Mohon tunggu...
Widianto.H Didiet
Widianto.H Didiet Mohon Tunggu... Model - Pria Tampan Pencari Cinta

Seorang pecinta seni yang mencari makan dari dunia kreatif, suka jalan jalan selama tidak menyusahkan dan tentunya sangat menikmati Wisata Kuliner sebagai kebutuhan wajib yang tidak bisa ditinggalkan. Aktif di dunia fotografi sebagai praktisi, hobi dan sekaligus pengisi pundi pundi.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Menjadi Lelaki Jantan!

19 September 2016   12:28 Diperbarui: 19 September 2016   13:33 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam turing bersama 10 orang rekan-rekan Kompasianer ditemani oleh beberapa rekan dari TVS Motor Club Jakarta 23 & 24 Agustus 2016 kemarin,ada kisah yang membuat saya mengalami suatu perubahan pandangan. Bukan pandangan hidup tapi pandangan saya akan motor dengan kopling, atau yang sering disebut Motor Laki!

Dalam keseharian, saya adalah pengguna motor matic, baik honda astrea ataupun scoopy. Terakhir saya menggunakan kopling adalah sekitar 10 tahunan lalu dengan motor GLPro milik kantor yang kondisinya tidak cukup baik, saya sempat punya Tiger walau tidak sering digunakan dan dijual gegara merasa keberatan dengan bodynya, repot naiknya buat menembus kemacetan. 

Dalam turing ini dengan alasan repot dan lebih mudah jika merokok, saya awalnya memilih motor TVS Dazz matic, yang tinggal ngegas doang langsung jalan. Handling motor ini ketika di perkotaan sangat amat lincah jauh lebih lincah dari scoopy milik saya. Mungkin karena bentuknya lebih singset jadi TVS Dazz ini lebih gampang dikemudikan.

Namun masalah mulai timbul ketika melewati jalanan kosong. Untuk mencapai kecepatan 85km/jam saja motor ini sepertinya sudah mengeluarkan kekuatan mesinnya dengan setengah modar. Saya jadi sering ketinggalan dengan teman lainnya dan ditegur oleh om Mulyadi dari TVS Motor Club yang bertugas sebagai sweeper. Belum lagi ketika melewati jalan degan belokan-belokan tajam ketika menuju penginapan Resort Giri Tirta Kahuripan, Wanayasa, saya kembali tertinggal karena tidak berani menggeber kencang motor matic TVS Dazz ini. Berasa goyang dan nggleser di belokan, serasa tidak cukup aman untuk berbelok tajam walau memang kekuatan mesinnya dahsyat karena kuat menanjak tanpa kehilangan kecepatan.

Ketika di penginapanpun rekan-rekan lain "meledek" saya karena lebih memilih motor matik yang berkesan gak jantan. Awalnya sih saya santai saja karena mental saya yang kuat dan gak mempan di ledek. Tapi lama kelamaan jadi panas juga.

ukurannya cocok dengan badan saya
ukurannya cocok dengan badan saya
Akhirnya tanpa hingar bingar saya meminjam kunci TVS Apache RTR 200 4V dari om Kevin untuk mencoba di halaman penginapan. Gambaran saya tentang motor laki yang berat dan repot dalam handling sirna. Motor laki bikinan TVS ini handlingnya sangat mudah! Bodynya ringan tidak seberat tiger yang membuat saya kapok naik motor laki. Tidak terasa berat ketika berbelok atau zigzag.

Perjalanan Pulang ke Jakarta akhirnya saya memutuskan untuk bertukar motor dengan rekan yang lain, saya membawa TVS Apache RTR 200 4V, motor laki CC besar seharga 24 juta dari TVS. Dengan narsisme tingkat akut saya menempel om Kevin yang memegang kamera agar terfoto bersama motor keren ini.

Luar biasa sekali kenikmatan motor laki TVS ini, saya yang tadinya dengan motor matic ketika di rombongan selalu berada di urutan terbelakang bisa bermain-main dengan kecepatan hingga sampai urutan kedepan. Bahkan yang tak terlupakan, perasaan kaget ketika jalanan kosong dan menggeber motor ini, saya menemukan saya sudah melalui kecepatan 131 km/jam. Luar biasa untuk saya pribadi, dimana ini merupakan rekor baru bagi saya dalam mengendarai motor.

stabil di jalan berliku
stabil di jalan berliku
Saya jadi mengerti kenapa saya selalu tertinggal dengan teman-teman lain ketika mengendarai motor matic. TVS Apache RTR 200 4V ini sangat stabil, jadi ketika melahap tikungan tajampun tidak berasa goyang ataupun menggeser sehingga kecepatan tinggi mudah dicapai. Mungkin ini didukung dengan ban Pirelli yang digunakannya yang membuatnya lebih menempel pada jalan. Kecepatan tinggi bisa dinikmati dengan maksimal.

Ketika memasuki perkotaan, kembali lagi motor ini teruji. Bayangan saya bahwa motor laki sangat tidak nyaman ketika macet sirna. TVS Apache RTR 200 4V ini dapat dikendalikan dengan mudah menembus kemacetan. Handling yang nyaman untuk meliuk-liuk mencari selah diantara mobil-mobil yang menumpuk di jalanan. Motor laki ini terasa ringan sehingga saya tidak berasa berat dan kelelahan dalam mengendarainya di kemacetan kota.

Singkat cerita, TVS Apache RTR 200 4V membuat saya jatuh cinta. Setelah turing yang juga meninjau pabriknya ini dimana saya menjadi sangat percaya akan merek TVS sebagai motor berkualitas handal, saya memutuskan untuk menjadikan motor ini menjadi pilihan utama saya dalam menambah koleksi kendaraan roda dua saya nanti.

menaikkan kejantanan hingga 50%
menaikkan kejantanan hingga 50%
Bentuk motor 200cc ini juga sangat jantan, gagah dan dengan kualitas mesin dan cat serta kualitas body yang bagus membuatnya sangat layak menjadi pilihan. Selain memberi kesan Lelaki Jantan bagi pengendaranya, motor ini juga tidak membuat malu pengendaranya yang tidak biasa mengemudikan motor kopling seperti saya karena mudahnya dikendarai. 

TVS Apache RTR 200 4V kamu membuat saya menjadi lelaki sejati!

Salam Otomotif

Widianto H Didiet

note: karena rumah saya kemalingan dan si maling mengambil laptop dimana file2 video perjalanan saya berada, jadi saya tidak bisa menampilkan kegantengan saya dalam bentuk video selain satu video ini


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun