Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Langkanya Pertalite

19 September 2023   02:42 Diperbarui: 19 September 2023   02:58 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di suatu desa kecil yang terletak di pedalaman, hiduplah seorang pemuda bernama Rizal. Desa itu bernama Paaran, dan seperti desa-desa lainnya di daerah tersebut, mereka memiliki berbagai kesulitan dalam memperoleh bahan bakar untuk kendaraan mereka. Salah satunya adalah mencari Pertalite.

Suatu hari dia pergi ke kota tetangga sekitar 200 kilometer dari desanya dengan sepeda motor Beat-nya, ternyata sangat susah memperoleh Pertalite di SPBU, tetapi di pinggiran jalan sangat banyak orang yang menjualnya.

Pertamina mengklaim bahwa jatah Pertalite tidak berkurang, tetapi anehnya di SPBU hanya tersedia Pertamax, sama sekali kosong Pertalite. Dia tidak tahu apakah benar klaim Pertamina itu atau akal-akalan saja biar Pertalite secara perlahan akan dihentikan produknya sehingga di gantikan dengan Pertamax. Atau itu permainan SPBU saja sehingga pihak ketiga memperoleh keuntungan dengan berbagi hasil dengan SPBU?

Rizal merasa bingung dan frustrasi saat tiba di kota tetangga yang cukup jauh dari desanya itu. Tujuannya mengunjungi keluarga karena sudah lama tidak bertemu, tetapi Ketika dia pulang dan isi BBM-nya ternyata tidak ada Pertalite. Namun, ketika dia sampai di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum), dia menemui situasi yang membingungkan.

Di SPBU tersebut, dia menemukan bahwa tidak ada Pertalite yang tersedia, sementara Pertamax tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini membuatnya merasa heran, terutama setelah mendengar klaim dari Pertamina bahwa jatah Pertalite tidak berkurang. Rizal mulai bertanya-tanya apakah ini adalah strategi dari Pertamina atau dari SPBU setempat.

Ada beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi:

Masalah Distribusi: Bisa jadi ada masalah dalam distribusi Pertalite ke SPBU tersebut, sehingga meskipun Pertamina memiliki persediaan Pertalite yang cukup, tetapi mereka mengalami kendala dalam mengirimkannya ke SPBU tersebut.

Keuntungan Pihak Ketiga: Ada kemungkinan bahwa beberapa pihak di SPBU atau pihak ketiga terlibat dalam praktik yang merugikan konsumen, seperti menjual Pertalite di pinggiran jalan dengan harga yang lebih tinggi, dan kemudian berbagi keuntungan dengan SPBU yang seharusnya menyediakan Pertalite.

Pergantian Produk: Ada juga kemungkinan bahwa SPBU tersebut memang telah memutuskan untuk menggantikan Pertalite dengan Pertamax karena Pertamax mungkin lebih menguntungkan bagi mereka dalam hal keuntungan. Ini bisa menjadi strategi bisnis yang sah, meskipun dapat membuat konsumen seperti Rizal merasa kesulitan.

Rizal merasa perlu untuk mencari tahu lebih lanjut tentang situasi ini. Dia mungkin ingin berbicara dengan pihak SPBU setempat atau menghubungi Pertamina untuk mendapatkan klarifikasi mengenai ketersediaan Pertalite di kota tersebut.

Selain itu, dia juga bisa mencari alternatif lain, seperti mencoba SPBU lain di sekitar kota atau mencari tahu apakah ada penjual Pertalite non-SPBU yang dapat dipercaya di pinggiran jalan yang tidak memanfaatkan situasi tersebut untuk memanipulasi harga.

Pertalite adalah bahan bakar yang sangat diinginkan Rizal. Kendaraan bermotor menjadi salah satu sarana penting untuk beraktivitas sehari-hari, dan Pertalite adalah pilihan yang lebih ramah lingkungan dan efisien dibandingkan dengan bahan bakar lainnya. Namun, mendapatkan Pertalite di Paaran bukanlah tugas yang mudah.

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penduduk Paaran adalah melakukan perjalanan jauh ke kota terdekat yang memiliki pompa bensin yang menyediakan Pertalite. Perjalanan ini bisa memakan waktu berjam-jam dan menghabiskan banyak waktu mereka. Selain itu, biaya perjalanan juga menjadi salah satu faktor yang membebani mereka.

Ketika mereka akhirnya sampai di kota, mereka harus antre untuk mendapatkan Pertalite, yang seringkali habis karena tingginya permintaan. Antrean panjang, ketersediaan terbatas, dan harga yang naik kadang membuat mereka frustrasi.

Semua orang di Paaran tahu bahwa Pertalite adalah investasi untuk masa depan, tetapi ketersediaannya yang terbatas membuatnya menjadi sesuatu yang sulit untuk diperoleh. Harganya terjangkau dan cukup hemat di kantong mereka.

Selain itu, pemuda seperti Rizal seringkali terpaksa melakukan pekerjaan tambahan untuk mendapatkan uang ekstra guna membeli Pertalite. Mereka bisa menjadi tukang kayu, petani, atau bahkan melakukan pekerjaan sehari-hari yang melelahkan hanya untuk mendapatkan bahan bakar yang mereka butuhkan.

Meskipun susah payah, penduduk Paaran tetap bersyukur atas kesempatan memiliki Pertalite. Mereka menghargai setiap tetes bahan bakar yang mereka miliki dan menggunakan kendaraan mereka dengan hemat. Bagi mereka, perjuangan mendapatkan Pertalite adalah cerminan keteguhan dan ketahanan mereka dalam menghadapi kesulitan sehari-hari di desa mereka.

Di tengah kesulitan ini, mereka belajar untuk menghargai setiap perjalanan mereka dan memahami pentingnya menjaga sumber daya alam. Melalui perjuangan mereka untuk mendapatkan Pertalite, penduduk Paaran tetap menjaga semangat dan tekad untuk menjalani kehidupan mereka dengan penuh rasa syukur dan tekad yang kuat.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun