Mohon tunggu...
ADRIANUS S.
ADRIANUS S. Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Mengolah mental menuju profesional

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Doa dan Perjuangan Sang Ayah

8 Juni 2020   15:51 Diperbarui: 8 Juni 2020   15:48 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku diam. Ibuku juga tidak melanjutkan pembicaraan itu. Nampaknya ibuku juga tahu bahwa aku harus mempertimbangkan tawaran itu. Memang pernah juga aku diajak tante ke Semarang yang menjadi perawat agar aku sekolah perawat. Namun aku tidak jadi sekolah perawat. Aku lalu mendaftar di sekolah guru.

Ini juga menjadi cita-cita ayahku. Ayahku ingin aku bekerja yang gajinya ajeg. Ayahku ingin agar pekerjaanku tidak seperti dia, kasar dan berat. Kini, kedua orang tuaku merasa puas dan bahagia melihat anaknya telah selesai sekolah dan bekerja sebagai guru. Mereka amat bersyukur, apa yang sudah menjadi harapan dan doa yang terdaras dalam perjuangan hidupnya telah tercapai. 

Mungkin inilah jawaban atas doa-doanya yang tidak pernah putus itu. Terima kasih ayah. Terima kasih Ibu. Engkau telah mengantar dan menuntun aku ke puncak gunung terjal yang penuh bebatuan. Terima kasih Tuhan. Semoga aku bisa menaladan ketulusan dan ketabahan dalam menghantar anak-anaknya ke tempat yang dijanjikan. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun