"Ketika orang lain mengakui karyamu, itu rasanya.... seperti kehilangan separuh dari dirimu, sesuatu yang sangat berharga..."
Kalimat tersebut yang bisa saya gambarkan melalui sebuah film biopik oleh sutradara kenamaan Tim Burton. Yes, siapa yang tidak tahu Tim. Menurut saya pribadi, Tim adalah sutradara yang visioner, kenapa?. karena kebanyakan karya-karyanya sangat tidak biasa, dia salah satu sutradara dengan daya imajinasi yang tinggi.
Sebut saja film Big Fish, Alice in Wonderland, The Nightmare Before Chistmas, dan yang terbaru yang akan segera tayang "Dumbo". Ketika saya menonton film dia, saya bisa merasakan style yang dia bawa atau pakai dalam membuat sebuah film.Â
Selalu dengan unsur imajinasi yang kaya dan kental. Ya, meskipun beberapa dari filmnya adalah hasil adaptasi sebuah buku, tetapi cara dia menyampaikan selalu berhasil dengan imajinasi yang dia sukai.
Big Eyes (2014), sebuah film tentang sepasang suami isteri, Walter Keane (Christoph Waltz) & Margareth Ulbrich (Amy Adams). Pada awal pertemuan Margareth melihat Walter sebagai seorang pelukis sama seperti dirinya. Walter mengungkapkan kekagumannya atas lukisan Margareth yang selalu identik dengan orang bermata besar.Â
Setelah menikah, Walter mencoba menawarkan hasil karya mereka ke sebuah galeri. Namun ditolak, termasuk lukisan pemandangan Walter dan Big Eyes milik Margareth. Sampai suatu hari, Walter memajang lukisan mereka berdua di sebuah klub, dan ternyata ada yang mengagumi lukisan mereka. Eittt, tetapi mereka lebih tertarik dengan lukisan si Mata besar milik Margareth.Â
Dan ketika ditanya lukisan siapakah itu, Walterpun menjawab, lukisan saya. Ya memang tidak salah, karena Margareth memberi tandatangan lukisan tersebut dengan nama Keane, bukan Margareth. Hal ini karena Margareth Ulbrich  sudah menjadi Margareth Keane.Â
Konflikpun dimulai ketika lukisan mata besar semakin disukai banyak orang, Walter sudah terlanjur mengakui bahwa itu buatannya. Awalnya Margareth tidak suka dengan kebohongan dia, Walterpun menjawab bahwa "saya adalah Keane, dan kaupun juga Keane".Â
Ya anggaplah lukisan itu milik mereka berdua, namun yang melukisnya tetaplah Margareth. Dengan bujukan Walter, Margarethpun tidak lagi mempersoalkan itu, karena lukisan semakin laku dijual bahkan sangat terkenal. Hal yang mengejutkan Margareth, ternyata Walter bukanlah seorang pelukis, dia bahkan tidak bisa melukis.Â
Terkuak bahwa lukisan pemandangan yang ia lukis bukanlah karyanya, dia hanya mengganti tandatangan di pojok bawah lukisan tersebut dengan namanya. Margarethpun semakin galau, dia mulai tidak tahan dengan kebohongan tersebut. Namun dia terancam, dia tidak memiliki opsi lain, dia memilki seorang putri yang harus dia hidupi. Dan kalau dia membongkar semuanya, dia akan hancur.Â
Walter semakin aneh, dan kehilangan kewarasannya, dia sangat terobsesi untuk menjadi seorang seniman namun dia tidak punya bakat, makanya dia memakai karya orang lain. Margareth dan sang putri meninggalkannya.Â