Saya bilang sama dokternya: „Tapi saya sehat dokter. Saya tidak pernah sakit malaria. Seumur hidup saya belum pernah sakit berat atau masuk rumah sakit. Kalaupun sakit hanya sekedar sakit kepala yang kalau dibawa tidur juga hilang. Bahkan saya pernah mendonorkan darah juga di Jakarta."
Lalu sambil tersenyum dokternya berkata: "Itu kan di Indonesia. Standard kesehatan di Jerman beda dengan standard kesehatan di Indonesia".
Sakit betul hati saya saat itu. Padahal belum juga diperiksa, hanya dilihat biodata saja, saya sudah ditolak cuma karena saya lahir di Indonesia. Dan Indonesia dianggap negara epidemie malaria.
Karena saya orangnya gigih, tidak pantang menyerah, sekaligus tidak tahu malu, maka setelah rasa sakit hati itu hilang, saya kembali berencana mendonorkan darah. Kali ini di kota lain, hehehe.
Setelah memperlihatkan kartu identitas akhirnya keluar hasil: Taraa.... saya tidak boleh mendonorkan darah.
Saya sudah mencoba di berbagai kota, hasilnya tetap sama: Saya tidak boleh mendonorkan darah. Ternyata nama saya sudah diblokir di DRK Hessen dan Baden Württemberg, jadi mau dimanapun saya mencoba mendonorkan darah, hasilnya tetap ditolak.
Saya juga sempat diperlihatkan buku pegangan mereka, dalam buku itu memang tercetak peta Indonesia, dan negara Indonesia termasuk dalam daftar negara-negara epidemi malaria (versi buku mereka). Kata mereka, sebenarnya buku itu rahasia, tidak boleh diperlihatkan pada orang lain, tapi karena mereka kasihan sama saya, makanya saya dikasih lihat. Biar tidak penasaran.
Di tempat percobaan terakhir saya juga sempat tanya ke dokternya: "Jadi, saya seumur hidup tidak boleh donor darah di Jerman nih dok?"
"Tidak boleh"
"Walaupun saya sehat?"
"Walaupun Anda sehat"