Mohon tunggu...
Dioz Mahardhika
Dioz Mahardhika Mohon Tunggu... -

hobi cerita dongeng murahan, doyan makan gethuk lindri, cenil, dan kupat tahu, alergi sifut, teri, durian, kelengkeng, dan jam weker

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Suatu Hari Bersama Sang Pencipta

26 November 2016   09:57 Diperbarui: 26 November 2016   10:25 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MELIHAT INDONESIA

 suatu hari ketika saya duduk di bukit yang berumput hijau, sambil saya melihat keindahan alam, saya bertanya pada Tuhan, " Tuhan bukankah Engkau ini sumber damai? bukankah Engkau sumber sukacita setiap manusia? kenapa kok ada kekacauan yang muncul dalam perbedaan?".

 saya agak kaget ketika tetiba Tuhan muncul di sebelah saya dan berbicara, "so what?!".

 belum sempat hilang kagetku, Tuhan melanjutkan perkataan-Nya, "namanya juga manusia, jangan kan ngomongin agama, sudah tau diciptakan dari lahir hingga dewasa berbeda, dari suku, ras, jalan hidup, komunitas, matanya, rambutnya, tapi ya nyatanya sulit saling menghargai kan?"

 aku termangu dan sedikit berbisik, "bener juga ya".

 "Gak usah jauh-jauh Dioz", sambungNya

 "lihat tuh gereja-gereja yang ada  di Indonesia, lihatlah ke dalam, yang katanya memahami ajaranKu tentang kasih, nyatanya? yang china aja ga suka sama yang jawa, penuh kecurigaan, yang batak juga ada yang tidak disukai, bahkan... kamu GKI kan ya? kadang yang GKI pun alergi kok sama yang Kharismatik, iya apa iya?", tanyaNya padaku sambil mencolek bahuku seraya menyadarkan.

 "iya juga ya", balasku lirih.

 "hanya karena china, maka orang-orang males nolongin, hanya karena kulitnya hitam banyak orang males kumpul bersama, lha wong kenyataannya begitu kenapa kamu bingung melihat kekacauan di Indonesia, gereja yang secara nyata mendeklarasikan mengenal kasih saja tetap ada permusuhan terselubung dalam jemaatnya?"

 "kamu bekerja di sekolahan juga kan? lihat murid-murid itu, bahkan mereka pun masih suka mem-bully temanya yang nampak berbeda, kamu pun selalu memikirkan hal ini bukan?", sambung Tuhan.

 aku ndak sanggup menampik perkataanNya kala itu, lantas aku kembali bertanya, "lantas kenapa Tuhan mengijinkan semua ini terjadi, bukankah Tuhan membenci pertikaian dan kekacauan?"

 "Knapa sih kamu tanya terus, Dioz... Aku memang tidak menyukai perpecahan, tapi yang membuat perpecahan kan ya manusia sendiri, aku mengijinkan mereka menghadapi ini semua supaya dapat berfikir dengan dewasa untuk menyikapi perbedaan, supaya ketika damai itu mampu diciptakan karena kesadaran penuh dalam perbedaan, setiap orang mampu menghidupnya". ucap Nya sambil terkekeh.

 "lho kok Tuhan ketawa sih, kan... ", belum selesai aku berbicara, Tuhan sudah terlihat jauh terbang ke awan sambil tersenyum padaku, senyumnya nampak hangat dan penuh kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun