Mohon tunggu...
Mena Oktariyana
Mena Oktariyana Mohon Tunggu... Penulis - a reader

nevermore

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ketika Aku Melihatmu Mati

30 Januari 2020   17:06 Diperbarui: 7 April 2020   14:05 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Al, makan dulu Al, sudah matang nih!” seru Santi kepada Ali yang masih berada di kamar.

Perutnya yang sudah lapar dari tadi, membuatnya langsung menyantap satu mangkuk besar kwetiau miliknya tanpa menunggu Ali. Dan sampai habis satu mangkuk kwetiau itu, Ali tidak juga datang ke meja makan.

“Ini orang kok dipanggilin nggak nyaut nyaut dari tadi, tidur apa gimana?” tanya Santi pada dirinya sendiri.

Lantas Santi membawakan satu mangkuk kwetiau untuk Ali itu ke dalam kamar. “Kamu aku panggil daritadi kok enggak jawab-jawab, nih dimakan,” katanya sambil memberikan semangkuk kwetiau kepada Ali. Namun Ali hanya terdiam sambil menangis.

“Lah, kenapa kamu nangis? tanya Santi bingung.

Dia melihat ke arah Mono yang dipikirnya sedang tertidur lelap. Dia hanya terdiam sambil melihat tubuh suaminya yang terbujur kaku dengan wajah pucat pasi. Tangannya gemetar, dia jatuh terduduk dan semangkuk kwetiau itu berserakan di lantai. Ali segera bangkit dari tempat duduknya dan berusaha menenangkan adik iparnya. Sadar suaminya telah mati, Santi menangis begitu hebat sambil berteriak memanggil-manggi suaminya. 

Beberapa saat kemudian, tangisan itu berubah menjadi suara tawa yang menakutkan. Dilihatnya Santi sedang tertawa cekikikan sambil mengusap air matanya. Ali terkejut dan bingung. Dia tahu bahwa banyak orang menjadi gila karena ditinggal mati orang yang mereka cintai. Tapi, apa mungkin Santi bisa gila secepat ini, ucapnya dalam hati.

“Aku bebas! Aku bebas! sudah lama aku ingin dia mati!” teriak Santi sambil terus tertawa cekikikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun