Mohon tunggu...
Syafruddin
Syafruddin Mohon Tunggu... Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi -

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Bureaucratie"

13 November 2018   07:45 Diperbarui: 13 November 2018   09:15 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Berbicara pelayanan publik, saya selalu mengingat cerita tentang awal mula birokrasi. Sebab kisah sejarah penting sebagai inspirasi atas perubahan, dan sejalan dengan transformasi birokrasi untuk mendorong hadirnya negara untuk membangun kesejahteraan rakyat.

Cerita dahulu, berawal dari kebiasaan orang prancis yang membentangkan "kain wool sebagai penutup meja tulis, sebutannya burel", lalu sebutan ini berubah menjadi bureau bagi setiap orang yang menulis diatas kumpulan meja secara bersama.

Sistem kerjanya yang saling berbagi peran, diistilahkan bureaucratie, birokrasi, sedangkan orang-orang yang terlibat disebut para birokrat, menjalankan sistem itu. Tabiat birokrat ini sangat rumit, segala hal menjadi berbelit dan berkelok-kelok karena dari meja yang satu ke lainnya, saling membentur tembok. Akhirnya untuk menembus tembok itu, mulai disusupkan sistemnya dengan suap atau jika diinginkan birokrat dan masyarakat, disebutlah pungli.

Sekarang, seiring berubahnya jaman, tuntutan masyarakat semakin berubah, transparansi menguat, pelayanan publik pun semakin diharapkan memudahkan urusan masyarakat, praktik suap dan pungli menjadi musuh bersama, publik juga mengharapkan unsur pelayanan pemerintah yang berbelit makin dipangkas. Karena yang dibutuhkan ke depan adalah kecepatan, cepat melayani, cepat beradaptasi, cepat mengadopsi hal baru, cepat mengejar ketinggalan.

Inilah kunci suksesnya negara untuk menjadi bangsa pemenang, bangsa yang berdaya saing tinggi, melakukan reformasi sistem yang sejalan kecepatan teknologi dan informasi, dan bila landscape kehidupan sudah berubah demikian drastisnya, birokrasi harus didorong melalui transformasi yang fundamental.

Syarat utama tercapainya prioritas pembangunan baik pusat maupun daerah adalah tata kelola pemerintahannya, kunci perbaikannya terletak pada reformasi birokrasi yang tidak hanya bertumpu untuk mendapatkan birokrasi profesional yang mampu melayani rakyat, tetapi lebih dari itu, sekali lagi saya ulang, yaitu "meletakkan pondasi kebangsaan untuk memenangkan persaingan global".

sumber foto : Dokpri
sumber foto : Dokpri
Maka, terlihat bahwa kerjasama yang dibangun antara lembaga swasta dengan pemerintah juga untuk tujuan untuk menyiapkan generasi yang mampu memenangkan persaingan global dan mampu bersaing secara internasional.

Namun demikian, dalam konteks nasional, terdapat keterbatasan sumber daya pengelola, serta pertumbuhan indeks efektivitas pemerintah yang belum signifikan (dalam kurun waktu 8 tahun terakhir hingga 2016, pertumbuhannya masih di bawah Singapura, Brunei, Malaysia dan Thailand). Oleh karenanya, dibutuhkan solusi yang sifatnya makro nasional, yaitu: 1) perbaikan kualitas asn, 2) peningkatan kecepatan pelayanan publik yang berkualitas, 3) penguatan tata laksana kelembagaan, serta 4) peningkatan akuntabilitas serta efektivitas dan efisiensi kerja birokrasi.

Penjabaran implementatif untuk point nomor 4 (empat) diatas adalah melalui optimalisasi kerangka evaluasi instansi pemerintah, yang berorientasi pada:   1) sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (sakip); 2) kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi; serta 3) implementasi zona integritas menuju wilayah bebas korupsi (wbk) dan wilayah birokrasi bersih melayani (wbbm).

sumber foto : Dokpri
sumber foto : Dokpri
Terkait sikap, instansi pemerintah semakin didorong untuk dapat mempertanggungjawabkan manfaat / hasil atas setiap rupiah anggaran yang digunakan, bahkan mendorong instansi pemerintah untuk mampu memanfaatkan anggaran dan sumber daya secara bijak untuk mencapai target-target pembangunan secara memuaskan. evaluasi bukan sebagai ajang kompetisi bagi keberhasilan mencapai indikator / kategori penilaian, tapi memberikan konsultasi atas berbagai masalah dalam instansi pemerintah, sehingga outputnya memperbaiki tata kelola pemerintahan.

Hasilnya, ditunjukkan melalui perkembangan akuntabilitas kinerja daerah sebagai buah kerja keras pimpinan daerah beserta jajarannya, yang didukung kuat oleh masyarakat secara legal maupun legitimate, serta tentu manfaatnya dirasakan langsung masyarakat, mendukung terbangunnya kesejahteraan yang berkeadilan, sebagaimana ilustrasi yang digambarkan di awal artikel ini.

Pemerintah pusat memberikan apresiasi kepada pimpinan daerah yang telah mendorong kemajuan akuntabilitas kinerja pemerintahan di daerah. Sebab harus diyakini bahwa perbaikan tata kelola pemerintahan yang bertumpu pada reformasi birokrasi-lah yang akan melahirkan sistem yang menjadi pilot project dan percontohan untuk diwariskan kepada generasi penerus.

Ibarat ilmu bercocok tanam, jika sawah luput untuk ditanam maka akan rugi semusim, tetapi jika sistem tidak dibangun maka negara akan kehilangan berlapis-lapis generasi yang menjaga kelangsungan peradaban di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun