Mohon tunggu...
bakulan opini
bakulan opini Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Literasi

Melek literasi itu lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tawuran, Cara Baru Cari Cuan?

17 Juli 2024   02:29 Diperbarui: 17 Juli 2024   02:34 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tawuran, Cara Baru Mencari Cuan?

Belakangan ini, tawuran remaja sudah makin nggak masuk akal. Kalau dulu, tawuran identik sama masalah harga diri atau dendam antar sekolah, sekarang tren tawuran malah jadi ajang cari cuan! Di berbagai berita, dari Detik, Radar Bogor, sampai IDN Times, semua ngasih info tentang gimana tawuran ini dijadiin konten live demi dapetin uang. Gila, kan?

Tawuran Masa Kini: Demi Cuan?

Nah, bayangin aja, remaja-remaja ini rela berantem, luka-luka, bahkan mungkin sampe kehilangan nyawa, cuma demi beberapa rupiah dari live streaming. Nggak kebayang kan? Miris banget ngelihat generasi muda kita yang terjebak dalam dunia kekerasan demi materi. Ini jelas nunjukin betapa rusaknya nilai-nilai yang dianut sama mereka.

Kalau kita ngelihat lebih dalam, fenomena ini nggak cuma soal anak-anak nakal yang pengen terkenal atau dapet duit instan. Ini lebih dalam dari itu. Ini nunjukin kegagalan sistem pendidikan dan nilai-nilai sosial yang ditanamkan dalam masyarakat kita.

Kegagalan Sistem Pendidikan

Sistem pendidikan yang seharusnya jadi pondasi pembentukan karakter malah gagal total. Bukannya menghasilkan generasi yang berkualitas dan berakhlak, malah makin banyak yang tersesat. Pendidikan nggak lagi tentang moral dan etika, tapi lebih ke arah akademis dan prestasi. Nilai raport jadi lebih penting daripada nilai kehidupan.

Sekolah, yang seharusnya jadi tempat belajar menghargai perbedaan dan mengembangkan empati, malah jadi tempat persaingan yang nggak sehat. Anak-anak dipaksa untuk bersaing satu sama lain, bukan untuk tumbuh bersama. Akibatnya, banyak dari mereka yang kehilangan arah dan akhirnya mencari pelampiasan di luar sekolah, termasuk lewat tawuran.

Islam: Solusi Kaffah

Islam, sebagai agama yang sempurna, menawarkan solusi menyeluruh alias kaffah untuk masalah ini. Pendidikan dalam Islam nggak cuma fokus pada akademis, tapi juga akhlak dan ibadah. Tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah membentuk manusia yang taat kepada Allah dan berguna bagi umat.

1. Tujuan Hidup yang Jelas

   Islam ngajarin bahwa tujuan hidup kita adalah ibadah kepada Allah dan membawa manfaat bagi sesama. Dengan pemahaman ini, anak-anak akan punya pandangan hidup yang lebih jelas dan terarah. Mereka nggak akan mudah tergoda oleh hal-hal yang bersifat duniawi seperti uang atau popularitas.

2. Pendidikan Akhlak Sejak Dini

   Dalam Islam, pendidikan akhlak dimulai sejak dini, bahkan sebelum anak lahir. Orang tua diberi tanggung jawab besar untuk mendidik anak-anak mereka dengan nilai-nilai Islam. Dengan dasar akhlak yang kuat, anak-anak akan tumbuh jadi pribadi yang bertanggung jawab dan punya empati tinggi.

3. Peran Keluarga dan Lingkungan

   Keluarga dan lingkungan punya peran penting dalam pendidikan anak. Islam menekankan pentingnya lingkungan yang baik dan mendukung. Orang tua, guru, dan masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan anak-anak.

4. Pemahaman Tentang Materi

   Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukanlah dari materi, tapi dari kedekatan dengan Allah. Anak-anak perlu diajarkan untuk tidak tergoda oleh gemerlap dunia dan tetap fokus pada tujuan akhirat. Dengan pemahaman ini, mereka nggak akan mudah terjebak dalam godaan duniawi seperti uang dari live streaming tawuran.

Mengatasi Tawuran dengan Pendidikan Islam


Untuk mengatasi masalah tawuran yang makin parah ini, kita perlu kembali ke pendidikan Islam yang kaffah. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

1. Revitalisasi Kurikulum Pendidikan

   Kurikulum pendidikan harus dirombak dan disesuaikan dengan nilai-nilai Islam. Mata pelajaran akhlak dan budi pekerti harus ditingkatkan porsinya. Anak-anak harus diajarkan tentang pentingnya nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pelatihan untuk Guru dan Orang Tua

   Guru dan orang tua perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mendidik anak-anak dengan nilai-nilai Islam. Pelatihan dan seminar tentang pendidikan akhlak dan spiritual harus rutin diadakan.

3. Pengawasan dan Pendampingan

   Anak-anak perlu diawasi dan didampingi secara lebih intensif, baik di rumah maupun di sekolah. Mereka harus diberi pemahaman yang benar tentang dampak negatif dari tawuran dan cara-cara yang lebih positif untuk mencari uang.

4. Penguatan Peran Masjid dan Komunitas

   Masjid dan komunitas Islam harus berperan aktif dalam mendidik dan membimbing anak-anak. Program-program seperti pengajian, mentoring, dan kegiatan sosial harus ditingkatkan untuk menarik minat anak-anak dan menjauhkan mereka dari kegiatan negatif.

5. Penggunaan Media Sosial yang Positif

   Media sosial bisa jadi alat yang efektif untuk pendidikan dan dakwah. Konten-konten positif yang mengajarkan nilai-nilai Islam harus lebih banyak diproduksi dan disebarluaskan. Anak-anak perlu diajarkan cara menggunakan media sosial dengan bijak dan bertanggung jawab.

Penutup

Fenomena tawuran demi cuan ini adalah cermin rusaknya nilai-nilai yang dianut oleh generasi muda kita. Tapi, dengan pendidikan Islam yang kaffah, kita bisa mengatasi masalah ini. Pendidikan yang tidak hanya fokus pada akademis, tapi juga akhlak dan ibadah, akan menciptakan generasi yang kuat, taat kepada Allah, dan bermanfaat bagi umat. Yuk, kita mulai perubahan dari sekarang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun