Mohon tunggu...
Melvern Adrian
Melvern Adrian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 K3 FKM UI

Saya adalah seorang mahasiswa pekerja keras, percaya diri, dan mudah beradaptasi dengan sekitar. Saya tertarik dengan keilmuan program studi saya, yaitu keselamatan dan kesehatan kerja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bullying Makin Merajalela, Ini Cara Efektif Menghentikannya!

20 Desember 2024   11:58 Diperbarui: 20 Desember 2024   12:14 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu alasan seseorang terlibat dalam bullying adalah kurangnya empati terhadap korban. Untuk itu, pendidikan empati sejak kecil menjadi langkah penting dalam melawan bullying. Orang tua seharusnya menjadi pendidik yang baik untuk mengajarkan empati kepada anak. Namun, empati seringkali sulit dipahami oleh anak-anak. Orang tua dapat mengajarkan dengan memberikan contoh nyata. Ajak anak-anak untuk membayangkan bagaimana rasanya berada di posisi teman yang menjadi korban bullying. Berikan contoh situasi sehari-hari yang mudah anak-anak pahami, misalnya, "Bagaimana perasaanmu jika temanmu tidak mau bermain denganmu?".

  1. Berani bicara dan melapor

Jika kamu menjadi korban bullying atau melihat temanmu di-bully, langkah pertama yang paling penting adalah melapor. Laporkan kepada lembaga perlindungan korban bullying  di sekitarmu atau layanan konseling jika kamu merupakan korban. Apabila bullying terjadi di sekolah, laporkan kepada guru, orang tua, atau pihak yang bertanggung jawab di sekolah. Di sekolah, terdapat guru kelas, wali kelas, atau guru BK (Bimbingan Konseling) yang siap membantu. Setiap orang dapat berperan menjadi atau menyediakan wadah pelaporan yang menjaga kerahasiaan pelapornya.

  1. Jangan hanya diam, temani dan dukung korban!

Seringkali, korban bullying merasa sendirian dan tidak berdaya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menciptakan budaya dukungan di sekitar korban. Jika kamu melihat temanmu di-bully, jangan hanya diam, rangkul dan beri dukungan kepada mereka. Ajak korban berbicara dan dengarkan keluhannya tanpa menghakimi serta jadilah teman yang baik dengan menunjukkan dukungan dan perhatian.

Referensi 

  • Aalsma, M.C. and Brown, J.R. (2008). What Is Bullying? Journal of Adolescent Health,  43(2), pp.101–102. doi:https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2008.06.001. 
  • Boxer and Ford. (2011). ‌Sexist Humor in the Workplace: A Case of Subtle Harassment. Insidious Workplace Behavior, pp.203–234. doi:https://doi.org/10.4324/9780203849439-15. 
  • Noorden, T. (2016). Mechanisms in Bullying and Victimization: Target Specific Empathy and Human Characteristics Attribution. Nijmegen: Behavioral Science Institute.
  • Supriyatno, dkk. (2021). STOP Perundungan/Bullying Yuk!. Jakarta: Direktorat Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
  • Wolke, D. and Lereya, S.T. (2019). Long-term effects of bullying. Archives of Disease in Childhood,100(9), pp.879–885. doi:https://doi.org/10.1136/archdischild-2014-306667. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun