Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Susah Membangunkan Anak Untuk Berangkat Sekolah

20 September 2023   06:53 Diperbarui: 3 Oktober 2023   13:37 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar  https://www.idntimes.com/hype/entertainment/jihan-khoerunnisa/rekomendasi-anime-bertema-sekolah-di-muse-indonesia-c1c2-1

Mengingat anaknya yang sekolah di SMA itu tidak mendapatkan apa-apa sementara dia sayang anaknya, karena dia khawatir anaknya kelak menjadi generasi yang tidak berguna, maka pak Christo akhirnya mengambil inisiatif.

Dunia ini se makin keras dan semakin keras, apa lagi sekarang AI (Artificial Intelligence) semakin dominan dalam kehidupan manusia di bidang pekerjaan dan pemikiran, sehingga pak Christo semakin yakin di masa depan itu persaingan semakin keras dan kesempatan kerja semakin sedikit. Jika dari sekarang saja bekal anak dalam bidang ilmu pengetahuan sangat kurang, maka besar kemungkinan mereka kelak juga bisa tersingkir.

Sambil duduk di ruang tengah, Pak Christo merenungkan pilihan-pilihan sulit yang harus dihadapinya. Di satu sisi, sekolah negeri tempat anaknya bersekolah saat ini memiliki guru-guru yang tidak konsisten dan tidak serius dalam mengajar. Pelajaran yang diberikan hanya mencapai sepuluh persen dari yang seharusnya. Guru-guru tampaknya lebih suka berkeliaran daripada mengajar, sedangkan murid-muridnya sibuk dengan pacaran.

"Mengapa tidak ada teguran dari dinas Pendidikan?" Pak Christo menggerutu dalam hati. "Apanya yang salah?"

Saat Pak Christo terus merenungkan masalah ini, tiba-tiba terbersit ide kocak dalam pikirannya. Ia memutuskan untuk menulis surat terbuka yang isinya mencurahkan keluh kesahnya mengenai sistem pendidikan di sekolah negeri ini. Ia membuat surat tersebut dengan bahasa yang tajam dan kocak sekaligus.

Surat tersebut segera menjadi viral di media sosial. Orang-orang mulai mengetahui masalah yang dihadapi oleh Pak Christo dan anaknya. Mereka memberikan dukungan dan mengecam kondisi sekolah negeri yang semakin memburuk.

Tidak lama kemudian, surat tersebut sampai ke meja kepala dinas Pendidikan. Kepala dinas yang tadinya acuh tak acuh mulai merasa tertekan oleh tekanan publik. Ia segera mengambil langkah tegas, memberikan peringatan kepada guru-guru yang malas dan mengambil tindakan untuk memperbaiki mutu pendidikan di sekolah negeri tersebut.

Surat itu segera berubah menjadi sebongkah batu bara yang membara di dunia maya. Berita tentang keluhan sengit Pak Christo menyebar dengan cepat, seperti api yang menjalar dalam kegelapan malam. Media sosial diramaikan dengan perdebatan yang memanas, dan orang-orang dari berbagai penjuru mulai mengetahui dengan jelas masalah besar yang dihadapi oleh Pak Christo dan anaknya.

Berita tentang kebobrokan di sekolah negeri itu sengaja pak Christo publikasi di media sosial seperti di Facebook, Instagram, X, dan Tik Tok. Beritanya sebentar saja menjadi viral, di komentari, di like, dan di share.

Begitu banyaknya perhatian publik, membuat dukungan dan kemarahan seolah menjadi gelombang tsunami yang melanda. Orang-orang yang sebelumnya mungkin tak terlalu peduli tentang pendidikan pun ikut angkat bicara. Mereka merasa marah, kecewa, dan tergugah untuk melakukan sesuatu. Pengguna media sosial mulai membagikan surat tersebut secara masif, menandai pejabat-pejabat pemerintah, dan menciptakan tagar (#JusticeForPakChristo) yang segera menjadi trending topic.

Kepala dinas Pendidikan Pusat yang sebelumnya sibuk dengan urusan proyek di dinasnya yang berjumlah triliunan rupiah dan tampak acuh tak acuh terhadap laporan-laporan tentang kondisi sekolah negeri tersebut, kini merasa tertekan oleh tekanan publik yang mendalam. Ia menyadari bahwa ia harus bertindak, atau masa jabatannya yang panjang dan nyaman bisa berakhir secara tiba-tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun