“Mengapa, Rhu? Mengapa kau ingin menjadi seperti diriku?” Rhu bergeming.
Palipap melingarkan lengannya yang besar di bahu peri muda itu. Mencoba merasakan kesedihannya. Peri muda yang menjadikan dirinya sebagai panutan.
“Tidak ada seorang pun di dunia ini yang lahir untuk menjalani kehidupan orang lain, Rhu. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang akan berhasil hanya dengan meniru orang lain.” Rhu menatap pria besar di sampingnya dengan pandangan heran.
“Semangat. Kau harus memiliki semangat yang keluar dari dalam hatimu, Rhu. Semangat untuk melakukan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang besar. Kau tidak akan berhasil jika hanya meniru seseorang.” Palipap berkata bijak.
“Palipap...” wajah Rhu basah oleh air mata.
“Qyo, peri tua itu akan kelelahan sebentar lagi. Tapi dia tidak akan marah. Dia telah melakukan tugasnya dengan baik dan akan segera menyerahkan tugas itu kepadamu. Tidak akan ada yang kecewa dengan keputusan seperti itu bukan?” Palipap mengerling jenaka.
Dan akhirnya Rhu tersenyum haru. Palipap, peri bijak itu..
Tulisan juga diposting di blog pribadi penulis www.tangan-usil.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H