Aku diam. Ibuku juga tidak melanjutkan pembicaraan itu. Nampaknya ibuku juga tahu bahwa aku harus mempertimbangkan tawaran itu. Memang pernah juga aku diajak tante ke Semarang yang menjadi perawat agar aku sekolah perawat. Namun aku tidak jadi sekolah perawat. Aku lalu mendaftar di sekolah guru.
Ini juga menjadi cita-cita ayahku. Ayahku ingin aku bekerja yang gajinya ajeg. Ayahku ingin agar pekerjaanku tidak seperti dia, kasar dan berat. Kini, kedua orang tuaku merasa puas dan bahagia melihat anaknya telah selesai sekolah dan bekerja sebagai guru. Mereka amat bersyukur, apa yang sudah menjadi harapan dan doa yang terdaras dalam perjuangan hidupnya telah tercapai.Â
Mungkin inilah jawaban atas doa-doanya yang tidak pernah putus itu. Terima kasih ayah. Terima kasih Ibu. Engkau telah mengantar dan menuntun aku ke puncak gunung terjal yang penuh bebatuan. Terima kasih Tuhan. Semoga aku bisa menaladan ketulusan dan ketabahan dalam menghantar anak-anaknya ke tempat yang dijanjikan. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H