeluaran mereka hingga ke titik terendah. Mereka mungkin harus membatalkan rencana pendidikan anak-anak mereka, menunda perawatan kesehatan yang sangat dibutuhkan, atau bahkan mengorbankan makanan yang cukup untuk makan sehari-hari. Kehidupan mereka menjadi semakin pahit, dipenuhi dengan rasa tidak pasti dan kecemasan akan masa depan.

Di tengah kemelut yang semakin kompleks, rakyat jelata terus merasakan tekanan yang tak kunjung reda. Kenaikan harga beras yang tak terelakkan membuat beban hidup mereka semakin berat.

Setiap kali mereka pergi ke pasar, harga-harga yang terpampang di papan tulis seakan menjadi pengingat kejam akan keterbatasan ekonomi yang mereka hadapi.

Lapangan kerja yang minim dan ketidakpastian akan masa depan menyulitkan mereka untuk menemukan mata pencaharian yang layak. Usaha keras untuk mencari nafkah seringkali berakhir dengan hasil yang minim, bahkan ketika mereka mencoba mengambil risiko dengan menjual kayu, hasil alam, atau melakukan pekerjaan informal lainnya.

Ironisnya, usaha mereka untuk bertahan hidup seringkali malah dihambat oleh kebijakan dan penegakan hukum yang tidak bersahabat, membuat mereka menjadi sasaran empuk dari ketidakadilan sistem.

Ketika harapan mereka beralih kepada pemilihan presiden, keyakinan mereka dihantui oleh kenyataan pahit bahwa permainan politik yang dipenuhi oleh elit-elit kekuasaan telah mengaburkan suara rakyat.

Orang-orang yang diharapkan untuk membawa perubahan seringkali kalah dalam pertarungan yang dipenuhi intrik dan kepentingan pribadi. Dalam ketidakpastian politik ini, rakyat jelata menjadi korban dari pertarungan kekuasaan yang jauh di atas kepala mereka.

Dalam kondisi seperti ini, kelangsungan hidup menjadi sebuah pertanyaan besar. Bagaimana mungkin rakyat jelata bisa bertahan dan memperbaiki nasib mereka dalam sistem yang tampaknya bertumpu pada kepentingan segelintir elit?

Bagaimana mereka bisa melanjutkan perjuangan mereka untuk hidup dengan martabat, ketika setiap langkah yang mereka ambil tampaknya dihalangi oleh rintangan yang tak terhitung jumlahnya?

Mereka mungkin terjepit di antara kebijakan yang tak adil dan politik yang menjemukan, tetapi mereka tidak akan menyerah begitu saja. Dengan kekuatan solidaritas dan tekad yang bulat, mereka terus maju, menantang status quo yang tidak adil, dan berusaha untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri dan generasi mendatang.

Mungkin hari-hari yang sulit masih menanti mereka di depan, tetapi dengan semangat yang tidak pernah padam, mereka akan terus melangkah maju, mencari jalan keluar dari labirin kesulitan yang menghimpit. Karena pada akhirnya, di balik kegelapan paling dalam pun, selalu ada sinar terang yang menunggu untuk disambut.

Meskipun harga bensin naik, harga beras naik, harga-harga lain juga pada naik, sementara penghasilan mereka tetap ataupun susah mendapatkan kerja, mereka menolak untuk menyerah pada keputusasaan.

Dengan tekad yang teguh dan semangat yang tidak padam, mereka melangkah maju, menghadapi tantangan demi tantangan dengan keberanian dan ketabahan yang luar biasa.

Mungkin suatu hari nanti, harga bensin akan kembali stabil, dan kehidupan akan menjadi lebih mudah bagi mereka. Tetapi sampai saat itu tiba, rakyat jelata itu akan terus berjuang, menempuh perjalanan panjang melalui badai penderitaan dan kesulitan, dengan harapan dan impian mereka sebagai pemandu yang teguh.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun