Media sosial bukanlah istilah baru lagi di telinga masyarakat. Media sosial muncul sebagai sarana yang memfasilitasi setiap individu untuk bersosialisasi.Â
Media sosial telah membantu manusia untuk melakukan komunikasi dan interaksi secara langsung dan cepat tanpa ada batasan jarak dan waktu.Â
Namun, kini media sosial tidak hanya digunakan sebagai tempat bersosialisasi saja. Di era serba online , media sosial juga digunakan masyarakat sebagai media untuk mengakses informasi.
Oleh karena itu, setelah banyak perusahaan berita yang beralih ke media digital, kini perusahaan berita juga mencoba untuk masuk ke dunia media sosial.
Salah satunya adalah portal berita Kompas. Kompas tidak hanya memiliki media cetak dan digital saja, tetapi juga memanfaatkan media sosial seperti Youtube, Twitter, Instagram, dan juga website.Â
Baru-baru ini Kompas juga memanfaatkan aplikasi Tiktok dalam penyebaran kontennya. Akan tetapi, Tiktok merupakan media sosial yang cukup berbeda dengan media sosial lainnya.
Tiktok cenderung memiliki karakteristik have fun, yang artinya hampir seluruh pengguna memilih Tiktok untuk tempat mencari hiburan.
Lalu bagaimana portal berita seperti Kompas menggunakan Tiktok sebagai media dalam menyebarkan informasi? Dan bagaimana praktik Jurnalisme yang dilakukan Kompas di media sosial seperti Tiktok?
Social Media Sebagai Media Berita
Social media atau media sosial merupakan alat yang mengandalkan internet dalam menghubungkan pengguna yang satu dengan yang lain, dan mempresentasikan penggunanya untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan berbagi untuk membentuk ikatan secara virtual.
Social media saat ini terus berkembang pesat, kita dihadapkan dengan berbagai bentuk media komunikasi yang berbeda-beda karakteristiknya.Â
Berdasarkan laporan we are social, jumlah aktif pengguna sosial di Indonesia mencapai 191 Juta pengguna pada tahun 2022.
Angka jumlah pengguna tersebut terus meningkat sejak tahun 2014. Selain sebagai media sosialisasi, sebagian masyarakat juga menggunakan media sosial sebagai sumber untuk mengakses informasi.
Terutama pada golongan masyarakat dengan usia 18-24 tahun dan 24-35 tahun. 39% orang dengan usia 18-24 tahun lebih memilih media sosial sebagai sumber informasi dibandingkan web atau portal berita online.
Apalagi setelah kemunculan Media Sosial Tiktok yang terus eksis sejak adanya pandemi. Tiktok saat ini bukan hanya media hiburan namun juga dimanfaatkan sebagai sumber informasi.
Masyarakat di era online ini terutama remaja memiliki ketertarikan menggunakan media sosial untuk mengakses informasi karena lebih tertarik pada media visual (video online) yang lebih informal dan menghibur.
Penggunaan Media Sosial dalam Portal Berita kompas
Kompas adalah salah satu perusahaan media berita yang dikelola oleh perusahaan PT. Kompas Media Nusantara.Â
Kompas menjadi salah satu perusahaan media yang juga turut menggunakan media sosial sebagai alat penyebaran informasinya.
Kompas sendiri telah memiliki beberapa media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Facebook. Namun, beberapa waktu yang lalu Kompas membuat akun pada aplikasi Tiktok.
Setelah Kompas beralih ke media digital karena menurunnya peminat pada media cetak. Kini Kompas juga berusaha melebarkan sayapnya ke platfrom media sosial seperti Tiktok.
Kompas pertama kali memposting konten berita melalui Tiktok pada tahun 2020 tepatnya pada tanggal 27 Oktober.Â
Akun Kompas saat ini telah terverifikasi, Kompas dengan username Tiktoknya KompasTv telah memiliki pengikut yang terbilang banyak yaitu sekitar 2,5 Juta followers dan dengan like sebanyak 28,3 Juta.
Pada oktober 2020 hingga oktober 2022 ini akun Tiktok Kompas sangat konsisten dalam membagikan konten berita pada audiencenya di Tiktok.
Berita yang dibagikan juga sangat bervariatif, mulai dari konten Politik, berita selebritis, olahraga, pendidikan, hingga berita yang sedang viral.
Praktik Jurnalisme Kompas Pada Media Sosial Tiktok
Dalam jurnalisme online terdapat istilah Contextualized Journalisme yang merupakan pemaduan tiga fitur komunikasi yang unik yaitu, Multimedia, interaktif, dan hipertextual.
