Kita yang kenal dengan seseorang itu. Seperti kata pepatah, "rasa enggak pernah bohong". Ibaratnya kalau hati kita bilang "enggak" ya artinya enggak. Dan perlu ditekankan bahwa, "pilih-pilih" dan "memilih" itu dua hal dengan makna yang berbeda. Memilih seseorang yang tepat bukan berarti "pemilih" atau "pilih-pilih".
Tentu kita tidak mau mendapatkan pasangan hidup yang toxic, bayangkan saja harus hidup dengan Voldemort atau Dementor. Kita pasti memilih dan mencari seseorang yang memiliki energi positif, yang nyambung, yang kita suka, yang klik dengan kita. Jangan hanya karena kita sudah terlalu lama melajang, merasa kesepian, terus mumpung ada yang mendekati, langsung kita iyain.Â
Faktor selanjutnya yang mendorong millenial untuk menjalankan waithood adalah adanya kesadaran soal isu kesehatan mental. Masalah kesehatan mental seorang anak sering berakar dari permasalahan keluarga.Â
Sebagai contoh, kita yang tumbuh di keluarga yang tidak bahagia, tumbuh dengan kedua orang tua yang memilih untuk tidak bercerai demi anak-anaknya tetapi bertengkar terus setiap hari, tumbuh dengan kedua orang tua yang tidak mencoba memperbaiki pernikahan, tetapi lebih memilih untuk stay demi anak-anak akan mempengaruhi mental health kita. Dan kita relatif lebih aware tentang pernikahan bahwa "kita tidak mau mengulangi kesalahan yang sama dengan orang tua kita".Â
Kita akan cenderung memastikan bahwa kita sudah sembuh atau minimal sedang melalui proses healing dari trauma-trauma yang timbul dari permasalahan keluarga, sebelum kita mau terkoneksi dengan seseorang.Â
Ketika kita sudah melakukan segala cara untuk healing, untuk sembuh dan menjadi versi terbaik dari diri kita, di saat inilah kita akan siap untuk membuka koneksi dengan seseorang.Â
Selanjutnya, saya sangat setuju dengan pendapat Zoya Amirin di salah satu interviewnya dengan Tirto id bahwa, jangan sampai kita menikah :
- hanya karena kesepian
- hanya karena ditanya kapan kita nikah
- hanya karena tidak mau kita hidup kesepian nantinya
- hanya karena ingin punya anak karena anak adalah aset
Why?
You know why.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H