Ada banyak hal yang tidak aku suka dari bulan puasa. Selain egoistis kaum agamis pada orang yang tidak melakukan puasa, banyak banget kesulitan yang dialami orang yang tidak puasa di bulan ini.
Warteg dan warung-warung murah tutup. kesulitan mencari makan siang sangat terasa. Yang tersisa tinggal restoran bermerek. Itupun serasa pesakitan jika makan disitu. Restoran ditutupi kain. Kenapa sih harus begitu? menghormati yang puasa? Kenapa juga yang puasa harus dihormati? Suatu kehebatan gitu kalau berpuasa? Kalau yang puasa harus dihormati, hormati juga dong yang tidak puasa.
Bahkan tersiar berita di media sosial, di beberapa kota yang tidak puasa dihukum push-up, bahkan pemilik warung yang buka siang hari sampai disita makannya. Alasannya: mengganggu orang yang beribadah... Hadeeeeeuuuuh.....
Bersikap biasa sajalah jika berpuasa. Ada orang makan ya biarkan saja, ada orang minum ya biarkan saja, ada orang merokok ya biarkan saja. Itu resiko berpuasa kok, harus bisa menahan godaan. Malah (katanya) dapet pahala kan kalau bisa menahan godaan.Â
Negara kita sendiri bukanlah negara agama walau memang agamis, melainkan negara dengan berbagai ragam suku bangsa dan agama. Kenapa justru perlakuan terhadap yang berpuasa sangat keterlaluan dihormatinya? bahkan berlebihan? Itu karena yang melakukan puasa adalah kaum Mayoritas. Dimana para pemimpinnya adalah kaum pelaku puasa juga, walaupun entah puasa buat citra pribadi atau buat Tuhan.
Bicara mengenai Tuhan, puasa itu buat Tuhan, bukan buat orang-orang atau golongan tertentu. Apalagi buat golongan yang suka melakukan sweeping kala puasa. Mau puasa ataupun gak puasa adalah tanggung jawab pribadi manusia pada Tuhannya, bukan dipaksa ataupun terpaksa.
Jika memang melakukan puasa buat Tuhan, maka tidak ada sikap memaksakan ibadah itu pada orang lain. Apalagi sampai menutup tempat-tempat yang berjualan makanan. Orang-orang melakukan puasa harus benar-benar iklas, bukan paksaan atau demi citra diri.
Selain masalah itu, kebiasaan yang menyebalkan di akhir bulan puasa. Pulang Kampung! Ribuan bahkan Jutaan orang berbondong-bondong pulang ke daerah asalnya. Hanya untuk merayakan Lebaran. Bayangkan betapa macet dan repotnya ikutan tradisi yang tidak jelas asalnya ini.
Aku yakin di Arab sana gak ada itu tradisi pulang kampung. Perjalanan Jakarta Jogja yang biasanya ditempuh 11 jam dengan mobil, bisa jadi 24 jam lebih. Bayangkan betapa lelah dan borosnya perjalanan ini.
Naik Pesawat atau kendaraan umum? coba liat harga tiketnya berapa kali lipat. Gak masuk akal. Kenapa sih harus pulangnya waktu Lebaran? apa sih bedanya dengan hari-hari lain? Hanya kumpul keluarga saja gak perlu di waktu lebaran kan? Kalau pintar berhemat cuti kerja, toh akan lebih menyenangkan bila acara pulang kampung dilakukan pada bulan lain yang terbebas dari macet dan mahalnya harga-harga. Sangat lebih menyenangkan dan tidak lelah.
Cocokkan cuti dengan keluarga lainnya agar bisa berkumpul dengan seluruh keluarga. Jangan memaksakan diri pulang kampung ditengah macetnya jutaan orang yang melakukan tradisi ini.