Siapa yang tidak mengenal negara Tiongkok atau Republik Rakyat Tiongkok? Atau yang lebih di kenal sebagai negara Cina atau Republik Rakyat Cina? Negeri ini memang sangat terkenal akan jumlah penduduknya yang terbanyak di dunia, bahkan selain di negara Cina sendiri, para Hoakiau atau para perantau Cina itu bertebaran dan bermukim hampir di seluruh wilayah dunia. Tidak ada tempat di dunia ini yang luput sebagai tempat bermukim dan tempat bagi orang Cina untuk buang air besar maupun buang air kecil.
Berdasarkan data dari Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia), Indonesia sendiri memiliki penduduk keturunan Cina atau biasa di sebut sebagai orang Tionghoa kurang lebih sebanyak 8 juta jiwa, di mana jumlah sebanyak ini merupakan hoakiau terbanyak di dunia di luar negara Tiongkok.
Negara Cina atau Republik Rakyat Cina, merupakan salah satu negara tertua di dunia (https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/negara-tertua-di-dunia), dengan peradaban yang sudah maju sejak beberapa abad sebelum Masehi. Dinasti Shang, yang dianggap sebagai dinasti pertama di Cina, sudah ada sekitar 1.700 tahun atau 17 abad sebelum Masehi.
Cina terkenal akan jumlah penduduknya yang terbanyak di dunia, memiliki daerah tujuan wisatanya yang terasa seperti di negeri impian, jenis kulinernya yang beraneka ragam, terkenal akan lelakinya yang memiliki tubuh proposional karena mayoritas berbadan tipis, wanitanya yang ramping dan cantik-menawan serta berambut hitam lebat, budayanya yang tinggi, ilmu pengobatan tradisionalnya yang manjur, seni dan sastranya yang tinggi, dan juga ilmu bela diri Kung Fu nya yang mumpuni dan beraneka ragam.
Namun di bidang hasil teknologi, negeri Cina belumlah semashur Eropa, Amerika Serikat, Rusia, Korea Selatan, dan Jepang. Masih banyak tuduhan-tuduhan sebagai pencontek, produk KW, dan kualitas rendahan yang diarahkan kepadanya. Barang-barang buatan Cina dikatakan meski berharga murah, tetapi berkualitas buruk, mudah rusak, tidak tahan banting, boros, dan disainnya tidak eye catching.Â
Seperti roketnya yang meledak ketika mengirimkan satelit komunikasi milik Indonesia beberapa bulan yang lalu, rudal buatan Cina yang diuji coba baru meluncur setelah 5 menit tombol launchingnya di tekan seperti kejadian di Surabaya dihadapan presiden Jokowi beberapa tahun yang lalu, dan berbagai kegagalan lainnya.
Penulis juga pernah beberapa kali kecewa dengan produk Cina, meskipun tidak semuanya; Â seperti mesin cuci, blender, mixer, palu, paku, mata pancing dan sebagainya. Sehingga sampai saat ini penulis masih belum berniat membeli dan atau menggunakan HP buatan negeri Tirai Bambu ini, masih percaya dengan produk Jepang atau Korea Selatan.
Sebenarnya sekarang sudah banyak juga produk Cina yang mulai bersaing dengan produk Barat dan Jepang, seperti televisi, smartphone, AC, Drone, pesawat, peluru kendali, roket, bahkan mereka juga sudah sukses mengirimkan misi tak berawak ke bulan.
Tetapi dengan masuknya barang-barang buatan Cina ke berbagai negara di dunia, termasuk ke Indonesia, banyak juga manfaatnya. Karena mau tidak mau juga membuat barang-barang buatan Eropa, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang harus turun harga. Penulis  masih ingat dulu, untuk membeli sebuah video player format DVD saja ketika baru dilaunching harganya bisa mencapai Rp. 3,5 juta.Â
Tetapi begitu produk Cina masuk, dengan harga di bawah Rp. 200 ribu, maka terpaksa buatan Jepang turun sampai Rp. 500 ribu rupiah saja. Â Tetapi karena begitu banyaknya masyarakat Indonesia ingin eksis dalam kemajuan teknologi dan dunia hiburan di rumah tangga, maka untuk sementara yang penting ada barangnya, masalah kualitas urusan nantilah.
Hal ini juga berimbas kepada semua produk lainnya, seperti otomotif, panel surya, spart parts, produk Kesehatan, alat pertanian dan perkayuan, dan mesin-mesin perkapalan. Meskipun kualitasnya untuk saat ini memang jauh seperti langit dan bumi, tetapi karena harganya yang super murah, maka mau tidak mau masyarakat membelinya, karena hanya harga itulah yang terjangkau kantong mereka. Bandingkan saja, sebuah produk genset buatan Cina dengan kapasitas 3000 watt, bisa di tukar hanya dengan uang Rp. 1,5 juta sd Rp. 2,5 juta saja.Â
Tapi kalau produk Jepang dengan kapasitas watt yang sama, harganya bisa mencapai Rp. 14 juta. Sangat jauh bukan? Tetapi bagi yang biasa memakai genset Jepang dan pernah juga memakai genset buatan Cina, maka akan tahu betapa berisiknya genset buatan Cina itu. Belum lagi dari ketahanan mesin dan pemakaian BBM nya. Tapi dari pada rumah gelap gulita karena PLN belum mencapai sampai ke pelosok Indonesia, masih bagus juga membeli genset buatan Cina yang aman di kantong, bukan?
Tetapi itu hanya untuk saat ini, ke depan bisa saja segalanya berubah drastis. Karena begitu juga yang terjadi pada produk-produk negeri Sakura setelah perang dunia II. Pada awalnya produk Jepang di hina dan dilecehkan dan disebut sebagai produk kaleng-kaleng. Tetapi kita lihatlah sekarang, produk Jepang merajai dunia, terutama produk otomotifnya seperti mobil dan sepeda motor.Â
Produk mobilnya seperti, Honda, Nisan, Suzuki, dan Mitsubishi, dan Toyota yang pernah beberapa tahun jadi produsen mobil terbesar di dunia mengalahkan General Motor dari America Serikat. Produk motornya seperti Suzuki, Yamaha, Kawasaki, dan Honda yang menjadi perusahaan motor terbesar di dunia saat ini jauh diatas Harley Davidson dari Amerika Serikat.
Hal inipun bisa juga terjadi dengan produk Cina, dengan sumber daya manusianya yang besar dan terpelajar, jumlah penduduknya yang banyak sebagai pangsa pasar yang besar, etos kerjanya yang luar biasa dalam hal kerja keras, ulet, dan disiplin serta prinsip selalu bergerak maju tanpa pernah putus asa, maka suatu saat bisa saja Cina mengalahkan negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan dalam hal kualitas teknologi dan bahkan di segala bidang. Bukan saja dengan harga murah seperti saat ini, tetapi dalam kualitas, kuantitas, dan ketersediaan suku cadang serta after sales servicenya.
Sebaiknya Cina terus melakukan riset dan inovasi di segala bidang, sehingga negara-negara yang produknya sudah mapan dan berkualitas tidak bisa lagi seenaknya menjual barang-barang produksinya secara over price. Begitu juga bagi negara-negara maju, janganlah lengah karena Cina sudah siap menyalip kemajuan negara maju yang di depannya. Yang penting bersainglah secara sehat, tidak saling mencuri teknologi, tidak melakukan praktek dumping.Â
Dengan produk berkualitas tetapi harganya bersaing maka yang diuntungkan adalah konsumen. Karena dengan harga yang terjangkau sudah bisa mendapatkan barang berkualitas nomor wahid. Sehingga inflasipun tidak naik tajam seperti tahun-tahun yang dialami selama ini. Yang penting juga Cina janganlah lupa diri, dulu Jepang juga barang-barangnya berharga murah, tetapi setelah maju maka dia menjual produknya dengan harga tinggi. Janganlah Cina seperti itu jika sudah berhasil menjadi negara maju dengan kualitas barangnya yang bersaing secara internasional.
Lalu Indonesia bagaimana? Kapan Indionesia bisa maju? Jangan harap kita bisa maju seperti bangsa lain, jika masyarakatnya setiap hari hanya pandai nyinyir, membenci orang lain yang berbeda pandangan hidup, menuduh tanpa bukti, langsung percaya kalau ada berita hoaks, selalu percaya terhadap framing-framing miring, suka main hakim sendiri, suka mengandalkan jumlah banyak dalam bertindak, sering bertindak anarkis, menyalahkan orang lain tanpa dasar.
Tidak mau belajar giat di sekolah dan selalu nyontek kalau ulangan dan ujian, selalu berorientasi ke jaman batu dalam segala tindakannya, marah tidak ketolongan kalau jagoannya kalah, selalu ingin kroupsi, selalu mau enaknya saja tanpa kerja keras, habis waktu menjadi kaum rebahan sambil memainkan smartphone dan bergosip ria, segala sesuatu selalu KKN bahkan sampai data penduduk miskin saja di kelabui, sehingga orang yang seharusnya menerima bantuan terdampak Covid-19 tidak mendapatkannya, Tetapi justru mereka yang sebenarnya cukup mampu atau bahkan sangat mampu, namun karena KKN tadi mereka maka dimasukan sebagai penerima bantuan.
Sebenarnya banyak orang pintar di Indonesia, para anak muda kita sering memenangkan juara satu atau medali emas di olimpiade ilmu pengetahuan di tingkat internasional. Jadi, artinya rakyat Indonesia tidaklah bodoh. Hanya pola kerja, disiplin, penghargaan, serta penegakan hukumnya lah yang harus diperkuat.Â
Negara harus hadir dan disegani. Saatnya negara menunjukan wibawanya sebagai negara yang berdaulat dan mengandalkan hukum nasional diatas kepentingan kelompok, karena negara Indonesia masyarakatnya majemuk. Hidup NKRI. NKRI harga mati. Sudah saatnya kita merengkuh cita-cita luhur bangsa sebagai masyarakat yang adil dan makmur untuk seluruh komponen bangsa. Masa sudah hampir seratus tahun kita merdeka, teapi listriknya masih saja byar-pet, internetnya masih mahal, air PDAM nya masih mahal, biaya transportasinya seperti biaya mau naik ke bulan? Biaya sekolah seperti biaya ikut pilkada?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI