Sambut Hari Film Nasional tahun 2022 ini akan menjadi sedikit berbeda. Tak hanya merayakannya dengan pergi ke bioskop untuk menonton film terbaru, kali ini saya dan teman-teman Komik berkesempatan mengunjungi Museum Penerangan -Taman Mini Indonesia Indah-, untuk nobar dan diskusi film pertama Indonesia berjudul Darah dan Doa karya Usmar Ismail.
Sekitar pukul 9.30 acara dibuka dengan sambutan dari pihak Museum Penerangan dan Komik, lalu dilanjutkan dengan tur keliling museum. Dipandu oleh Deyan M. Aji kami dijelaskan mengenai perkembangan alat dan media penyebaran informasi di Indonesia, termasuk perkembangan Televisi Republik Indonesia (TVRI).
Dalam sesi tur, saya juga cukup terkejut mendengar sejarah singkat adanya Juru Penerang alias juru bicara yang mewakili Pemerintah dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat luas.
MENGENAL USMAR ISMAIL
Sosok kelahiran Bukittinggi 20 Maret 1921 ini merupakan sutradara film, sastrawan, wartawan, juga pejuang Indonesia. Pria berdarah Minangkabau ini juga dianggap sebagai pelopor perfilman, drama modern, dan juga Bapak Film Indonesia.
Pada 30 Maret 1950, dibantu ssahabat-sahabatnya seperti Naziruddin, Max Tera, Rosihan Anwar, Basuki Resobowo, Djohan Sjafri, Sjawal Mochtaruddin, juga bantuan dana dari bank nasional, sebuah yayasan di Semarang, dan Kodam IX/Mulawarman, Usmar Ismail mendirikan Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia atau Pusat Film Nasional Indonesia). Perfini merupakan perusahaan produksi film pertama Indonesia dan berpusat di Jakarta.
ULASAN : DARAH DAN DOA (1950)
Film berdurasi 128 menit yang juga merupakan film pertama produksi Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia) yang  pada 30 Maret 1950 ini mendapat banyak bantuan Divisi Siliwangi RI.