Es schneit, it´s snowing, saljuan.  Itu adalah kata pertama yang muncul di kepala saya pagi ini ketika membuka jendela kamar.
Hari ini, 10 Des 2014, turun salju pertama (di tahun ini) di tempat tinggal saya, di negara bagian Hessen. Agak terlambat memang, dibandingkan dengan Amerika atau negara bagian lain Jerman yang sudah saljuan dari beberapa waktu lalu, tempat tinggal saya, di daerah Hessen, memang lebih hangat dibanding Jerman bagian utara (yang dekat laut) atau Jerman bagian selatan (dekat gunung).
Diam-diam, sebenarnya kami mengharapkan salju tidak turun cepat-cepat. Berharap salju betah berada di negara lain dan lupa untuk datang ke Jerman. Hehehe.
Apalagi dua tahun lalu, Desember 2012, Jerman pernah merayakan natal tanpa salju. Matahari bersinar cerah (walau tetap dingin) dan suhu saat itu hanya 20C saja.
Tapi tentu saja, sebagai orang Indonesia, yang lahir dan besar di negara tropis dan masa kecil dihiasi dengan film-film buatan Amerika yang menceritakan betapa indahnya musim salju, buat saya salju (terutama salju pertama) selalu menarik dan menciptakan melankoli tersendiri.
Salju
Salju adalah air yang jatuh dari awan yang telah membeku menjadi padat dan seperti hujan. Salju terdiri atas partikel uap air yang kemudian mendingin di udara yang jatuh ke bumi sebagai kepingan empuk, putih, dan seperti kristal lembut.
Salju yang dalam suhu tertentu mudah sekali mencair itu, dan di pandangan mata saya hanya berupa serpihan kecil seperti tepung ternyata tiap kepingannya mempunyai bentuk yang unik.
Wilson Bentley (1865-1931) dari Jericho, Vermont adalah orang pertama yang mengambil foto dari butiran salju melalui penggunaan mikroskop yang melekat pada kameranya. Dengan koleksi 5.000 gambar butiran salju,dia memperkenalkan pada banyak orang tentang keragaman luar biasa dari kristal salju.