Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dilema Kembali Belajar di Sekolah pada Tahun Ajaran Baru 2020

24 Juli 2020   09:38 Diperbarui: 24 Juli 2020   11:14 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fakta yang Ada di Lapangan

Tapi jika kita mencermati fakta yang ada dilapangan, maka kita akan dibuat sangat terkejut. Karena hampir seluruh manusia itu sangat tidak teliti. Hanya sangat sedikit orang yang betul-betul menjaga kebersihan dirinya dan waspada tidak menyentuh sesuatu benda-benda yang beresiko mengandung virus corona disekitarnya.

Padahal kita tahu jika virus ini bisa lengket di mana saja di sekitar kita, seperti di kain baju, kursi dan meja tempat duduk, di kertas, di buku, di pensil, di ballpoint, di uang, di jok motor atau mobil, di sandal, di sepatu, di dus barang-barang, di HP, di computer, di mouse. Di keyboard, di handel pintu, organ, di speaker, di microphone, di printer, di bahan sayur, di lantai, di selimut, di bantal, di kasur, di tiang, di dinding, dan ribuan barang lainnya di sekitar kita.

Tidak setiap orang mampu berusaha maksimal untuk meminimalisir menyentuh benda-benda tersebut. Juga tidak semua orang akan langsung mencuci tangannya dengan sabun atau menyemprotnya dengan sanitiser setelah menyentuh suatu benda yang diperkirakan potensial terjangkit virus corona. Sehingga potensi terjangkit, berjangkit, dan menjangkiti itu sangat tinggi. Karena kita tidak bisa melihat di benda apa saja virus ini berada dan siap menjangkiti manusia.

Pengaruh Para Influencer dan Tokoh yang Tidak Paham

Hal ini diperparah lagi oleh para influencer di media social dan para tokoh yang tidak paham akan bahayanya virus ini, tetapi karena pengikutnya banyak, maka informasi salah yang mereka sampaikan itu akan menyebar dengan cepat dan dipercayai oleh para pengikutnya yang malas membaca berita atau memahami sesuatu keadaan disekitar mereka.

Hal ini sebenarnya bisa diantisipasi dari dua arah, yaitu yang pertama dari arah si influencer sendiri atau tokoh masyarakat itu dan yang kedua juga dari arah si pengikut.

Dari arah influencer, diharapkan janganlah menyebarkan suatu berita jika kita sama sekali kurang paham akan masalahnya, jangan hanya mengejar jumlah subscriber, hits atau uang saja tetapi informasi yang kita sebarkan itu justru membahayakan nyawa orang lain. Karena menyebarkan informasi yang salah itu adalah dosa dan tidak ada ampun bagi kita. Tidak ada satupun agama yang membenarkan perbuatan salah itu, kecuali itu atas penafsiran pribadi kita. Jangan lupa, manusia bukan Malaikat atau Tuhan yang tidak bisa bersalah, tetapi manusia itu adalah mahluk yang penuh dosa dan salah.

Dari pihak subscriber juga, janganlah kita menjadi pengikut yang begitu goblok. Tetapi perluaslah wawasan kita, sehingga kita tidak terbawa masuk jurang kesengsaraan dan dosa hanya karena terlalu patuh dan percaya mentah-mentah atau terlalu mengidolakan si influencer atau tokoh yang ternyata juga hanya manusia biasa yang bisa berbuat salah. Sudah waktunya kita menjadi manusia Indonesia yang cerdas dan berwawasan  luas.

Keputusan Ada pada Orangtua

Kami sebagai salah satu orangtua di dunia, adalah bagian orangtua di dunia ini yang sangat memperhatikan kesehatan dan keselamatan hidup anak-anak. Karena bagi kami anak itu adalah keperayaan Tuhan kepada kami, bahwa kami mampu mengurusnya dan juga mampu merawatnya secara bertanggung-jawab. Oleh sebab itu, masuk sekolah dan belajar di sekolah seperti sebelum terjadi pandemi, bagi kami adalah sesuatu yang sangat rawan. Jangankan murid-murid SD atau pelajar SMP atau siswa-siswi SLTA, bahkan para mahasiswa dan mahasiswi yang menuntut ilmu di bangku universitas pun masih kebanyakan tidak teliti dan kurang hati-hati dalam bertindak. Bahkan banyak yang lulusan S3 sampai yang sudah Profesor pun masih kurang hati-hati dan tidak teliti dalam mengantisipasi berjangkitnya virus celaka ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun