Hopong itu merupakan budaya asli suku Uut Danum meskipun di tiru oleh beberapa suku lainnya. Dalam Hopong kali ini di isi dengan takut Daro' dan Kacang Uwoi, Titing, Â Sondak, Tanduk kerbau yang berisi Boram (tuak) penuh dan pernak-pernik lainnya.
Di pintu gerbang mau masuk ke kompleks, kami disambut seperti acara sewajarnya, di suguhi makan dan minuman serta alkohol. Kami juga di taburi dengan tepung dan hanya tanpa minyak makan seperti seharusnya.
Setelah itu di lakukan upacara Nohtok Hopong yaitu pemotongan Hopong yang disertai dengan upacara minum tuak serta arak dan bir juga kesenian Parung sebagai budaya yang turun temurun. Selain itu juga pihak laki-laki harus meminum tuak yang disimpan dalam tanduk kerbau sampai habis, barulah setelah mengikuti deretan acara itu kami pun diperbolehkan masuk.
Cuma di sini kami tidak di suguhi dengan pencak silat dari kedua belah pihak seperti biasanya dilakukan dalam sebuah Hopong, ada kemungkinan pertimbangannya untuk menghemat waktu, karena kami tidak menanyakannya.
Dalam pertemuan itu saya berjumpa dengan beberapa kawan SMP saya dulu dan juga kawan sekolah istri yang ternyata masih sehat dan rupanya mereka keluarga dekat dengan pemilik upacara. Mereka adalah pak Tueng, Ngawan dan Kornelius Ngawan, Lahun, Palaunsuka, Sahtu', Mingguk, Ureng, Ovang Korek dan Ovang Balok.
Semuanya rata-rata bersekolah sampai jenjang S1 dan S2 dan memiliki jabatan penting di daerahnya seperti ketua Dewan Adat, Kepala SMA dan Kepala Desa. Tetapi secara umum kebanyakan dari mereka keluarga dari pihak istri tuan pesta.
Tuan pesta cukup kaya dan rumahnya sangat besar dan bertingkat sehingga bisa menampung seratus orang lebih dengan lapang. Anak-anaknya juga sebanyak lima orang semuanya sudah sarjana atau sudah S1 semua. Anak-anaknya terdiri dari Antonius Oron, Lusiana Inoi, Yupita Ani, Paulina Jalina, dan Brigida Dini yang menikah itu semuanya sudah selesai S1.
Nama Tuan pesta adalah pak Ambrosius Kader yang perlu kami beri catatan bahwa beliau menyediakan kami makan dan minum dan penginapan yang representatif. Setiap kami keluar dari kamar dipersilakan untuk makan dan minum sesuka hati, sampai kami tidak tahu lagi beberapa kali makan perharinya.
Umur kawan SMP saya kurang lebih sama seperti saya, berkisar 60 tahun tapi tubuh mereka masih sangat sehat dan ternyata anak-anak mereka juga rata-rata sudah selesai S1-nya dan beberapa sedang mengambil S2-nya. Mereka juga rata-rata kaya raya karena memiliki mobil, sarang burung walet dan beberapa buah kebun sawit.
Mereka rata-rata berpendidikan S1 dan S2, semua anaknya- anaknya mereka juga sudah S1 dan beberapa orang sudah PNS. Sehingga boleh dikatakan hidup mereka cukup sukses dan menjadi tuan rumah di daerah sendiri.
Saya sungguh salut dengan mereka, meskipun boleh dikatakan mereka berdomisili di desa tetapi rata-rata peduli dengan masalah pendidikan tinggi. Karena Pendidikan mereka rata-rata S1. Bahkan tuan pesta itu semua anaknya sudah selesai semua S1-nya.