Karena kesibukan saya selama beberapa minggu terakhir ini, saya hampir kehabisan waktu untuk update isi blog saya di Kompasiana. Jika sudah malam, hanya rasa lelah dan kantuk yang terasa.
Entah bagaimana, hari ini tanpa sengaja terbaca arsip lama tentang kegiatan bulan kitab Suci Nasional, salah satu event keagamaan nasional yang juga tiap tahun dilaksanakan di tempat kami. Sehingga hari ini saya berkeinginan menyambangi blog kompasiana saya dan memposting artikel ini setelah melalui sedikit editan di sana-sini.
Artikel ini pernah di muat di Mingguan Hidup tahun 2006 atau empat belas tahun yang lalu. Karena menurut hemat saya isinya bagus untuk kehidupan berbangsa dan beragama, ditengah suasana intoleransi yang semakin meningkat di Indonesia dewasa ini, maka saya postinglah di blog saya ini.
Judul diatas merupakan kutipan dari ayat Injil Perjanjian Baru, Injil Lukas (Lukas 3:14), yang dijadikan salah satu isi spanduk pada Pawai Akbar penutupan Bulan Kitab Suci Nasional 2006, yang dilangsungkan di Nanga Pinoh pada tanggal 30 September 2006.
Bulan Kitab Suci Nasional atau BKSN dilaksanakan setiap tahun dan merupakan agenda Nasional bagi umat Katolik Roma di Indonesia, yang dilangsungkan pada bulan September setiap tahun selama satu bulan penuh.
Meskipun BKSN ini sudah dilaksanakan selama bertahun-tahun, namun karena situasi di Indonesia tidak memungkinkan pelaksanaannya secara terbuka, maka acara keagamaan ini tidak pernah dilaksanakan secara akbar, tetapi hanya dilingkungan gereja Katolik saja.
Kini situasi sudah berubah dan juga di tunjang oleh toleransi kehidupan beragama di Kabupaten Melawi yang sangat tinggi, maka Pawai Akbar penutupan BKSN tahun 2006 di Regio Melawi yang merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten Sintang dengan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 34 tahun 2003 ini, dapat dilaksanakan dengan sukses dan meriah.
Kabupaten baru di bawah pimpinan pasangan pemenang Pilkada tahun 2005; Drs. A. Suman Kurik, MM dan H. Firman Muntaco, SH., M. Hum (keduanya sama-sama sudah meninggal dunia) ini berpenduduk hampir dua ratus ribu jiwa, dengan komposisi penganut keagamaan seimbang antara yang Islam dan Kristen (Katolik dan Protestan).
Berhubung pada saat pelaksanaan Pawai Akbar penutupan BKSN Bupati Melawi masih dalam perjalanan jiarah ke tanah suci bersama beberapa pejabat pemerintah yang beragama Kristen Katolik di Kalimantan Barat di bawah pimpinan LH. Kadir wakil gubernur Kalimantan Barat pada waktu itu, maka pelepasan Pawai Akbar ini dilakukan oleh wakil bupati Melawi; H. Firman Muntaco, SH., M. Hum, dengan memberikan kata sambutan sambil melakukan pelepasan balon ke udara.
Pawai didahului oleh Satlantas Polres Melawi, mobil yang membawa Alkitab, lalu diikuti oleh group Marching Band SMA Santo Paulus Pontianak yang memang diundang secara khusus, kelompok berpakaian adat yang mewakili etnis-etnis yang ada di Indonesia, para Pastor dan Suster, anak-anak SLTP dan SLTA, kemudian baru diikuti oleh masing-masing utusan Paroki yaitu Paroki Nanga Pinoh, Paroki Tanah Pinoh, Paroki Belimbing, Paroki Ella Hilir dan Paroki Menukung, dan barisan terakhir diikuti oleh mereka yang mengendarai sepeda motor.
Pawai yang diikuti sekitar tiga ribu orang ini, menjalani rute dari lapangan kecamatan Nanga Pinoh, jalan Juang, jalan Cempaka, jalan Garuda, jalan Nurul Iman, kembali ke jalan Juang dan berakhir di gereja Katolik Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga Nanga Pinoh.
Kegiatan BKSN yang dilaksanakan oleh Regio Melawi yang terdiri dari lima Paroki ini diantaranya; Lomba Baca Kitab Suci, Lomba Mazmur tanggapan Antar Bacaan, Lomba Paduan Suara Lagu Rohani, Fragmen Kitab Suci, dan Pameran benda-benda Devosional.
Pada malam penutupan masing-masing Paroki juga memberikan sumbangan berupa atraksi kesenian dan paduan suara. Pastor Piet Apot. Pr., selaku Pastor Paroki Nanga Pinoh dan juga sekaligus sebagai tuan rumah, dalam kata sambutannya juga mengatakan bahwa BKSN tahun ini sangatlah istimewa, karena secara kebetulan bertepatan dengan bulan puasa bagi umat Muslim sedunia.
Dalam sambutannya itu juga pastor Piet Apot. Pr., atas nama umat katolik regio Melawi mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa kepada saudara-saudari umat Islam di kabupaten Melawi khususnya dan seluruh dunia pada umumnya.
Prioritas pembangunan di kabupaten Melawi oleh pasangan Drs. A. Suman Kurik, MM dan Firman Muntaco, SH., M. Hum yang masing-masing beragama Katolik Roma dan Islam adalah peningkatan output mutu pendidikan, peningkatan kehidupan keagamaan dan barulah kemudian pembangunan fisik berupa sarana dan prasarana.
Juga menjadi harapan Bupati Melawi yang dibacakan oleh wakil bupati dalam sambutannya, semoga kehidupan keagamaan yang sangat kondusif di kabupaten Melawi ini dapat dipelihara dan kedepannya bahkan ditingkatkan.
Juga hidup berdampingan secara damai oleh masyarakat yang mayoritas beretnis Dayak dan Melayu ini bisa langgeng dan gaungnya menyebar ke seluruh pelosok Nusantara, sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara semakin hari semakin baik.Â
Karena secara etnis, kita semua sudah terlahirkan demikian adanya sesuai dengan kenyataan kita sekarang ini dan kita tidak bisa memilih ke dalam etnis mana kita harus dilahirkan.
Secara keagamaan kita menyadari, bahwa semua agama mengajarkan kebaikan dan menganjurkan kita bersikap baik terhadap sesama manusia dan semua ciptaan Allah lainnya.Â
Semoga saja gaung kehidupan yang harmonis dari sebuah kabupaten kecil di pelosok pulau Kalimantan ini menjadi inspirasi bagi kita semua agar bisa hidup berdampingan secara damai dan saling menghargai dan menghormati, dalam rangka mencapai paradigma kehidupan Indonesia yang lebih baik.
Penulis juga berharap, semoga tulisan bisa berfungsi sebagai masukan kepada gereja Katolik Indonesia (jika boleh. Jika tidak, maafkan saya. Dan lupakan), agar tidak usahlah mencari model acara lain yang cenderung meniru kegiatan keagamaan lainnya.Â
Tingkatkan saja Kegiatan Bulan Kitab Suci Nasional atau BKSN ini agar menjadi lebih baik, di mana di dalamnya ada kegiatan seperti lomba koor atau paduan suara gerejani, lomba baca Kitab Suci, lomba kotbah, cerdas cermat Kitab Suci, lomba mazmur, lomba pendalaman Kitab Suci, Pameran, dan Bujang Dara Kitab Suci. Karena BKSN ini merupakan ciri khas agama Katolik Indonesia.
Apalagi jika mengingat kegiatan ini sudah dilaksanakan sejak tahun 1975 atau 45 tahun yang lalu. Jadi, mengapa tidak ditingkatkan saja sehingga semakin baik dan berkualitas?
Yovinus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H