Mohon tunggu...
mely santoso
mely santoso Mohon Tunggu... -

keluar dari sudut kosong yang tak membawamu kemanapun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelajari Hal Baru dari Kegagalan

27 Februari 2016   07:44 Diperbarui: 27 Februari 2016   08:00 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak hal yang dapat kita pelajari dari berbagai hal yang kita anggap tidak berjalan baik atau tidak menuai hasil yang memuaskan. Ketika kita dihadapkan pada kondisi yang sangat jauh dari ekspektasi yang kita bayangkan, kita akan terkejut, bahkan kebanyakan orang tidak bisa berpikir rasional disaat seperti ini. Coba anda bayangkan kegagalan atau ketidak berhasilan yang paling menyakitkan yang pernah anda alami selama ini, bagaimanakah rasanya ? bahkan untuk mengenangnya saja terkadang kita eggan. Dalam kasus seperti ini banyak orang yang hanya mendiamkan suatu ketidak berhasilan ini, mereka menganggap bahwa itu memang murni kegagalan, dan berhenti sampai disitu.

Ada berbagai macam cara untuk belajar dari kegagalan, yang paling mendasar adalah bertanya “kenapa?”. “Kenapa” merupakan sebuah kalimat tanyayang sangat unik, kalimat tanya yang satu ini meiliki sebuah keistimewaan tersendiri, ia dapat merumuskan suatu permasalahan dan dapat menjabarkan permasalah itu menjadi sangat rinci hingga ke akar permasalahan. Mari kita lihat. Bayangkan seorang siswa kelas 3 SMA yang telah menempuh ujian akhir. Siswa ini berencana mendaftar tes seleksi memasuki universitas, untuk melanjutkan jenjang pendidikannya. Ia telah mengikuti berbagai macam bimbingan belajar, mengerjakan soal-soal latihan, dan telah banyak mendapatkan bimbingan dari kakak kelasnya tentang tips dan trik belajar untuk seleksi penerimaan mahasiswa baru. Sampai pada hari ujiannya, ia mengerjakan soal ujian yang diberikan padanya, langkah akhir adalah menunggu pengumuman penerimaan. Ternyata, setelah hari yang ditunggu itu tiba, adalah kabar buruk yang diterimanya, ia belum diterima di Universitas yang dipilihnya untuk melanjutkan jenjang pendidikannya. Bayangkan, Jika hal itu terjadi pada anda, apa kiranya yang akan anda lakukan setelah itu ? banyak sekali kemungkinan dari pembaca untuk  merespon kabar yang seperti ini, tergantung dari masing-masing indvidunya. Tapi disini, kita akan membatasi dua rospon yang sangat umum yaitu respon positif dan respon negatif.

Pertama, respon positif. Orang dengan keputusan respon positif adalah kebanyakan mereka yang mau belajar dari kesalahan yang mereka perbuat. Mereka berani untuk mengakui kesalahan itu pada dirinya dan mencoba untuk memperbaiki kesalahan yang mereka perbuat. Kebanyakan orang seperti ini, mereka sadar akan kelemaham mereka, mereka mengetahui dimana letak kekurangan mereka yang harus diperbaiki. Kesadaran akan kelemahan itulah yang membuat orang-orang dengan respon positif memilih untuk selalu memperbaiki kesalahan atau kekurangnnya. “Aku tahu kesalahanku dan aku mau memperbaikinya”. Begitulah ungkapan yang pas untuk orang-orang dengan keputusan untuk merespon suatu kegagalan dengan cara yang positif. Mereka, yang merospon positif ini akan selalu mencoba lebih keras untuk mencapai suatu keinginan yang telah lama direncanakan, mereka melihat celah untuk belajar dari kesalahan, mereka melihat celah untuk berkembang, dan yang paling penting, mereka sadar dengan apa yang sekarang terjadi.

Disisi lain, seseorang yang bertpikir atau merespon kegagalan dengan cara negatif (respon negatif), mereka akan mulai menyalahkan hal-hal yang ada pada sekitar mereka, mereka akan mulai mencari alasan agar mereka tetap telihat menarik, mereka akan menutupi kegagalan mereka dengan dalih-dalih bakat dan minat mereka. Kebanyakan, orang yang merespon kegagalan dengan cara yang negatif, selalu memilih untuk mempertahankan diri mereka agar terlihat benar dan melakukan hal yang benar. Orang yang merespon dengan cara negatif, merupakan kebalikan dari orang yang merespon kegagalan secara positif. Mereka tidak memiliki apa yang dimiliki orang positif,yaitu kemampuan untuk mengoreksi kesalahan mereka dan memperbaiki apa yang salah.

Kita akan kembali kepada siswa SMA tadi. Sekarang, anda bisa membayangkan siswa tersebut merespon kegagalan yang dihadapinya dengan dua prinsip diatas, yaitu dengan respon positif atau respon negatif. Saat siswa itu merespon kegegalannya dengan cara yang positif, ia akan menyadari dimana letak faktor kegagalannya dalam seleksi masuk perguruan tinggi, ia akan mencoba memperbaiki kelemahannya dan mengoreksi berbagai macam kesalahan yang diperbuatnya. Ia akan merasa bahwa pengalaman kegagalan yang didapatkannya, adalah sebuah pembelajaran yang sangat berarti, dan bisa mengukur sampai mana kemampuannya agar ia bisa meningkatkannya. Sebaliknya, orang yang merespon kegagalan dengan cara kedua, yaitu respon negatif, ia hanya akan menghabiskan waktu untuk menyesali, menyalahkan orang lain, tidak belajar dari kegagalan dan kurang bisa melihat atau menyadari bahwa kegagalan itu adalah suatu proses pembelajaran yang mengukur kemampuannya untuk diperbaiki.

Kegagalan tidak mencerminkan batasan atas diri kita, kegegalan tidak menggambarkan siapa diri kita, kegagalan bukan berarti tidak bisa diperbaiki. Kegagalan akan menjadi suatu ukuran sejauh mana usaha yang kita lakukan, bukan tolak ukur atas diri kita yang sesungguhnya selama kita meresponnya dengan positif, dan yakin bahwa dalam kegagalan ada suatu hal berarti untuk dipelajari dan dikembangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun