Mohon tunggu...
Memoreza Sabana
Memoreza Sabana Mohon Tunggu... Lainnya - Berhenti bicara, bergerak, dan berjalanlah

SMK Telkom Malang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bijaksana dalam Bermedia Sosial, Wujudkan Demokrasi Bermartabat

23 Agustus 2020   11:03 Diperbarui: 23 Agustus 2020   18:17 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berjalannya waktu menyebabkan banyak perubahan, hal yang paling mendasar dan paling cepat mengalami perubahan adalah teknologi. Dalam lingkar waktu satu tahun saja begitu banyak update dari masing-masing bidangnya, seperti dalam bidang komunikasi. Masing-masing aplikasi berlomba-lomba memberikan fitur terbaru serta menarik. Hal tersebut membuat presentase penggunaan jaringan dalam bermedia sosial mencapai angka 95% atau 63 juta jiwa penduduk Indonesia, data tersebut berdasarkan laman resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo).

Penggunaan media sosial yang tinggi memunculkan pertanyaan untuk pribadi penulis, media sosial menjadi kawan atau lawan bagi demokrasi? Melihat sekilas dari pertanyaanya, jawaban yang sering diujarkan yaitu media sosial hadir tidak hanya membawa dampak positif melainkan juga dampak negatif. Menurut pribadi penulis, melihat kondisi saat ini media sosial justru menjadi lawan bagi demokrasi yang nantinya menjadi ancaman negeri ini.

Mengapa pribadi penulis mengatakan media sosial menjadi lawan bagi demokrasi? Banyaknya penyalahgunaan media sosial dalam demokrasi digital menjadi alasan utama mengapa media sosial menjadi lawan. Kominfo mencatat pada tahun 2017 ada 800 ribu situs penyebar hoax di Indonesia, terlihat tidak lagi banyak tetapi sudah sangat banyak. Dalam pandemi ini saja terhitung ada 1.401 isu hoax terkait covid 19. Tak hanya itu saja, kesopanan dalam beretika pada media sosial masih sangat kurang. Hal ini menjadi ancaman bagi demokrasi yang seharusnya tertata dengan apik tetapi malah dibumbui dengan hal yang merusak nama baik suatu negara.

Di antara banyaknya kasus dari media sosial, salah satunya adalah kasus kerusuhan pada asrama mahasiswa Papua di Surabaya. Terdapat penyebaran foto bendera yang sudah berada di parit menyebar melalui pesan singkat grub para pengurus warga. Kronologi berita yang kurang jelas sontak membuat tudingan mengarah pada mahasiswa di asrama. Namun, mahasiswa asrama membantah bahwa tidak tahu mengenai persoalan tersebut. Hal tersebut merupakan pembelajaran penting dalam berdemokrasi pada media sosial. Tidak ada salahnya untuk menyebarkan berita, tetapi hal yang wajib diketahui oleh penyebar berita harus tahu persis bagaimana kronologinya sehingga sesuai dengan fakta yang terjadi.

Media sosial selain menjadi lawan bagi demokrasi, pribadi penulis juga mengujarkan bahwa media sosial juga bisa menjadi kawan. Dengan adanya media sosial, masyarakat dapat lebih mudah menyampaikan aspirasinya baik kepada pemerintah maupun instansi terkait. Selain hal tersebut, sudah banyak masyarakat yang melakukan musyawarah melalui media sosialnya seperti pada grub Whatsapp, Facebook, ataupun lainnya. Namun, di sini terdapat tanda seru mengenai etika dalam bermedia sosial.

Sebagian besar masyarakat tidak memandang penggunaan etika dalam berdemokrasi melalui media sosial. Hal itu merupakan kesalahan yang besar, etika kurang sopan lebih sering menjadi pancingan untuk dijadikan sebagai topik dalam perbincangan. Jadi, demokrasi digital akan selalu berevolusi dari menjadi kawan kemudian menjadi lawan. Dari situlah media sosial merupakan tantangan besar dalam berdemokrasi, seolah himbauan pemerintah hanya dalam kedipan mata masyarakat. 

Generasi muda adalah generasi penerus bangsa, nama Indonesia akan berada di tangan anak-anak muda. Pendidikan etika harus diterapkan dan diajarkan mulai pendidikan sedini mungkin, sehingga akan tercipta generasi penerus yang bijaksana dan bermartabat dalam berdemokrasi digital. Maka dari itu, kita harus menahan diri menuangkan sikap kurang sopan pada laman media sosial yang kita miliki.

DAFTAR PUSTAKA

Aptika.kominfo.go.id. (2020, 7 Mei). Kominfo Temukan 1.401 Sebaran Isu Hoaks terkait Covid-19. Diakses pada 23 Agustus 2020.

Bbc.com. (2019, 23 Agustus). Asrama Papua: Cek fakta kasus bendera merah putih dan makian rasialisme di Surabaya. Diakses pada 23 Agustus 2020.

Kominfo.go.id. (2013, 7 November). Kominfo: Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang. Diakses pada 23 Agustus 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun