Mohon tunggu...
Widianto.H Didiet
Widianto.H Didiet Mohon Tunggu... Model - Pria Tampan Pencari Cinta

Seorang pecinta seni yang mencari makan dari dunia kreatif, suka jalan jalan selama tidak menyusahkan dan tentunya sangat menikmati Wisata Kuliner sebagai kebutuhan wajib yang tidak bisa ditinggalkan. Aktif di dunia fotografi sebagai praktisi, hobi dan sekaligus pengisi pundi pundi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nyawaku Milik Gusti

19 Maret 2021   09:19 Diperbarui: 19 Maret 2021   09:26 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peti Korban Covid (dok.pri)


Banyak banget hal yg baru yg aku temuin gara2 virus Corona ini.. salah satunya soal kehidupan... Kejadian ini adalah kejadian setahun lalu saat pandemi mulai berjangkit dan masyarakat mulai terkena dampaknya. Penutupan berbagai fasilitas umum seperti sekolah telah terjadi di berbagai bidang seperti sekolah yang mengakibatkan ditutupnya area sekolah tersebut dan para siswa diliburkan.

Jalanan malam ini di sekitar rumahku sepi, berkurang orang berkeliaran di jalan yang biasanya ramai dan juga di indomart alfamart. Kesadaran akan bahaya virus ini cukup terasa dan membuat orang sadar kesehatan dadakan.. hanya satu dua orang nongkrong di pinggir jalan deket rumah gw dari biasanya yg rame banget..

Aku yg biasa keluar malam sekedar beli rokok ketangkep sama pak Haji yg nongkrong disitu..

"Tumben pak" kataku..  secara biasanya dia ada di mesjid.

"Mesjid tutup dit, dari sekolahnya ditutup buat umum. Jadi gak bisa masuk, jadinya disini dulu"
memang mesjid di deket tempat gw ditutup buat umum..

"Pada takut corona nih? "

"Sepertinya sekolahnya takut, tapi lebih ke pencitraan sih. Tempat2 ramai sekarang jadi pemberitaan, takutnya dinilai gak peduli"

"Bapak gimana? gak pakai masker?"

"Masker? Nggak, gak suka, pakainya sesak.. biar deh, kalau kena ya sudah.. nyawaku milik Gusti.. mau ambil ya ambil.. kapanpun saya siap"

Aku diam dan merenung.  Kuhisap rokokku dan kuhembus perlahan..

"Saya kan sendiri, anak2 diluar kota semua. Istri gak ada. Mau apa lagi.. ya saya nikmati saja. Main ke mesjid nongkrong sama temen2  bikin saya lupa kalau saya sudah tua.." dia diam dam merenung

"Kadang saya kangen sama istri," istrinya sudah meninggal 3 tahun lalu.

"Suasana jalanan sepi gini,.bikin saya berasa kosong. Hampa..gak enak.  Eh ayo dit main catur," dia membuka kotak catur dan menyusunnya.

Sekilas aku menatap pantulan cahaya.. Di matanya.. Di tepi matanya  

Aku ambil posisi duduk dan menjalankan pion putih..

"Skak* teriakku  

Dia ketawa.. ompongnya terlihat sembari menjalankan pion catur...
.
Masih terngiang ucapan tadi..
"Nyawaku milik Gusti.."

........................................................................

Aku mengenang kejadian itu ketika mendapat kabar duka. Pak Haji telah berpulang pagi tadi. Covid telah mengantarnya bertemu Gusti Allah, Sang Pencipta. Selamat jalan Pak Haji, kelak kita main catur lagi di surga sana....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun