Sebuah film tentunya tidak akan pernah terhindar dari adanya opini dari para penonton atau juga dikenal dengan istilah resepsi khalayak. Dalam teori resepsi (Hall, 1980), Penonton bukanlah khalayak yang pasif menerima pesan begitu saja. Penonton juga berperan aktif mengartikan pesan-pesan dan makna yang disampaikan oleh si pembuat film.
Lalu Apakah makna yang diberikan oleh si pembuat film atau Joko Anwar telah tersampaikan dengan baik pada para penonton?.
Setiap orang tentunya dapat memaknai setiap kejadian secara berbeda-beda bahkan bisa saja pesan yang dipersepsikan berbeda dengan makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh si pembuat film.
Dalam tulisan ini saya mengambil tiga pendapat dari penonton yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Penonton pertama bernama Aprilia berumur 24 Tahun yang saat ini berstatus pekerja atau wiraswasta.
Lia mengungkapkan bahwa setelah menonton film tersebut Lia lebih menangkap pesan bahwa jangan pernah percaya terhadap hal mistis yang membuat kita jauh dari Tuhan. "Dari yang saya tangkap, film ini tuh mau mengatakan bahwa kita sebagai manusia ciptaan Tuhan seharusnya jangan mudah tergiur dengan hal-hal seperti mistis atau jalur biar semuanya bisa instan".
Sedangkan penonton lain bernama Grace seorang Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta mengatakan hal yang berbeda. " Kalau menurut aku, film ini mengigatkan kita untuk harus lebih banyak beribadah, jangan takut sama hantu tapi takut akan Tuhan. Soalnya kalau kita takut sama hantu ya si hantu makin seneng karena dia merasa sudah berhasil menjadi mahluk yang paling ditakuti.
Terakhir adalah penonton bernama Maria seorang ibu rumah tangga berumur 47 Tahun. Ibu Maria mengatakan bahwa film Pengabdi Setan 2 Communion merupakan film horror pertama yang ia tonton di bioskop. Ibu Maria juga memiliki pemaknaan yang berbeda terhadap film. "Saya melihat film ini mungkin si pembuat film pengen melihatkan bahwa kita harus banyak-banyak mensyukuri apa yang telah kita terima. Baik keluarga, harta, usaha, dan lainnya. Banyak berdoa bukan berdukun intinya".
Beberapa penonton memiliki pemaknaan yang berbeda-beda. Penonton dapat merasakan dan mencari tahu makna yang diterimanya melalui setiap adegan yang diberikan oleh si pembuat film.
Referensi
Ayomi, P. N. (2021). Gosip, Hoaks, dan Perempuan: Representasi dan Resepsi Khalayak Terhadap Film Pendek “Tilik”. Rekam: Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi, 17(1), 51-61.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H