Mohon tunggu...
Herdianto
Herdianto Mohon Tunggu... Konsultan - Earth Walker

Apa adanya dan juga Pecinta mendol

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cerita Satu Suapan (Kapan Terakhir Kali Kau “Hak”i Aku?)

16 Februari 2013   16:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:13 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bayi. Ada yang belum pernah melihat ?

What is your first reaction after reading the word? So many I think.

Lucu dan menggemaskan, seringkali kita dibuat mereka lena, lupa sesaat atau bahkan berjam-jam lebih hanya untuk sekedar menikmati kumpulan kata sifat yang unik yang terangkum dalam kata “gemas”. Ingin rasanya menggendong mereka kemana saja, kalau perlu kita beri akuarium seukuran mereka dan kita taruh di sebelah tempat kita bekerja. Mulai dari tawa, gelambir selulit perut, air liur yang keluar menerus dan berhenti di oto yang ditali seadanya, ketawa kekeh kecilnya hingga gerakan absurd yang menurut kita para dewasa lucu, menjadikan mereka sebagai pesan sponsor yang lewat, jeda dalam keseharian kita.

Sebelum kita break untuk menyaksikan pesan sponsor dalam kehidupan kita ini, tuntaskan dulu urusan anda, agar ketika nanti benar benar ada bayi dalam hidup anda saat ini, maka itu adalah momen yang berharga, momen dimana anda mencoba untuk memperingati kelahiran anda tanpa harus merayakan ulang tahun, gratis dan berbobot serta sarat pesan. Pastikan saat ada bayi disekitar anda, peluk dan hangatkan mereka dalam buaian anda saat ini juga. Why? Karena itulah momen untuk mengingat betapa berharganya anda saat anda seusia bayi itu. Betapa hangatnya anda saat seumur bayi itu.

Dan betapa lupanya anda tentang semua itu.

Bertumbuh dan mendewasakan diri dalam sari sari pengetahuan yang anda cecap di banyak kelopak bunga kehidupan, menjadikan kita lupa tentang nikmatnya sebuah sentuhan. Kita sibuk berargumen dengan dasar pengalaman kita dan lupa akan nikmatnya duduk dan mendiskusikan semuanya di depan warung sambil sesekali nyruput segelas kopi panas di pagi hari.Kita terlalu sibuk berlomba mempercantik dan menggantengkan diri sampai lupa akan polosnya kita saat mbrojol ke dunia ini. Dan kita sangat menggiat dalam menabung pundi pundi kekayaan kita sampai lupa untuk menyuapi istri atau suami bahkan anak kita dengan sesuap nasi yang diberikan dengan ketulusan hati. Kita hanya tahu bangun pagi, mandi bergegas tanpa sarapan lalu makan siang di kantor atau mungkin di pojok sebuah café untuk memenangkan sebuah tender dan malamnya, kita bahkan tidak sempat untuk memuji masakan pasangan kita yang disiapkan dari jam 12 siang hanya untuk mempercantik makan malam yang kita lewatkan begitu saja.

Ketika kita Bayi.

Yah, ketika kita masih bayi kita tidak bisa berbuat apa – apa. Masih dibantu untuk makan, pipis, buang air besar, minum, mandi dan masih banyak lagi. Masih anda ingat siapa siapa yang sudah menggantikan baju anda? Siapa saja yang menyusui anda? Atau jangan jangan susunya susu kaleng.

Ngomong bayi dan suapan, saya ada beberapa cerita…

Tetangga saya, Kunto, istrinya adalah Manager di salah satu hotel di daerah nusa dua. Memiliki bayi yang begitu saja dipeliharanya. Bagaimana mungkin dibilang begitu saja? Lha wong ada baby sitter, kurang tahu apa untuk menaikkan gengsi atau benar- benar tidak punya waktu untuk sekedar menanggalkan pakaian kantor ibunya dan mulai meneteki si bayi, atau kalau nggak di pompa dulu pagi pagi sekali biar nanti disimpan di kulkas dan siap disajikan buat si jabang baby. Yang saya tahu, bayi berusia 11 bulan ini setiap pagi sampai siang “seolah-olah” si bayi ini pules tidurnya, dan kalau sore selalu disuapi bubur, tapidua bulan kemudian babysitter ini dipecat karena terbukti mencampur susu kaleng si bayi dengan CTM, ampuunnn!

Ada juga Bobi, Rumahnya agak masuk kedalam, dekat dengan lapangan Renon. Dia pengusaha resto local, dengan 2 anak kembar. Yang ini lebih asik lagi, kedua anaknya dititipkan ibu kandung Bobi di Lombok. Jadilah dia bujang local, karena istri bekerja di Surabaya. Maka setiap hari yang bertugas menyuapi dua buah hatinya ini adalah ibu kandung bobi. Dan saat anak mereka berusia satu setengah tahun, kedua anak kembar bobi ini tidak mau disuapi oleh ibu kandungnya sendiri. Nah lho? Ternyata Ibu kandung Bobi alias nenek anak kembar ini punya tradisi saat menyuapi dua anak ini, yaitu sambil mendongeng. Sementara istri Bobi adalah pegawai Keuangan sebuah bank yang hanya mengerti angka, angka dan angka saja. Untuk merangkai hitungan, dia jagonya tapi merangkai cerita?

Yang paling aneh lagi ada. Kawan saya Rio, anaknya empat, tapi tidak bersama dia semua. Holy crap. Lha Kok iso? Bisa lah, lha wong istrinya tiga dan tidak tinggalbersama dia. Usaha propertinya yang lancer membuat dia harus keliling beberapa kota dan membuang cinta satu malamnya dengan tiga perempuan tadi. Istri pertama, dari solo menghasilkan dua anak, satu laki laki satu perempuan, dan sampai berumur sebelas dan sembilan tahun ini, mereka belum tahu kalau Riolah ayah mereka.Rio hanya transfer bulanan saja. Istri kedua, dari Makasar, beranak satu dengan jenis kelamin perempuan, saat ini umurnya kurang lebih tujuh. Istri kedua ini paling disayang, karena “terlalu” mirip dengan Nadya hutagalung. Waktu saya ditunjukkan fotonya, saya hanya bingung. Karena benar benar mirip Nadya yang hutagalung itu. Istri ketiganya, ini yang paling parah. Anak dampit, selatan kota Malang. Ceritanya dia pas menang tender merayakan kemenangannya dengan sedikit pesta kecil dan ditemani seorangperempuan bernama Syahrini sampai akhirnya mengahbiskan sisa malam di daerah Kepanjen, dan ketika bangun Rio mendapati Syahrini-nya berwajah omas.dari Syahrini ini, Rio memiliki anak laki-laki yang sekarang ini masih berusia 1 tahun. Dan ketiga anaknya ini tidak ada satupun yang mau digendong atau bahkan disuapi oleh Rio. Hemmm….

Padahal Rio terlalu sangat amat kepingin sekali untuk menyuapi anak-anaknya itu. Tapi?

Saya sendiri sedari kecil sampai sekarang masih mencari tahu, kenapa untuk menyuapi seorang anak, selalu digunakan kata “ hak” ? apakah kata hik menjurus pada kecengengan sikap? Atau apakah kata huk lebih menjurus pada kata rintihan? Atau kata hek yang lebih mengarah pada ejekan? Lalu bagaiamana dengan kata hok? yang jelas jelas sudah menjadi ahli dalam pembuatan bak truk di kampong halaman saya.

Coba anda dengar, kalau ada ibu menyuapi ibunya pasti mengatakan “ ayo sini sayangku, dibuka mulutnya…hak……aem..pinter”. Ada yang tahu dan mengerti barangkali, come on…di share biar kita kita tahu kenapa dalam tiap suapan selalu ada kata hak?

Suapan.Dari tulusnya tangan seorang ibu kini beralih menjadi degradasi moral bangsa. Ibu Pertiwi telah menyuapi kita dengan nusantara yang begitu berlimpah. Tanyakan pada Koes Bersaudara dengan 10 album nusantara nya. Atau hening sejenak untuk menyimak gelegar dari gebyar gebyarnya Gombloh, betapa kita terlalu banyak disuapi oleh Ibu pertiwi. Dan kita sudah mengalihkan definisi suapan itu sedemikian halusnya.

Masih ingatkah anda kapan terakhir kali anda menyuapi? atau disuap barangkali

From denpasar (still) with suapan mendol

Blank (but) on

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun