Pak Christo benar-benar merasa frustrasi saat mencoba membangunkan anaknya yang masih duduk di bangku SMA. Setiap pagi, ritual yang sama terulang kembali. Ia membuka pintu kamar anaknya dengan hati-hati, rupanya tidak terkunci.
Christo berusaha tidak menggegerkan remaja yang tengah terlelap dalam mimpi-mimpinya.
"Bangun, Nak," desis Pak Christo dengan nada lembut.
Namun, anaknya hanya merenggangkan tubuhnya sedikit, lalu kembali merem.
"Kamu harus cepat bangun, sekolah sudah menunggu," lanjut Pak Christo dengan nada yang lebih keras kali ini.
Tapi anaknya masih terlihat malas-malasan di ranjangnya. Alasan utama anaknya sulit bangun adalah karena guru-gurunya jarang masuk ke sekolah. Ini membuat anaknya merasa bahwa tidak ada alasan untuk terburu-buru bangun jika tidak ada pelajaran yang menanti.
Pak Christo merasa putus asa. Ia mulai memikirkan kemungkinan memindahkan anaknya ke SMA Swasta yang dimiliki oleh seorang suster. Namun, saat melihat biaya pendidikan yang sangat tidak terjangkau, ia nyaris pingsan. Tidak mungkin baginya untuk membayar biaya sekolah sebesar itu.
Sementara dirinya tidak mempunyai penghasilan tetap. Untuk makan saja susah, apa lagi membayar biaya yang Lebih mahal dari biaya kuliah itu. Itu sih bukan sekolah untuk orang di dunia, tetapi untuk planet luar yang penghasilannya sangat tinggi.
Sebuah sekolah negeri, mendapatkan akreditasi "A" tetapi sekolahnya amburadul. Bagaimana mungkin? Pikir pak Christo. Sungguh mustahil, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Sebenernya pak Christo mengharapkan orang-orang cerdas dan peduli Pendidikan yang akan bertindak, tetapi nampaknya semua sibuk dengan urusannya masing-masing.
Sebagai seorang tukang kebun, akhirnya pak Christo mengambil inisiatif bagaimana menjadi pionir, tidak peduli dengan latar belakang dirinya yang serba kurang dalam bidang pekerjaan, Pendidikan dan keuangan.
Mengingat anaknya yang sekolah di SMA itu tidak mendapatkan apa-apa sementara dia sayang anaknya, karena dia khawatir anaknya kelak menjadi generasi yang tidak berguna, maka pak Christo akhirnya mengambil inisiatif.
Dunia ini se makin keras dan semakin keras, apa lagi sekarang AI (Artificial Intelligence) semakin dominan dalam kehidupan manusia di bidang pekerjaan dan pemikiran, sehingga pak Christo semakin yakin di masa depan itu persaingan semakin keras dan kesempatan kerja semakin sedikit. Jika dari sekarang saja bekal anak dalam bidang ilmu pengetahuan sangat kurang, maka besar kemungkinan mereka kelak juga bisa tersingkir.
Sambil duduk di ruang tengah, Pak Christo merenungkan pilihan-pilihan sulit yang harus dihadapinya. Di satu sisi, sekolah negeri tempat anaknya bersekolah saat ini memiliki guru-guru yang tidak konsisten dan tidak serius dalam mengajar. Pelajaran yang diberikan hanya mencapai sepuluh persen dari yang seharusnya. Guru-guru tampaknya lebih suka berkeliaran daripada mengajar, sedangkan murid-muridnya sibuk dengan pacaran.
"Mengapa tidak ada teguran dari dinas Pendidikan?" Pak Christo menggerutu dalam hati. "Apanya yang salah?"
Saat Pak Christo terus merenungkan masalah ini, tiba-tiba terbersit ide kocak dalam pikirannya. Ia memutuskan untuk menulis surat terbuka yang isinya mencurahkan keluh kesahnya mengenai sistem pendidikan di sekolah negeri ini. Ia membuat surat tersebut dengan bahasa yang tajam dan kocak sekaligus.
Surat tersebut segera menjadi viral di media sosial. Orang-orang mulai mengetahui masalah yang dihadapi oleh Pak Christo dan anaknya. Mereka memberikan dukungan dan mengecam kondisi sekolah negeri yang semakin memburuk.
Tidak lama kemudian, surat tersebut sampai ke meja kepala dinas Pendidikan. Kepala dinas yang tadinya acuh tak acuh mulai merasa tertekan oleh tekanan publik. Ia segera mengambil langkah tegas, memberikan peringatan kepada guru-guru yang malas dan mengambil tindakan untuk memperbaiki mutu pendidikan di sekolah negeri tersebut.
Surat itu segera berubah menjadi sebongkah batu bara yang membara di dunia maya. Berita tentang keluhan sengit Pak Christo menyebar dengan cepat, seperti api yang menjalar dalam kegelapan malam. Media sosial diramaikan dengan perdebatan yang memanas, dan orang-orang dari berbagai penjuru mulai mengetahui dengan jelas masalah besar yang dihadapi oleh Pak Christo dan anaknya.
Berita tentang kebobrokan di sekolah negeri itu sengaja pak Christo publikasi di media sosial seperti di Facebook, Instagram, X, dan Tik Tok. Beritanya sebentar saja menjadi viral, di komentari, di like, dan di share.
Begitu banyaknya perhatian publik, membuat dukungan dan kemarahan seolah menjadi gelombang tsunami yang melanda. Orang-orang yang sebelumnya mungkin tak terlalu peduli tentang pendidikan pun ikut angkat bicara. Mereka merasa marah, kecewa, dan tergugah untuk melakukan sesuatu. Pengguna media sosial mulai membagikan surat tersebut secara masif, menandai pejabat-pejabat pemerintah, dan menciptakan tagar (#JusticeForPakChristo) yang segera menjadi trending topic.
Kepala dinas Pendidikan Pusat yang sebelumnya sibuk dengan urusan proyek di dinasnya yang berjumlah triliunan rupiah dan tampak acuh tak acuh terhadap laporan-laporan tentang kondisi sekolah negeri tersebut, kini merasa tertekan oleh tekanan publik yang mendalam. Ia menyadari bahwa ia harus bertindak, atau masa jabatannya yang panjang dan nyaman bisa berakhir secara tiba-tiba.
Apalagi banyak perusahaan baru yang tiba-tiba muncul di masa jabatannya, karena memang itu perusahaannya yang dia buat semenjak dia diangkat menjadi kepala Dinas Pendidikan Pusat. Maksudnya agar proyek-proyek yang nilainya triliunan itu bagaimana caranya di dapatkan oleh perusahaannya sehingga keuntungan bisa dia atur.
Dia memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan provinsi untuk mengambil langkah yang tepat untuk segera menanganinya. Lalu kepala Dinas provinsi segera mengadakan pertemuan dan dalam pertemuan darurat yang dilangsungkan di ruangannya, kepala dinas Pendidikan provinsi memanggil semua guru-guru yang terlibat dalam laporan Pak Christo.
Ia tidak ingin masalah ini membesar dan mengancam jabatannya. Dengan nada tegas dan suara gemetar, ia memberikan peringatan keras kepada guru-guru tersebut. "Ini adalah saat terakhir kita berbicara tentang masalah ini. Jika ada keluhan serupa di masa depan, saya akan mengambil tindakan tegas!"
Tidak berhenti di situ, kepala dinas Pendidikan Pusat segera mengambil langkah tegas. Ia membentuk tim inspeksi khusus yang akan memeriksa kualitas pendidikan di sekolah negeri tersebut. Mereka akan memastikan bahwa guru-guru mengajar dengan baik dan siswa-siswa mendapatkan pendidikan yang layak.
Saat tim inspeksi datang, guru-guru yang sebelumnya malas-malasan menjadi gelisah dan ketakutan. Mereka sadar bahwa masa depan mereka bergantung pada hasil inspeksi ini. Mereka mulai mempersiapkan diri dengan serius untuk mengajar dengan lebih baik.
Pada akhirnya, perubahan nyata terjadi. Kualitas pendidikan di sekolah negeri itu mulai meningkat. Guru-guru menjadi lebih peduli dan siswa-siswa semakin bersemangat belajar. Sekolah negeri yang pernah terpuruk kini berangsur-angsur bangkit.
Akhirnya guru-guru yang malas itu menjadi rajin, sehingga dapat menjadi alat yang kuat untuk mengubah kebijakan dan memperbaiki sistem pendidikan yang buruk. Dalam cerita kehidupan Pak Christo dan anaknya, ketekunan dan perjuangan mereka, bersama dengan dukungan masyarakat, akhirnya menghasilkan perubahan yang sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan.
Berkat perjuangan pak Christo maka sekolah yang dulunya akreditasinya "A" tapi tidak belajar dan para muridnya tidak mendapatkan ilmu apa-apa itu selain KKN dan nepotisme jika memasuki suatu jenjang perguruan tinggi itu, akhirnya menjadi sekolah yang sangat disiplin dengan digantinya guru-guru di situ, selain itu juga di awasi ketat oleh dinas pendidikan.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H