Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mager

8 Januari 2024   07:37 Diperbarui: 8 Januari 2024   07:48 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, ketika masih kecil, hidup terasa begitu menyenangkan. Kenikmatan hidup terletak pada kesederhanaan saat itu. Bermain bersama, membatu orang tua, berteman dan keluyuran serta juga terkadang ikut pesta bersama.

Bermain di lumpur, memainkan bola kaki yang bolanya terbuat dari buah jeruk besar yang dibalut karet alam, serta berseluncur di tanah becek adalah momen yang begitu mengasyikkan.

Keseruan tak terbatas pada satu jenis permainan, melainkan beragam permainan yang jumlahnya tak jarang mencapai puluhan bahkan ratusan.

Seperti bermain karet gelang sambil taruhan, berenang di Sungai sampai sore, bermain buah karet alam sambil taruhan, beramin tali dengan loncat-loncat, bermain sembunyi dan juga lintas alam.

Bahkan terkadang membuat rumah-rumahan, masak-memasak, main telpon-telponan dengan kaleng yang dihubungkan dengan benang, dan membuat mainan dari kayu serta tangkai daun ubi.

Namun, di zaman dewasa ini, permainan-permainan semacam itu sulit ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Penggantinya hadir dalam sebuah perangkat bernama ponsel. Segala bentuk kesenangan dan hiburan kini tersemat dalam gawai kecil tersebut.

Bahkan bentuk permainannya sangat bervariasi, sehingga terkadang menyulut emosi dan juga membuat anak-anak lupa waktu dan malas bergerak. Kalau di suruh orang tuanya dia akan menjawab ya Mak, sebentar, atau nanti dulu.

Bahkan parahnya ada yang marah karena permainan onlinenya terganggu dan kalah. Mereka akan marah dan akan membentak orang tuanya. Sungguh suatu perbuatan yang dulunya tidak pernah kita lakukan.

Kata-kata mereka juga meluncur dengan kosa kata tidak senonoh seperti; anjing, babi, setan, bangsat, bodoh dan segala macamnya.

Anak-anak lebih cenderung memilih untuk terpaku pada layar ponsel daripada bergerak aktif di luar rumah. Di mana-mana kita bisa melihat anak-anak muda bahkan pada usia sekolah pun ada yang tidur sepanjang hari.

Konsekuensi pertama dari tren ini adalah semakin bertambahnya tingkat keengganan anak-anak untuk bergerak atau melakukan aktivitas fisik. Mereka cenderung terperangkap dalam gaya hidup yang kurang aktif dan lebih pasif.

Tidak jarang kita mendengar anak-anak pada usia muda bahkan 20 tahun yang menderita kolesterol, darah tinggi dan penyakit gula karena mereka mager, tidak olah raga dan sangat kurang bergerak. Penyakit-penyakit yang timbul akibat kondisi ini akan membawa konsekuensi meninggal di usia relatif muda.

Yang lebih memprihatinkan, dampaknya juga menyentuh pada pola kerja orang dewasa. Sebagian dari mereka, seolah menjadi "kalong", yang kegiatannya pada siang hari dengan tidur yang panjang, dan malam harinya baru bangun untuk bergelut dengan pekerjaan tanpa henti.

Parahnya, meskipun sering dinasihati, mereka seperti tidak mengerti atau tidak peduli. Akankah ke depan bangsa manusia itu umurnya semakin pendek dan musnah dengan sendirinya? Siapa yang tahu? Meskipun hal ini mungkin saja terjadi jika generasi muda tidak merubah pola hidup mereka.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan, apakah pola kerja di masa depan akan berubah secara radikal? Apakah waktu kerja akan terbalik, di mana siang menjadi waktu untuk beristirahat dan malam menjadi waktu produktif untuk bekerja?

Tantangan ini menggarisbawahi adanya perubahan perilaku dan pola hidup masyarakat modern. Era digital telah memberikan kemudahan akses tetapi juga menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan sehari-hari.

Pertanyaan mengenai perubahan pola kerja di masa mendatang menjadi relevan dan mendorong untuk dipertimbangkan lebih dalam.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun