Mohon tunggu...
Widianto.H Didiet
Widianto.H Didiet Mohon Tunggu... Model - Pria Tampan Pencari Cinta

Seorang pecinta seni yang mencari makan dari dunia kreatif, suka jalan jalan selama tidak menyusahkan dan tentunya sangat menikmati Wisata Kuliner sebagai kebutuhan wajib yang tidak bisa ditinggalkan. Aktif di dunia fotografi sebagai praktisi, hobi dan sekaligus pengisi pundi pundi.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Peraturan SNI Mainan yang Bisa Disalahgunakan

22 Januari 2018   04:07 Diperbarui: 22 Januari 2018   14:41 4786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanda SNI pada mainan Anak. Kontan.co.id

Tiba-tiba saya berpikir, aturan SNI mainan ini bisa jadi adalah permainan pedagang, kenapa? Coba lihat aturan Menteri Perindustrian tentang pengurusan pembuatan SNI mainan.

Yang bisa ngurus adalah badan usaha, dan mendapat persuratan dari pihak pembuat mainan di luar sana, di mana tanpa SNI, barang tidak bisa masuk ke Indonesia dan wajib diekspor balik atau dihancurkan, begitu kesimpulan singkat dari peraturan itu.

Logika ya, saya pedagang, saya tau mainan Gundam banyak peminatnya, saya mau jualan barang itu di sini dengan pertimbangan banyak yang minat, pastinya saya adalah pedagang besar dengan modal maksimal buat menjalankan rencana saya.

Pertama saya bikin deal dengan pihak Bandai misalnya sebagai pembuat mainan itu, saya bilang akan import barang itu ke sini dan saya yang akan ngurus SNI, tapi syaratnya Bandai cuma boleh jual barang itu ke saya untuk penjualan di Indonesia, tidak ke pihak lain.

Bandai gak mau dan malah mau kerjasama dengan pihak lain? Saya bikin orang saya di Kementerian buat nahan tuh SNI biar gak keluar, ngurus berkali-kali gak keluar tuh SNI kalau bukan saya yang ngajuin. So mau gak mau saya yang megang tuh produk.

mainan tanpa SNI, hancurkan!. Dokpri
mainan tanpa SNI, hancurkan!. Dokpri
Jdar.. otomatis saya adalah importir tunggal produk Gundam dari Bandai untuk penjualan di sini, monopoli di sini.

Orang gak bisa belanja barang itu dari luar dan handcarry karena menurut peraturan harus ada tanda SNI di produk, mau bawa sini, gak ada cap SNI, hancurkan atau kirim balik di peraturannya begitu tulisannya.

Mau impor banyak dari pabrik juga gak bisa karena saya punya perjanjian dari Bandai sebagai distributor utama dan Bandai cuma jual ke saya doang untuk di Indonesia.

Untungnya buat saya, saya berhak memberi harga produk itu dengan harga saya untuk penjualan di sini, dan saya gak punya pesaing karena penjualan di sini cuma dipegang oleh saya, biar mehong pasti banyak yang belilah, banyak penggemar gitu lho.

Ruginya buat penggemar Gundam, cuma tipe Gundam yang saya suka yang bisa masuk ke sini, karena cuma saya sebagai distributornya dari Bandai yang nentuin tipe apa yang bakal saya urus SNInya dan penggemar Gundam cuma punya pilihan beli sama saya dengan harga mehong bo.

Andaikan kalau gak ada aturan SNI, siapa aja akan bisa pesen ke Bandai langsung dalam jumlah berapa saja, tipe apa saja dan bisa dijual di sini secara bebas, selama bayar pajak.

Yang diuntungkan di sini siapa? Ya jawabnya pertama Kementerian Perindustrian yang kebagian duit pendaftaran SNI dan saya sebagai pemegang izin dagang barang itu di sini.

Soooo... logisnya pastinya peraturan ini hadir dengan melibatkan pihak-pihak yang bisa dapet untung, dan pastinya akan ada pihak yang diuntungkan dengan aturan ini.

Siapa sih yg mau ngurus SNI satu produk impor tanpa dapet untung. Saya misalnya. Saya ngurus SNI satu barang terus besoknya sepuluh orang masukin barang itu. Rugi doong, mending sekalian saya kunci biar cuma saya yang monopoli barang itu.

Nah.. jadi kira-kira kepentingan siapa SNI ini dibuat, di luar melindungi keamanan anak? PDG, pedagang, tentunya pedagang bermodal besar.

Apesnya, dari aturan ini, pihak Bea Cukai yang jadi tumbal menerima karma buruk karena jadi ujung tombak penerapan aturan SNI mainan, padahal mereka dari kementerian yang berbeda.

Serukaaan....

*siulsiul

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun