Mohon tunggu...
Menan Pane
Menan Pane Mohon Tunggu... wiraswasta -

Menyukai kesederhanaan, mengagumi indah dan dahsyatnya kebersamaan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tembikar dan Harap Berserakan

15 November 2013   12:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:08 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

di puncak bukit  ini bayang angin berkelebat berputar,

di bawah matahari jejaring sinar terik menyergap membakar,

dan kita bagai tongkat-tongkat rapuh yang ditancapkan,

terperangkap terkapar dengan perih panas di ubun-ubun mencakar

harap-harap kita beterbangan bagai daun gugur melayang,

berkeliling-keliling jatuh pasrah

dari teriak serak semakin pudar sayup bisik lalu menghilang

senyap hening patuh menyerah

.

kami yang mencoba, berdiri angkuh menyanggah tentu takdirmu

seiring kerasnya hati pada banyak pilih enggan atau tak mau

tersadar pada rumput yang mengering sekejap dan langsung layu

sering memaksa kebodohon pikir dan semunya tak tahu

lumat aku dalam tempah jemarimu penjunan

bagai beling tembikar menanti dihancurkan

berharap terbentuk kembali jadi tempayan

darimu ya yang berbelas kasihan

kuyakin beroleh kemurahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun