Mohon tunggu...
rojin sabas pitaha
rojin sabas pitaha Mohon Tunggu... -

aku pernah sendiri. kutatap langit hitam,lalu semua diam. maka, sebenarnya hari-hariku adalah permulaan yang tak pernah selesai, sebab aku belum bisa apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Apriori

26 Februari 2015   23:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:27 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebenaran apriori.
Kebenaran yg diperkenalkan secara tradisi,sejak kecil.
Sebagai penanaman kepercayaan atau,agama.
Dalam bentuk kebenaran jawaban-jawaban pasti.

Tentu,itu sangat dibolehkan.
Dan,bahkan dapat juga dibenarkan.

Hanya,jika usia telah mencapai remaja.
Seyogyanya,haruslah belajar berani mempertanyakan jawaban-jawaban .
Atau,mulai mencari pembuktian atas kebenaran jawaban-jawaban itu.
Ini bukan karena lemahnya kepercayaan.
Tapi,pembuktian lebih pada sebuah usaha untuk mencapai keyakinan.

Jika,hal tersebut tidak dilakukan.
Diabaikan,sebagai bentuk rasa cukup menerima jawaban-jawaban apa adanya.
Secara taqlid,ikut-ikutan semata.

Sungguh,keadaan itu tanpa disadari pelan dan pasti.
Akan menjadikan diri tertidur lelap,sulit terbangunkan.
Hingga,pada akhirnya sekalipun masih nampak hidup.
Sebenarnya,diri sudah mati...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun