Tingkat kepedulian masyarakat terhadap pendidikan di Indonesia khususnya daerah pelosok di sebagian kota yang ada, terbilang masih kurang. Pada tanggal 23 Juli 2022, sekelompok mahasiswa UPI yang sedang menjalankan kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) mengadakan acara sosialisasi yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan pentingnya pendidikan. Kegiatan ini dilakukan bertempat di aula kantor kelurahan Cibeunying dan merupakan salah satu program KKN kelompok 102 dengan mengangkat tema “Pendidikan Sepanjang Hayat”.
Lokasi berlangsungnya kegiatan KKN oleh kelompok 102 berada di daerah kelurahan Cibeunying, kecamatan Cimenyan, kabupaten Bandung. Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan kelompok 102 dengan pihak kelurahan, RW 10 menjadi daerah fokus kegiatan KKN yang disarankan langsung oleh Lurah Cibeunying, bapak Asep Rahayu. RW 10 sendiri merupakan daerah dengan penduduk terpadat yang terdiri dari 10 RT, dan setiap warganya memiliki berbagai latar belakang yang berbeda-beda. Mendapatkan tema KKN “Desa peduli pendidikan”, RW 10 merupakan tempat lokasi KKN yang menjadi tantangan tersendiri bagi kami, kelompok 102.
Semua persiapan untuk acara sosialisasi pun telah dilakukan, mulai dari diskusi rundown kegiatan, perizinan tempat, menyebarkan surat undangan kepada pihak kelurahan juga tiap RT di RW 10 kelurahan Cibeunying dan mengundang keamanan untuk menjaga keberlangsungan acara, pembuatan poster sosialisasi juga mempublishnya melalui akun media sosial dan mengajak warga sekitar untuk datang, hingga gladiresik sebagai persiapan untuk kelancaran acara.
Kegiatan dimulai pukul 9 pagi waktu Indonesia bagian barat, beberapa anggota kelompok 102 telah hadir di sana, juga bapak Iwan Kurniawan sebagai perwakilan dari pihak kelurahan, kang Farhan Nauval Rusli yang merupakan Dewan Pemimbing Forum OSIS Jawa Barat sebagai pembicara pada kegiatan sosialisasi “Pendidikan Sepanjang Hayat”, serta adapula dari pihak keamanan turut hadir di sana. Namun sayangnya, pihak dari tiap ketua RT dan RW 10 berhalangan hadir pada hari acara. Selain itu, kejadian yang sudah diperkirakan terjadi, kelompok 102 pun melakukan improvisasi dengan mengajak para warga sekitar untuk menghadiri kegiatan sosialisasi di aula kantor kelurahan Cibeunying. Beberapa anggota kelompok kami mengajak para orangtua yang sedang menunggu anak mereka pulang sekolah, kebetulan lokasi kantor kelurahan bersebelahan dengan SD Cibeunying. Sangat sulit untuk mengajak para orangtua murid yang ada di sana tetapi pada akhirnya anggota kelompok kami berhasil mengajak beberapa orangtua murid untuk datang menghadiri kegiatan sosialisasi pada hari itu. Meskipun hanya sedikit orang yang hadir tetapi itu tidak apa-apa dan tentu kelompok 102 pun sudah berusaha dengan baik saat itu. Hal ini menjadi pengalaman sekaligus pelajaran untuk penulis dan kelompok 102.
Acara selesai hingga pukul setengah 11 siang, semuanya berjalan dengan lancar. Kang Farhan sebagai pembicara mampu membawakan materi dengan baik dan membuat suasana tidak canggung.
Mengenai tema sosialisasi, pendidikan itu sendiri tidak selalu mengenai tentang kegiatan akademik, di luar non-akademik pun adalah pendidikan. Salah satunya seperti pembentukkan karakter pada anak, yang diajarkan untuk membersihkan alat makan sehabis makan atau mencuci baju miliknya sendiri. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara berpikir, merasa, atau bertindak, dapat dianggap sebagai pendidikan.
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan dapat terjadi di bawah bimbingan orang lain dan memungkinkan terjadi secara otodidak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam upaya mendewasakan manusia melalui sebuah pengajaran maupun pelatihan. Dengan ini, pendidikan juga dapat dimaknai sebagai proses, cara dan perbuatan mendidik.
Kecerdasan tidak terbatas dari kapasitas otak atau kepala seseorang, tetapi juga berasal dari aspek kemauan untuk menjadi tau dan pintar juga berkembang. Belajar untuk tidak hanya menjadi pintar, tetapi belajar untuk menjadi seseorang yang beradab, belajar untuk berempati, hingga belajar untuk menghargai sesama. Pepatah mengatakan bahwa, adab lebih penting daripada ilmu. Sebab, kepintaran tidak akan ada artinya apabila seseorang tidak memiliki adab (etika).
Dengan meningkatkan kepedulian terhadap pendidikan, setiap manusia memiliki harapan untuk bisa mendapatkan kehidupan yang diinginkannya dan membuat keadaan menjadi lebih baik. Semoga apa yang telah disampaikan pada acara sosialisasi mengenai pentingnya pendidikan yang diadakan oleh kelompok 102 pada bulan Juli 2022 lalu, dapat memberikan dampak positif bagi para orangtua yang hadir di sana. Di tahun ke-77 Indonesia Merdeka, penulis berharap pendidikan yang lebih baik khususnya pendidikan di sekolah, akan datang kepada setiap daerah di seluruh Indonesia.
Referensi :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H