Multimedia sendiri merupakan hal wajib yang ada dalam Jurnalisme online yaitu pemaduan antara suatu teks dengan gambar, video, atau infografis.
Sedangkan interaktif, yaitu penyedian ruang yang disediakan bagi konten kreator dengan audience dalam berinteraksi. Contohnya, kolom komentar pada aplikasi Tiktok.
Kemudian hipertextual, yaitu link yang disedikan oleh media untuk memudahkan setiap penggunanya agar dapat mengakses informasi lebih banyak.
Dalam kasus penggunaan media Tiktok oleh KompasTv, awalnya hanya terdapan 2 fitur komunikasi yang ada pada setiap konten, yaitu Multimedia dan Interaktif.
KompasTv telah berhasil menggabungkan antara Video, teks, dan auodio sebagai elemen multimedia dalam setiap kontennya.Â
Begitu juga dengan disediakannya kolom komentar pada setiap konten. Hal ini memberikan bagi para pengguna untuk saling berkomentar mengenai konten yang dibagikan.
Akan tetapi fitur hipertextual pada awalnya belum muncul pada setiap konten yang dibagikan. Sehingga mau tidak mau para pengguna harus mencari sendiri mengenai kelanjutan informasi yang dibagikan.
Namun sejalannya perkembangan, KompasTv mulai menghadirkan link hipertextual pada setiap konten. Hal ini tentunya memberikan kemudahan bagi para pengguna untuk menelusuri lebih lanjut mengenai informasi yang telah dibagikan.
Pada unggahan pertama kali KompasTv, unsur penggunaan bahasa di setiap kontennya dapat terbilang sangat formal.
Tidak ada perbedaan antara konten yang ada pada akun media sosial Tiktok dengan media sosial lainnya.
Layaknya sebuah pemberitaan yang tayang pada Televisi begitu juga yang dilakukan oleh akun Tiktok KompasTv.Â
Namun, saat ini KompasTv telah mampu menyeimbangkan dengan target audience nya. KompasTv berani untuk mengikuti perkembangan audiencenya.
Konten yang diproduksi oleh Kompas Tv pada aplikasi Tiktok semakin bervariatif dan ikut serta mengikuti trend yang ada pada aplikasi yang memiliki karakteristik have fun tersebut.
Konten-konten yang disajikan di kemas sesuai dengan trend yang ada pada Tiktok. Konten dibuat semenarik mungkin dengan ditambahkan beberapa musik yang sedang trend di Tiktok.
Misalnya salah satu konten yang diunggah pada tanggal 7 Mei 2022. Konten tersebut merupakan pemberitaan mengenai Mendag Zulkifli Hasan yang menilai kenaikan harga cabai yang mencapai ratusan ribu rupiah.
Dalam konten tersebut menampilkan seorang presenter atau host kompas yang mendubbing salah satu sound viral di Tiktok.Â
Dengan penambahan elemen potongan tangkapan layar artikel kompas, membuat konten ini menjadi tidak monoton.Â
Dalam video juga terdapat hypertextual yang dapat mengantarkan penonton untuk membaca lebih lanjut pada artikel yang ada dalam portal berita digital kompas.
Semakin berkembangnya teknologi dan internet membuat media berita juga harus mengikuti perkembangan.Â
Saat ini media berita mau tidak mau harus mampu mengikuti trend yang ada pada masyarakat agar dapat tetap bertahan.
Perkembangan media sosial yang tidak pernah berhenti, membuat perusahaan media harus dapat mengikuti perkembangan keinginan pasar.
Begitu juga dengan seorang jurnalis yang dituntut untuk memiliki jiwa kreatif. Salah satunya adalah penggunaan media sosial dalam praktik penyebaran informasi.
Berita yang biasanya disajikan secara kaku dan serius dapat disajikan lebih menarik dengan penggunaan musik yang sedang trend. Akan tetapi, sebagai seorang jurnalis walaupun dituntut harus memiliki jiwa kreatif, seorang jurnalis juga harus tetap memegang teguh etika dan kaidah jurnalistik. meskipun konten yang disebarkan melalui media sosial Tiktok bersifat ringan dan tidak terlalu serius, berita yang disebarkan harus tetap memiliki nilai kebenaran.
Versi audio dapat didengar dengan cara Klik disini
Referensi
Widodo, Y, (2020). Buku Ajar : Jurnalisme Multimedia : Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H