Mohon tunggu...
Menan Pane
Menan Pane Mohon Tunggu... wiraswasta -

Menyukai kesederhanaan, mengagumi indah dan dahsyatnya kebersamaan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hanya PadaMU

15 November 2013   17:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:07 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

ada bulir menggenang, butir bergulir mengambang,

desak ketak-mengertian, gamang dan rasa terbuang,

menghadapmu namun ragu,

menganga namun tergugu,

masih adakah kata-kata yang dapat melukiskan warna risau,

formasi kacaunya rangkaian huruf mencerminkan biru ungu galau,

hanya kau yang bisa tersentuh oleh yang mengalir dari mata air itu,

kiranya basahnya kau hitung tidak percuma di kirbat, seperti katamu,

sebab dengan malu ragu risau galau biru merah ungu

aku kini hanya bisa tersengguk pilu,

ingin pergi namun ku lebih tak berani,

sebab tanpamu akan lebih sakit nanti

setelah kian panjang waktu lelah terus berlari,

kian lemah langkah jauh tiada tempat berhenti

kelak padamu juga ku pasti kembali

sebab itu biarlah aku diam disini

di kakimu wahai sang maha mengerti

hitunglah aku puing tak berarti,

percaya pasti kau belas kasihi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun