Mohon tunggu...
Mentari ELart
Mentari ELart Mohon Tunggu... Administrasi - ..perempuan Indonesia

tinggal dan bekerja di Jerman.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Frankfurt Book Fair: Ketika Indonesia Menjadi Tamu Kehormatan

19 Oktober 2015   17:50 Diperbarui: 28 Juni 2017   16:38 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin saya datang ke pameran buku di Frankfurt. Frankfurt Book Fair, atau bahasa Jermannya Frankfurter Buchmesse. Rencana ke Frankfurt Book Fair ini memang sudah di agendakan sejak lama, karena selain merupakan pameran buku terbesar di dunia, tahun 2015 ini yang menjadi tamu kehormatan adalah Indonesia. Hore.

Tempat pameran buku ini besar sekali, pesertanya dari seluruh dunia. Jadi walaupun dateng dari pagi sampai sore mungkin nggak keburu untuk mengunjungi semua stand yang ada.  Dan saat ini saya akan menulis tentang stand Indonesia saja, ´kan sebagai tamu kehormatan.

Yang sangat menarik menurut saya di stand Indonesia ini adalah disain Interiornya, pokoknya kelas dunia deh. Hahaha gaya, kek sudah sering lihat pameran aja….

Di meja resepsionis, halah resepsionis, udah kaya di hotel. Berjejer dua meja panjang tempat segala macam booklet tentang Indonesia, tentang Book Fair, dan bermacam-macam buku yang bisa di beli.

Latar belakang meja resepsionis ini adalah tiang-tiang segitiga berisi rangkaian kutipan yang diatur sedemikian rupa hingga kutipan-kutipan itu terbaca jika pengunjung datang dari kanan atau kiri, kalau sudah di depan meja resepsionisnya dan lihat-lihat buku, maka kutipannya jadi tidak terbaca.

Masuk ke ruangan di sambut berbagai macam lampion raksasa yang  memenuhi seluruh ruangan.

Ada juga beberapa display box yang menampilkan berbagai naskah kuno dari berbagai daerah di Indonesia.

Buku-buku ditata sangat cantik di berbagai lemari dan meja-meja yang menyerupai bentuk perahu.

Lampu yang berbentuk buku, kelihatannya seperti buku biasa, eh pas dibuka ternyata lampu...

Buku Anak-anak juga banyak...

Sayangnya ruangan ini menurut saya terlampau gelap, hingga menyulitkan saya untuk melihat-lihat semua buku yang di pamerkan, apalagi untuk di baca, menurut brosur di stand Indonesia ini ada lebih dari 850 judul buku, dari 180 percetakan, dan di terjemahkan ke dalam 30 bahasa.  Tidak tahu juga yang diterjemahkan ke dalam 30 bahasa itu semua judul buku, atau hanya bukunya Andrea Hirata dan Pramodya Ananta Toer. hehehe.

Ruang pameran yang besar itu isinya bukan hanya buku tokh, tapi tiap sudutnya dimanfaatkan untuk kegiatan promosi budaya Indonesia. Di pojok sana ada yang main angklung, di pojok sini ada yang demo masak, di bagian lain ada diskusi.

Bumbu-bumbu Indonesia juga ada, ditata cantik di gelas-gelas kaca...

Yang kangen sama komik Indonesia juga bisa bernostalgia...

Yang paling ditunggu-tunggu pengunjung hari itu tentunya adalah interview dengan Mantan Presiden RI, pak Habibie dan Romo Magniz-Suseno. Moderatornya dari surat kabar Frankfurter Allgemeine Zeitung, Jochen Buchsteiner, sebenarnya sudah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bagus, misalnya: apakah mereka optimis dengan kondisi Indonesia saat ini (berdasarkan isu: hukuman mati untuk pengedar narkoba atau presiden yang menolak minta maaf untuk peristiwa G 30 S). Tapi entah karena waktu wawancara yang sangat singkat, hingga jawaban-jawaban dari mereka kurang menggigit, dan terkesan normatif.

[caption caption="MC nya cantik, pakai syal batik"]

[/caption]

[caption caption="Romo Magniz-Suseno, FAZ, BJ Habibie"]

[/caption]

[caption caption="Di antara penonton: Dubes RI di Berlin, Bapak Fauzi Bowo, dan Konjen Franfurt, ibu Wahyu Hersetiati"]
[/caption]

Di luar stand Indonesia, ada juga restaurant Indonesia, jadi yang kangen dengan masakan Indonesia atau pengen tahu bagaimana makanan Indonesia, silahkan makan di sini. wah antriannya panjang.

Ohya, ngomong-ngomong, di pameran buku ini, buku apa sih yang sempat saya baca (walau dengan cahaya remang-remang cuaca). Ini bukunya: „Cigarette Girl“ Gadis Kretek, penulisnya Ratih Kumala yang pernah nulis novel Tabula Rasa dan difilmkan.Si Mbak Ratih Kumala ini sebenarnya juga hadir di Frankfurt Book Fair untuk bedah novel ini beberapa hari lalu, tapi saya tidak hadir. Hehehe.

Novel ini bercerita tentang 3 bersaudara yang mencari seorang peremüpuan bernama: Jeng Yah. Seorang perempuan yang namanya berkali-kali di sebutkan dalam igauan ayah mereka yang sedang sekarat. Dan nama itu tentu saja bukan nama ibu mereka, yang masih hidup dan sangat emosi tiap kali nama Jeng Yah di sebutkan. Mantan pacar ayahnya kah? Atau kekasih gelap ayahnya? Saya belum tahu, karena baru baca beberapa halaman.

Buku yang ringan, menarik, tidak membosankan, dan enak dibaca menurut saya. Tapi karena buku yang saya baca dalam versi bahasa Inggrisnya, maka ada beberapa terjemahan yang menurut saya kurang pas. Entah karena diterjemahkan kata per kata, atau karena editornya terburu-buru mengejar deadline harus dipamerkan di Frankfurt. Contohnya di halaman 9: „…, even though I from a rich family“. Apaan sih maksudnya? Ohya, mungkin dalam buku aslinya, atau kalimat lisannya seperti ini: "meskipun saya dari keluarga kaya.."

Tapi ya begitu lah, setelah beberapa halaman, akhirnya saya terbiasa dengan terjemahannya yang bikin saya senyum-senyum sendiri, atau spasi yang kurang di sana-sini. Yang bikin saya bertanya-tanya dalam hati, ini kata baru ya? Hehehe.

Ohya, sebelum Pulang saya sempat mampir ke stand ARD, ada bioskop mini nya kebetulan film yang akan di putar tentang Indonesia: Beri, si gadis cilik penari Bali.

Secara keseluruhan, menurut saya penampilan Indonesia di Frankfurt Book Fair ini mendapat nilai A, seperti kata Anies Basweden, yang saya baca di sini, beliau bangga dengan prestasi Indonesia yang menjadi tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair. Prestasi ini disebut yang terbaik dalam 10 tahun terakhir.

 

 

 

 Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun