Kognitifisme hipotesis kesemestaan kognitif diperkenalkan oleh piaget telah digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan proses pemerolehan bahasa anak. Menurut teori yang bersumber dari kognitif universal, bahasa diperoleh berdasarkan struktur kognitif sensorik-motorik. Struktur ini diperoleh anak melalui interaksi dengan benda atau orang di sekitarnya. Menurut Sinclair-de Zwart (dalam Chaer 2009:179) Ada tiga tahap penguasaan bahasa anak.
Pertama, anak-anak memilih kombinasi bunyi singkat dari bunyi yang mereka dengar untuk menyampaikan suatu pola tindakan. Kedua, jika kombinasi bunyi pendek ini dipahami maka anak akan menggunakan rangkaian bunyi yang sama, tetapi dengan bentuk fonetik yang lebih mendekati fonetik orang dewasa, untuk menyampaikan pola tindakan yang sama, atau ketika pola tindakan yang sama dilakukan. oleh orang lain. Pada mulanya pola tindakan ini selalu ada hubungannya dengan anak, dan di dalam pola tindakan itu selalu terjalin unsur-unsur, yaitu pelaku, perbuatan, dan penderita. Ketiga, fungsi gramatikal pertama muncul, yaitu subjek-predikat yang menghasilkan unsur Subjek – Verbal – Objek atau Agen + Tindakan + Penderita.
Hipotesis kesemestaan kognitif sama dengan hipotesis hati nurani mekanisme dalam linguistik. Piaget dan Mc. Namara menyimpulkan bahwa anak-anak pertama kali mengembangkan proses kognitif non-linguistik. Baru setelah itu mereka mendapatkan 29 simbol linguistik tersebut. Jadi, pemerolehan bahasa bergantung pada pemerolehan proses-proses kognitif tersebut.
Terdapat dua aliran yang berlawanan yaitu aliran behaviorisme dan aliran mentalisme. Behavioristik hanya mengambil perilaku yang dapat diamati sebagai titik awal untuk deskripsi dan penjelasannya, sedangkan teori
mentalistik mengambil struktur dan mode kesadaran sebagai dasarnya. Dalam proses pemerolehan bahasa, aliran behavioristik utamanya adalah penyusunan teori belajar yang mengutamakan lingkungan verbal dan nonverbal, sedangkan aliran mentalistik mendasari teori belajar yang menekankan pada kemampuan fisik seorang anak untuk belajar bahasa. Oleh karena itu, behavioris lebih menyukai istilah pembelajaran bahasa dan mentalis lebih menyukai istilah pemerolehan bahasa.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa hipotesis kesemestaan kognitif dalam psikologi adalah sama atau sejalan dengan hipotesis nurani mekanisme dalam linguistik. Perbedaannya terletak pada nama Saka karena dikemukakan oleh dua disiplin ilmu berbeda yang saling mempengaruhi: hipotesis kesemestaan kognitif oleh psikologi sedangkan hipotesis mekanisme hati nurani oleh linguistik modern.
Saat ini, seperti dalam linguistik, dalam kognitifisme, perhatian juga lebih banyak diberikan pada masalah makna (semantik) dan perannya dalam pemerolehan bahasa.
Daftar Pustaka
Chaer, abdul. (2009). Psikolinguistik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Permatasari Suardi, Indah.dkk. (2019). “Pemerolehan Bahasa Pertama pada Anak Usia Dini”. Padang. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 3 Issue 1 Pages 265 –273
Arsanti, Meilan. (2014) “Pemerolehan Bahasa Pada Anak (Kajian
Psikolinguistik)” Jurnal PBSI Vol. 3 No 2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H