Di sebuah desa kecil yang terletak di pedalaman Indonesia, para penduduknya merasakan dampak langsung dari ketidakstabilan harga-harga kebutuhan pokok. Setiap pagi, ketika sang fajar mulai muncul di ufuk timur, warga desa itu berkumpul di pasar tradisional mereka, dengan harapan akan menemukan harga yang terjangkau untuk beras dan sayuran.
"Apakah kau dengar? Harga sayuran kini sudah melambung tinggi, tidak masuk akal!" ujar seorang ibu rumah tangga, sambil memegang seikat kacang hijau dengan wajah penuh keheranan.
"Itu benar. Bahkan sawi, kol, buncis, wortel, pare, katu, semuanya harganya meroket," jawab seorang pedagang sayur dengan nada yang penuh penyesalan.
Di sudut pasar, terdapat seorang lelaki tua yang duduk di antara tumpukan buah-buahan. Dia adalah Pak Surya, pedagang buah yang telah menjalani profesi ini selama puluhan tahun.
"Masak sayuran kacang saja sudah melewati 50 ribu per kilonya. Bagaimana masyarakat kecil seperti kita bisa bertahan?" ujar Pak Surya dengan suara parau.
Rasa prihatin tergambar jelas di wajah para pembeli yang mendengarkan keluhan Pak Surya. Mereka tahu bahwa tidak hanya sayuran yang harganya melonjak, tetapi juga barang-barang lainnya.
"Ya, benar sekali, Pak Surya. Harga-harga barang sekarang tidak lagi masuk akal. Setiap kali ada pengumuman dari pemerintah tentang kenaikan harga BBM, harga-harga di pasar langsung melambung tinggi. Padahal, kita semua tahu bahwa kebijakan pemerintah seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan rakyat kecil seperti kita," ujar seorang bapak yang berdiri di samping Pak Surya.
"Bahkan begitu ada kabar bahwa gaji PNS akan naik, harga-harga di pasar langsung ikut naik. Padahal, kenaikan gaji itu masih bulan depan, dan tidak sebanding dengan kenaikan harga barang yang sudah melambung tinggi," tambah seorang ibu yang sedang membeli buah.
Pasar yang seharusnya menjadi tempat bertransaksi yang riang gembira, kini dipenuhi oleh kegelisahan dan kekhawatiran. Para pedagang yang biasanya ramah dan ceria, kini terlihat lesu dan penuh beban.
"Bagaimana ini bisa terjadi, Pak Surya?" tanya seorang anak muda yang baru saja bergabung dalam percakapan.
Pak Surya menghela nafas panjang sebelum menjawab, "Ini semua karena sistem yang tidak adil. Harga-harga barang naik tidak lagi didasarkan pada kebutuhan dan ketersediaan, melainkan lebih kepada kepentingan para spekulan yang ingin meraup keuntungan besar. Dan yang paling disayangkan, pemerintah terlihat tidak mampu atau tidak mau melakukan apa pun untuk mengatasi masalah ini."