Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gerakan Menanam Sendiri

11 Maret 2024   13:51 Diperbarui: 11 Maret 2024   13:57 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah kelangkaan dan lonjakan harga-harga di pasar yang merangkak naik, masyarakat kelas bawah harus berpikir kreatif untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan mereka. Salah satu solusi yang muncul adalah gerakan menanam sendiri.

Dalam situasi di mana harga cabai, sayuran, pisang, dan berbagai bahan makanan lainnya menjadi semakin mahal dan sulit dijangkau, menanam sendiri menjadi pilihan yang bijaksana.

Pada suatu sore yang cerah, seorang ibu rumah tangga di desa kecil memandang tanaman-tanaman di kebun belakang rumahnya dengan senyum puas.

Dia telah menggunakan setiap inci ruang yang tersedia untuk menanam berbagai jenis tanaman, mulai dari cabai dan sayur-sayuran hingga pisang dan tanaman buah-buahan lainnya. Meskipun lahan yang dimiliki tidak terlalu luas, dia berhasil memanfaatkannya dengan baik.

Berpikir cerdas, dia tidak hanya menanam tanaman di tanah, tetapi juga menggunakan polybag, karung goni, dan plastik bekas lainnya untuk menanam. Setiap sudut halaman rumahnya dimanfaatkan untuk kegiatan bertani.

Di sudut teras depan, dia menanam beberapa pot sayuran hijau, sementara di sisi belakang rumah, tanaman tomat dan cabai merah merekah dengan subur.

Ketika dia melihat harga cabai dan sayur-sayuran di pasar lokal yang terus melambung, dia merasa lega karena memiliki persediaan sendiri di rumah. Tanaman yang dia tanam sendiri tidak hanya memberikan solusi untuk masalah keuangan keluarganya, tetapi juga memberikan kepuasan tersendiri karena bisa memanen hasil jerih payahnya sendiri.

Tidak hanya itu, ibu rumah tangga itu juga bijaksana dalam memilih jenis pupuk yang digunakan. Selain pupuk kandang, dia juga menggunakan air kencing sebagai pupuk organik untuk tanaman-tanamannya.

Menyadari bahwa pupuk yang dijual di pasar tidak hanya mahal tetapi juga tidak selalu sehat untuk tanaman dan lingkungan, dia memilih untuk menggunakan alternatif alami yang lebih ramah lingkungan.

Saat ini, ibu rumah tangga itu duduk di teras rumahnya, menikmati suasana senja yang tenang sambil memandang kebun belakang yang hijau subur. Dia merasa bangga dan puas dengan apa yang telah dia capai.

Gerakan menanam sendiri bukan hanya sekedar cara untuk menghemat uang, tetapi juga merupakan langkah nyata menuju keberlanjutan dan kemandirian pangan.

Melalui keputusan sederhana untuk menanam sendiri, dia telah memberikan contoh yang berharga bagi masyarakat sekitarnya. Dia percaya bahwa dengan kerja keras dan kreativitas, setiap orang dapat menciptakan perubahan positif dalam hidup mereka sendiri, bahkan di tengah tantangan ekonomi yang sulit seperti saat ini.

Dengan semangat itu, dia berharap bahwa lebih banyak lagi orang yang akan bergabung dengannya dalam gerakan menanam sendiri, menjadikan masyarakat yang lebih mandiri dan berkelanjutan sebagai hasilnya.

Gerakan menanam sendiri, sebuah inisiatif yang seharusnya dilakukan di seluruh Indonesia, membawa dampak positif yang signifikan pada masyarakat. Inisiatif ini tidak hanya tentang menanam tanaman untuk memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga tentang menciptakan perubahan dalam pola pikir dan gaya hidup masyarakat secara keseluruhan.

Di sebuah desa kecil yang terletak di pedalaman Indonesia, sekelompok warga berkumpul di lapangan terbuka untuk mengadakan pertemuan komunitas. Mereka duduk bersila di bawah pohon rindang, membahas rencana untuk melaksanakan gerakan menanam sendiri di desa mereka. Suasana kebersamaan dan semangat gotong royong begitu kental terasa di antara mereka.

Salah seorang tokoh masyarakat yang duduk di tengah-tengah mereka, memegang secarik kertas yang berisi poin-poin penting dari gerakan ini. "Pertama-tama, kita ingin memanfaatkan semua lahan kosong yang ada di desa kita," ujarnya dengan penuh semangat. "Banyak lahan yang tidak terpakai di sekitar kita, dan kita harus memanfaatkannya sebaik mungkin untuk kepentingan bersama."

Para warga mengangguk setuju, menyadari bahwa tanah yang tidak dimanfaatkan secara optimal adalah pemborosan sumber daya yang tidak perlu. Dengan menanam sendiri, mereka dapat mengubah lahan-lahan kosong tersebut menjadi kebun-kebun yang produktif, menyediakan sumber makanan yang cukup untuk seluruh komunitas.

"Kedua, dengan menanam sendiri, kita dapat membantu mengatasi masalah harga sayuran dan buah-buahan yang tidak terjangkau oleh kebanyakan orang," lanjut tokoh masyarakat tersebut. "Dengan memiliki sumber makanan sendiri, kita tidak lagi tergantung pada harga pasar yang fluktuatif."

Para warga mengangguk setuju, menyadari bahwa dengan menanam sendiri, mereka dapat mengurangi beban keuangan yang mereka hadapi sehari-hari. Mereka tidak perlu lagi khawatir tentang harga yang terus melambung tinggi di pasar, karena mereka memiliki persediaan sendiri di halaman rumah mereka.

"Ketiga, gerakan menanam sendiri juga akan membantu mengatasi masalah kecenderungan malas dan mager di rumah," sambung tokoh masyarakat itu. "Dengan memiliki kebun sendiri untuk diurus, kita akan terpacu untuk tetap aktif dan produktif."

Para warga mengangguk setuju, menyadari bahwa menanam sendiri tidak hanya tentang memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga tentang mengembangkan keterampilan dan kebiasaan yang sehat. Mereka percaya bahwa dengan memiliki kebun sendiri, mereka akan menjadi lebih mandiri dan bertanggung jawab dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

"Keempat, gerakan menanam sendiri akan memberikan pelajaran kepada para pedagang agar tidak mematok harga yang tidak masuk akal," lanjut tokoh masyarakat tersebut dengan serius. "Dengan memiliki persediaan sendiri, kita tidak lagi tergantung pada mereka, dan mereka harus bersaing dengan harga yang lebih wajar."

Para warga mengangguk setuju, menyadari bahwa dengan memiliki sumber makanan sendiri, mereka memiliki kekuatan untuk menuntut harga yang adil dan terjangkau dari para pedagang. Mereka tidak lagi menjadi korban dari inflasi yang tidak terkendali dan praktik harga yang tidak adil.

"Kelima, gerakan menanam sendiri akan mempromosikan kesehatan yang lebih baik melalui makanan organik yang kita hasilkan sendiri," tambah tokoh masyarakat tersebut. "Dengan mengonsumsi makanan yang bersih dan alami, kita dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan kita secara keseluruhan."

Para warga mengangguk setuju, menyadari bahwa makanan organik memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh dan lingkungan. Mereka yakin bahwa dengan menanam sendiri, mereka dapat memastikan bahwa makanan yang mereka konsumsi bebas dari bahan kimia dan pestisida berbahaya.

Dengan semangat yang menyala-nyala, para warga desa tersebut berkomitmen untuk melaksanakan gerakan menanam sendiri dengan penuh tekad dan kesungguhan. Mereka percaya bahwa melalui kerja keras dan kerjasama, mereka dapat menciptakan perubahan positif dalam kehidupan mereka sendiri dan membangun masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun