Â
[caption id="attachment_78138" align="alignnone" width="406" caption="Baru setelah itu memeriksa Nana dengan cermat dan cepat"]
Â
Â
[caption id="attachment_78139" align="alignnone" width="406" caption="dilihat tenggorokannya.. ayo Nana bilang "]
Â
Â
[caption id="attachment_78140" align="alignnone" width="610" caption="Setelah itu nana dinyatakan sehat dan berpose bersama dokter Kiki"]
Â
Buat rekan Kompasianer, sedikit saran saya buat memilih dokter anak;
- Pilihlah dokter yang enak diajak ngobrol dan bisa menjawab pertanyaan kita tentang perawatan dan penyakit anak
 - Pilihlah dokter yang tidak mudah memberi obat pada anak. Pemberian obat hanya diperlukan jika anak kita benar-benar dalam kondisi tidak dapat melawan penyakitnya.
 - Pilihlah dokter yang memperhatikan perkembangan anak kita. Bisa dilihat dari caranya memperhatikan anak kita, dokter yang baik akan memandang anak kita dengan detail terutama pada saat pertama anak kita bertemu dengannya. Fungsinya agar dokter dapat mengetahui karakter dan fisik anak.
 - Pilihlah dokter yang mudah dihubungi, seperti misalnya memberi kontak pribadi pada kita. Hal ini memudahkan kita dalam bertanya bila terjadi apa-apa pada anak
 - Pilihlah dokter yang bisa menjelaskan secara logika tentang penyakit anak kita. Bukan dokter yang pelit bicara ataupun hanya menulis resep tanpa menjelaskan fungsi dari obat yang diberikan.
 - Pilihlah dokter yang "harganya" sesuai dengan kantong kita, jangan karena dokternya mahal membuat kita jadi pelit ke dokter. Bantuan dokter dalam memantau perkembangan anak sangat diperlukan. Apalagi untuk balita yang belum bisa menjelaskan pada kita sakitnya apa.
 - Pilihlah dokter yang fotogenic dan enak buat difoto, agar dokumentasi anak kita bisa bagus dan komplit. Kalau dokternya gak mau difoto kan kita gak punya dokumentasi anak kita ke dokter.. .
Â
Â