Mohon tunggu...
Setyoko Andra Veda
Setyoko Andra Veda Mohon Tunggu... Supir - aparatur sipil

mencoba memberikan opini

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Reuni Sama Tuhan

13 Juni 2013   08:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:06 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ya Allah, janganlah menerima do’a siapa yang ketika memasuki bulan puasa Ramadhan dalam kondisi sebagai berikut: (1) anak yang masih durhaka terhadap orangtuanya, (2) suami dan istri yang masih tidak bertegur sama antara keduanya; (3), saudara yang tidak saling bersilaruahmi di antara mereka”.

Ketiga do’a Malaikat Jibril kepada Allah tersebut saya amini tiga kali'"


Aku terdiam, malu pada diriku sendiri. Sudah lama aku tidak berkunjung ke rumah bapak dan ibu di kampung halaman sana. Sudah lama aku tidak meminta maaf pada istriku atas segala perbuatanku selama aku menikah dengannya, bahkan ketika Iedul Fitri kemarin. Hatiku benar-benar merasa tersentuh, dibelai oleh kata-kata kahtib barusan. Sebentar lagi Ramadhan datang, aku tidak menyadarinya, sudah berapa Ramadhan kujumpai tapi aku hanya berpuasa kurang dari sebulan. Padahal kini Ramadhan tinggal menghitung hari.

**

Aku memanggul daganganku sambil merenungi tentang perbuatanku selama ini. Aku iri pada orang-orang tadi yang begitu khusyunya datang ke masjid, shalat dengan baik, berdzikir dengan lembut, mereka serasa dekat dengan Tuhan mereka. Sedangkan aku? Aku kangen dengan suasana masa kecilku dulu, waktu diajak bapak Jumatan setiap jumat, membonceng sepeda jengki bapak ke masjid, ngaji di surau bersama pak Kyai, bahkan aku rindu masakan ibu. Kapan aku akan pulang? Istriku begitu sabarnya mendampingi aku, sering menyuruhku shalat tapi aku malas-malasan. Apa pernah terlintas di benaknya bahwa dia bosan hidup denganku, dengan tukang siomay yang penghasilannya tak menentu.

Aku pulang  ke rumah sebelum adzan ashar dikumandangkan, sambil tertunduk lesu karena malu, malu pada diriku sendiri, malu pada istriku, anak-anakku, aku malu pada Gusti Allah.

"Lho pak, kok sudah pulang?" tanya istriku.

"Ndak apa, bapak capek."

Suara adzan ashar dikumandangkan, terdengar tak seindah adzan tadi siang di masjid. Tapi aku segera bergegas ganti baju dan berwudhu. Istriku keheranan melihatku.

"Lho Pak, mau kemana?" tanyanya.

"Aku mau reuni sama Gusti Allah" kataku sambil mengenakan sandal dan bergegas ke masjid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun