Mohon tunggu...
bakulan opini
bakulan opini Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Literasi

Melek literasi itu lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rusaknya Keluarga dalam Cengkeraman Sistem Kapitalisme

3 September 2024   17:21 Diperbarui: 3 September 2024   17:30 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern ini, kasus-kasus tragis yang melibatkan keluarga semakin sering muncul di berbagai media. Sebagai contoh, berita mengenai seorang ibu yang dibunuh oleh anak kandungnya di Sampit , seorang bocah yang dibunuh dan dimasukkan dalam karung oleh ibu tirinya di Sumatera Utara , serta seorang anak yang membunuh ayahnya dan melukai adiknya di Cirebontirtodotid. Kejadian-kejadian ini menunjukkan adanya masalah serius dalam struktur dan hubungan keluarga yang seharusnya menjadi tempat berlindung dan tumbuhnya kasih sayang. Namun, mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya terletak pada sistem yang mendominasi kehidupan kita: kapitalisme sekuler.


Sekulerisme dan Kapitalisme: Musuh dalam Selimut Keluarga

Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang berfokus pada kepemilikan pribadi dan pencapaian materi sebagai tujuan utama. Sekulerisme, di sisi lain, memisahkan agama dari kehidupan publik, termasuk dalam urusan negara dan masyarakat. Ketika kedua sistem ini berpadu, dampaknya terhadap keluarga menjadi sangat merusak.

Dalam sistem kapitalisme, nilai sebuah hubungan sering kali diukur dari seberapa besar materi yang bisa dihasilkan. Hal ini membuat hubungan antar anggota keluarga menjadi dingin dan cenderung transaksional. Orang tua sibuk bekerja untuk mengejar materi, sementara anak-anak dibiarkan tumbuh dengan minim perhatian dan kasih sayang. Akibatnya, ikatan emosional yang seharusnya menjadi fondasi keluarga hancur, digantikan oleh kepentingan pribadi dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan materi.

Tidak hanya itu, sekulerisme juga berperan dalam menghancurkan nilai-nilai moral dalam keluarga. Dalam pandangan sekuler, agama dianggap sebagai urusan pribadi yang tidak boleh mengatur kehidupan publik. Akibatnya, nilai-nilai agama yang seharusnya menjadi pegangan dalam membangun keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang menjadi terabaikan. Anak-anak tumbuh tanpa bimbingan moral yang kuat, sehingga mudah terjerumus dalam perilaku menyimpang.

Negara Sebagai Penyebab Kerusakan Keluarga

Penerapan sistem kapitalisme sekuler oleh negara juga turut berperan dalam merusak hubungan keluarga. Sistem pendidikan yang ada saat ini, misalnya, lebih menekankan pada pencapaian akademis dan prestasi materi daripada pembentukan karakter dan moral. Anak-anak diajarkan untuk mengejar kesuksesan materi, bukan untuk menjadi manusia yang berbudi pekerti dan menghormati orang tua serta keluarganya.

Sistem ekonomi yang diterapkan juga sangat tidak mendukung kesejahteraan keluarga. Harga-harga kebutuhan pokok yang terus meningkat, ditambah dengan upah yang rendah, membuat banyak orang tua harus bekerja ekstra keras hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akibatnya, waktu yang seharusnya dihabiskan bersama keluarga justru habis untuk bekerja, sementara anak-anak kehilangan perhatian dan kasih sayang dari orang tua mereka.

Lebih jauh lagi, sistem politik yang ada juga tidak memberikan perlindungan yang memadai bagi keluarga. Program-program kesejahteraan yang ada sering kali tidak efektif dan tidak menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Padahal, negara seharusnya berperan sebagai pelindung dan pengayom, bukan justru menjadi penyebab keretakan dalam keluarga.


Islam Kaffah: Solusi untuk Keluarga yang Kokoh

Berbeda dengan kapitalisme sekuler, Islam menawarkan sistem yang dapat menjaga dan memperkuat ikatan keluarga. Dalam Islam, keluarga dianggap sebagai salah satu pilar penting dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, Islam memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana keluarga harus dibangun dan dijaga.

Pertama, Islam menempatkan negara sebagai raa'in (penjaga) yang bertanggung jawab dalam melindungi keluarga. Negara Islam berkewajiban untuk memastikan bahwa setiap keluarga dapat hidup sejahtera dan harmonis. Negara harus menjamin ketersediaan lapangan pekerjaan yang layak, memberikan pendidikan yang berkualitas berbasis aqidah Islam, serta memastikan bahwa harga kebutuhan pokok tetap terjangkau bagi seluruh rakyatnya.

Islam juga memberikan panduan tentang pendidikan yang berfungsi sebagai benteng pertama dalam menjaga keluarga. Pendidikan dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mengasah kemampuan akademis, tetapi juga untuk membentuk karakter yang baik dan menjadikan aqidah sebagai landasan hidup. Dengan pendidikan yang berkualitas dan berasas aqidah, anak-anak akan tumbuh menjadi individu yang berakhlak mulia, menghormati orang tua, dan menjaga keharmonisan dalam keluarga.

Selain itu, Islam menerapkan sistem sosial yang mendukung terbentuknya keluarga yang kuat. Dalam Islam, tanggung jawab suami istri, orang tua, dan anak-anak diatur dengan jelas untuk memastikan bahwa setiap anggota keluarga memahami perannya masing-masing. Suami sebagai pemimpin keluarga wajib memberikan nafkah dan perlindungan, sementara istri bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak dan menjaga rumah tangga. Anak-anak pun diajarkan untuk menghormati dan menaati orang tua.

Islam juga menetapkan aturan-aturan yang menjaga hubungan keluarga dari pengaruh buruk dari luar. Dalam hal pergaulan, misalnya, Islam melarang segala bentuk hubungan yang dapat merusak keutuhan keluarga, seperti zina dan pergaulan bebas. Negara bertanggung jawab untuk menegakkan hukum-hukum ini dengan tegas, sehingga masyarakat terlindungi dari pengaruh negatif yang dapat merusak keluarga.


Penutup: Keluarga Sejahtera dengan Islam Kaffah

Kasus-kasus tragis yang melibatkan keluarga, seperti pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap orang tuanya atau penyiksaan anak oleh ibu tiri, adalah bukti nyata dari kegagalan sistem kapitalisme sekuler dalam melindungi keluarga. Sistem ini telah menjadikan materi sebagai tujuan utama, sementara nilai-nilai moral dan agama terabaikan.

Namun, Islam menawarkan solusi yang jelas dan menyeluruh. Dengan menerapkan Islam secara kaffah, negara akan berperan aktif dalam menjaga dan memperkuat keluarga. Pendidikan yang berkualitas, sistem ekonomi yang adil, serta aturan sosial yang melindungi keluarga akan memastikan bahwa setiap keluarga dapat hidup harmonis dan sejahtera.

Dengan demikian, hanya dengan kembali kepada Islam kaffah, kita dapat mewujudkan keluarga yang kokoh, harmonis, dan penuh kasih sayang. Negara Islam akan menjadi pelindung dan penjaga keluarga, memastikan bahwa setiap anggota keluarga dapat menjalankan perannya dengan baik dan hidup dalam kebahagiaan yang sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun