Mohon tunggu...
Melysa Noviana
Melysa Noviana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

Suka baca

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Novel Resilience: Remi's Rebellion tentang Kesehatan Mental

27 Agustus 2024   12:05 Diperbarui: 27 Agustus 2024   12:20 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Novel ini berjudul Resilience: Remi's Rebellion by Nellaneva, diterbitkan oleh Bhuana Ilmu Populer. Aku menemukan novel ini di aplikasi iPusnas. Novel ini menceritakan kehidupan Remi seorang introvert dengan konsep sudut pandang buku harian/diary. Novel setebal 484 halaman terdiri dari 2 part, part 1 menceritakan kehidupan remaja semasa Remi sekolah dan part 2 menceritakan kehidupan dewasa yang dijalani Remi. Kedua part tersebut mempunyai masalah yang sama yaitu kesulitan Remi dalam bersosialisasi dan kecemasannya dalam berteman. 

Di masa remaja, Remi bertemu dengan sosok Kino yang membantunya cara berteman dan melewati masa remajanya. Dengan bersama Kino, Remi memulai pemberontakan (Rebellion) yang mengajarkan banyak hal baru dalam hidupnya dan tentang pengembangan diri. Pada part 2 ketika Remi menginjak usia dewasa, setelah ditinggal sahabatnya, dan mengalami kegagalan dalam meraih impiannya dia merasa kembali ke titik awal. Di fase ini Remi bertemu dengan sosok Emir dan Elang, melalui kakak beradik tersebut Remi mencari arti lain dari pemberontakannya yang mengantarkannya pada Resilience. 

Page turner sekaligus campur aduk membaca kisah Remi dan membuat aku beberapa kali menangis karena beberapa masalah - masalah yang dihadapi Remi related dengan apa yang aku alami. Pembawaan ceritanya lumayan ringan, mudah dimengerti, dan ceritanya mengalir karena diksi yang digunakan penulis tidak begitu rumit. 

Walaupun disatu sisi, banyak istilah - istilah psikologi yang digunakan dalam novel ini seperti cinderella complex, absurditas, eskapis, nihilis, social anxiety, skizofrenia, resting bitch face, dll yang mungkin bagi orang awam terlalu asing. Namun, di akhir buku terdapat glosarium yang membantu pembaca dalam memahami istilah - istilah tersebut.

Pada intinya novel ini mengajak pembaca untuk melihat paradigma seorang Remi dan mengajak pembaca untuk peduli terhadap kesehatan mental.

Berita buruknya, kadang pikiran manusia bisa jadi begitu sempit. Terlebih bila kita terlalu banyak menghabiskan waktu sendirian (hlm. 15)

Aku setuju banget dengan tulisan diary-nya Remi di halaman 15 tersebut, bahwa kalau kita nggak punya teman maka risiko jadi orang freak/aneh itu lebih besar. Kenapa? karena kita nggak dapat feedback apa yang aneh dari omongan yang berasal dari pikiran kita dan informasi yang ada di kepala kita tidak terupdate.

Beberapa quotes yang aku suka dari karakter Kino dan Emir

Kalau kata Albert Camus, manusia itu harus melakukan 'rebellion'. Maksudnya, walaupun dunia penuh absurditas, kita harus bisa memberontak untuk menemukan harapan dan arti hidup - Kino

Ada yang lebih penting dari kebahagiaan yaitu kebermaknaan. Hidup untuk memberi manfaat bagi orang lain yang membutuhkan. Hidup untuk membantu orang banyak tanpa mengutamakan kebahagiaan sendiri. Bahagia datang dan pergi dengan cepat, tetapi makna membekas bagi orang yang kita tolong - Emir

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun