Aku duduk disini.
Merindukan apa (baca: seseorang) yang belum pernah kutemui dalam hidupku.
Menginginkan hal yang belum pernah kulihat.
Aku masih disini.
Menatap waktu yang tak sekalipun menolehku.
Ia konsisten berjalan tanpa pertimbangan.
Aku iri padamu wahai waktu.
Yang tak pernah goyah akan apapun.
Meninggalkan segala sesuatunya dibelakang dengan ikhlas dan menjadikannya kenangan.
Menyongsong masa depan tanpa khawatir apakah itu sesuatu yang baik atau tidak.
Menyadari bahwa tidak ada yang berubah kecuali tetap berjalan.
Aku menyukaimu waktu.
Bersamamu aku memiliki banyak hal yang bisa kukenang dan kunantikan,
walau kadang aku kesal karena kau tak pernah menungguku.
Tapi tak jarang juga aku bahagia karena aku mendapati waktu tepat dan indah.
Meskipun engkau tak bisa menungguku atau mengubah semua hal menjadi lebih baik dari yang seharusnya. Kuharap engkau tetap setia memberikan hal baik padaku dan menjagaku lebih lama daripada yang aku inginkan. Waktu, setia lah walau tak bisa sepenuhnya menunggu. Setia, lah meski engkau tak harus menolehku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H