Yang namanya cemburu itu seperti api, dia bisa membakar apa saja, apa lagi hanya sekeping hati. Ketika seorang suami merasa kesetiaannya dikhianati, maka apa saja bisa dilakukannya …
__________________________________________________________________
Sejak beberapa hari yang lalu, perasaan cemburu mulai merayap dalam hati Tehkep terhadap istrinya, Rani. Ia merasa sangat terganggu dengan beberapa kelakuan istrinya yang menurutnya sangat merugikan. Entah itu sengaja atau tidak, tetapi perilaku Rani sungguh sangat menyakitkan bagi Tehkep.
Insidennya itu adalah urusan Dita menderita DBD, yang membuat Tehkep cemburu adalah Rani harus menunggu keponakannya, Dita, di rumah sakit. Dita terkena DBD, dan ibu Dita, yang merupakan adik kandung Rani, telah meninggal dunia beberapa bulan yang lalu, Tehkep merasa keberatan dengan situasi ini.
Yang membuatnya semakin tak suka adalah fakta bahwa suami adik Rani adalah seorang play boy, dan adiknya yang sudah meninggal karena sakit kanker usus itu bahkan hamil di luar nikah. Jadi Dita itu lahir sebelum mereka di ikat dalam perkawinan yang sah.
Tehkep tak bisa membayangkan bagaimana istrinya harus berada dalam satu ruangan dengan suami play boy tersebut selama beberapa hari dan setiap hari beberapa jam bertiga saja dengan anaknya yang sakit DBD itu.
Apa saja bisa terjadi, siapa yang melihatnya jika mereka bermain di WC atau sambil berdiri? Toh anaknya Dita kan sering tertidur karena pengaruh obat tidur yang diberikan dokter, jadi mereka punya banyak kesempatan apa lagi kamar itu VIP dan hanya ditempati mereka saja tidak ada orang lain.
"Sungguh, Rani. Apa yang kamu pikirkan dengan terus-terusan menemani mereka di rumah sakit? Lagi pula, suaminya adikmu itu benar-benar tidak bisa dipercaya," ujar Tehkep kepada istrinya saat mereka duduk di ruang tengah rumah mereka.
Rani hanya tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, sayang. Mereka adalah keluarga, dan aku ingin mendukung mereka dalam situasi sulit seperti ini. Apa lagi Dita ini kan anak almarhumah adikku. Aku tidak berbuat apa-apa kok dengan Reza Bapaknya Dita."
Namun, semakin hari, perasaan cemburu Tehkep semakin memuncak. Ia merasa istrinya terlalu baik kepada keponakannya dan ayahnya itu. Bahkan, beberapa kali Rani rela berjalan kaki dari rumah mereka atau meminta diantar ojek hanya untuk pergi ke rumah sakit tempat Dita dirawat.