Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Urban Legend | Kujang, Roh Pakis Sarang Burung Kadaka

8 Juni 2020   23:36 Diperbarui: 9 Juni 2020   19:44 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pakis Sarang Burung Kadaka (DokPri)

Pada saat Belanda masih menjajah Indonesia, di sebuah daerah di Kalimantan Barat, tersebutlah kisah tentang sepasang suami isteri yang baru saja menikah. Pasangan muda ini tinggal di rumah sendiri, agak terpisah dari rumah penduduk yang lainnya.

Sang suami punya hobby berburu ke dalam hutan dan sering meninggalkan isterinya sendiri di rumah. Suami ini sering agak jauh malam baru pulang dari kegiatan berburunya itu.

Suami muda ini mempunyai seorang saudara laki-laki muda yang masih tanggung, yang secara kebetulan masih tinggal satu kampung dengan mereka, hanya saja di tempat orang tua dari si suami.

Ketika sore hari, sang isteri masak, mencuci, dan mandi dibagian belakang rumah. Tempatnya masih menyatu dengan rumah induk, hanya tempat mandi ini terbuat dari kayu besi khas Kalimantan yang tahan basah sampai ribuan tahun. Sang suami sengaja mengalirkan air kedalam rumah dengan sebuah pancuran bambu, sehingga sang isteri aman mandi di dalam rumah selama dia tinggalkan.

Awalnya kehidupan mereka berjalan seperti selayaknya kehidupan orang kampung di situ. Padi-pagi sudah beraktifitas sampai siang dan sore hari, setelah itu baru pulang ke rumah. Namun beberapa bulan kemudian, sesuatu yang tidak diharapkan pun menimpa keluarga muda ini. Peristiwa ini terjadi setiap sore hari, yaitu adik iparnya datang untuk melihat dia mandi, tetapi setelah itu tanpa sepatah katapun lalu pergi. Tetapi tentu saja hal ini membuat sang isteri jadi jengah. Tiap kali dia menegur kelakuannya, sang adik ipar diam saja tidak berkata apa-apa.

Si isteri ini agak jengkel dengan kelakuan adik iparnya ini, karena hal itu dilakukannya setiap sore ketika suaminya belum pulang ke rumah dari berburu. Tetapi yang membuat sang isteri keheranan adalah bagaimana dia bisa membuka jendela dan pintu rumah, padahal selalu dikuncinya.

Awalnya sang isterinya masih mampu menahan amarahnya oleh ulah adik iparnya itu. Tetapi lama kelamaan, dia akhirnya semakin jengkel dan tidak tahan lagi. Tetapi sayangnya, dia belum berani menceritakan semuanya kepada suaminya, karena takut menganggu hubungan adik suaminya itu dengan suaminya. Dia juga tidak tahu bagaimana tanggapan suaminya, apakah percaya atau tidak.

Sehingga hal ini membuatnya jengkel sendiri, tetapi akibatnya mempengaruhi hubungan dia dengan suaminya. Sering kali ketika suaminya pulang, dia cemberut dan jarang bicara. Sehingga membuat suaminya penasaran. Sebagai pengantin baru, tentu saja suaminya khawatir akan sikap isterinya ini. Apa mungkin ada hal yang membuat isterinya tidak senang dan marah.

Suatu saat, sang suami tidak sabar lagi dengan sikap isterinya, sehingga hari itu dia tidak pergi berburu. Sepanjang hari dia di rumah saja dan setiap jeda beberapa waktu dia selalu menanyakannya isterinya.

Isterinya tidak mau menceritakan apapun pada mulanya, tetapi karena sang suami selalu berkata-kata dengan lemah lembut dan berjanji tidak akan marah tentang apapun yang akan diceritakan isterinya, maka akhirnya sang isteri bercerita meskipun masih dalam keadaan takut-takut.

Sang suami sangat tercengang mendengar cerita isterinya perihal adiknya selalu mengganggu dirinya. Mau rasanya dia saat itu juga dia melabrak adiknya itu, tetapi emosinya masih mampu di tahan. Dia terdiam sejenak. Kalau dia tidak memarahi adiknya, nanti isterinya merasa tidak diperdulikan. Kalau dia pergi memarahi adiknya itu, khawatir hubungan mereka yang menjadi tidak baik. Betul-betul buah simalakama.

Akhirnya sang suami mengambil sebuah kesimpulan dalam hatinya. Dia harus mengambil tindakan, karena kelakuan adiknya itu sudah keterlaluan. Berani-beraninya menganggu kakak iparnya, padahal seharusnya dia menghormatinya seperti kakak sendiri. Tapi ini malahan diganggunya dengan mengintip dia mandi segala.

Seperti biasanya, pada hari itu sang suami pergi berburu. Dia mengisi senapan Lantaknya dan membawa peralatan yang lainnya seperti biasa. Tidak lupa juga membawa perbekalan untuk seharian. Namun sebenarnya sang suami tidaklah pergi jauh, hanya terlihatnya saja dia berangkat berburu. Begitu sore hari, dia diam-diam pulang untuk memergoki adiknya itu.

Ternyata apa yang diceritakan isterinya, benarlah adanya. Meskipun suasana sudah mulai remang-remang, tetapi dia masih bisa melihat dengan jelas sang adik mengintip isterinya yang sedang mandi. Dia mendengar jelas isterinya menegur adiknya itu. Tetapi sang adik tetap tidak perduli. Karena emosi, sang suamipun mendekat dan ikut menegur adiknya. Tetapi anehnya, sang adik tidak perduli. Seorang adik yang biasanya hormat dan segan dengan abangnya itu, kali ini seperti menantang.

Disebabkan menahan emosi selama seharian ini, juga karena kelelahan seharian hanya berdiam di pondok ladang mereka, sang suami jadi betul-betul naik pitam. Apalagi  melihat kenyataan sang adik sama sekali tidak menghormati dirinya, maka tanpa ayal lagi dia mengarahkan senapan Lantaknya kearah adiknya dan menarik pelatuknya.

Terdengar keluhan, lalu sang adik berlari keluar rumah. Sang suami pun langsung mengejar dengan rasa penyesalan, mengapa dia harus menembak adiknya. Tetapi karena suasana sudah sangat gelap, maka dia tidak jadi melakukan pengejaran. Dia lalu pulang dan menjumpai isterinya sedang menangis di rumah.

Meskipun rumah mereka terletak agak terpisah dari rumah orang lain, tetapi bunyi letusan senapan Lantaknya mengundang orang lain untuk datang. Sehingga sebentar saja kerumunan orang di kampung itu sudah memenuhi rumah mereka. Tetapi yang membuat sang suami dan sang isteri melongo, adalah karena diantara kerumunan orang yang datang itu terdapat pula adiknya yang baru saja ditembaknya tadi.

Setelah orang-orang bertanya apa yang terjadi barusan, akhirnya dengan terbata-bata dan penuh rasa malu, mereka berdua menceritakan kejadiannya yang menimpa mereka. Sang adikpun beberapa kali menggeleng-geleng dan menyangkal keras jika dia pernah mengintip kakak iparnya mandi. Bahkan pergi kesitu saja dia tidak pernah.

Seorang yang sudah tua dan berpengalaman dan cukup dihormati di kampung itu lalu menjelaskan, bahwa itu pastilah Kujang, yaitu roh Pohakung atau Pakis Sarang Burung Kadaka, yang memang sering mengintip wanita yang sedang mandi di saat hiruk-herek, yaitu waktu peralihan antara terang dan gelap di sore hari.

Untuk memastikan kebenaran cerita orang tua itu, orang-orang kampung berinisiatif membuat penerangan dari obor yang sangat banyak sehingga tanah terang benderang. Kemudian mereka ramai-ramai mencari mayat lelaki yang tertembak tadi.

Mereka lalu mulai meneliti sebuah bekas orang berjalan menembusi semak-semak dan di atas semak itu banyak terdapat tetesan darah. Mereka mengikuti tetesan darah itu, lalu sekitar 100 meter dihadapan mereka tergeletaklah sebuah pakis sarang burung kadaka atau Pohakung tadi. Rupanya dia terlepas dari tempat tumbuhnya di dahan yang berada diatasnya. Mereka lalu memeriksanya, ternyata sebuah peluru timah bersarang di bagian tengah tempat daun-daunnya tumbuh.

Inilah dia, kata orang tua itu menjelaskan. Makanya wanita di daerah kita ini tidak boleh mandi pada saat hiruk-herek. Karena Kujang atau roh pakis sarang burung kadaka ini memang suka mengintip wanita yang mandi pada saat-saat seperti itu. Dari cerita ini juga bisa dipetik pelajaran, janganlah terlalu cepat percaya akan apa yang dilihat atau akan apa yang di dengar. karena mungkin saja ada fakta lain di luar itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun