Oleh: Febri Raihan Fadhli, Melvern Adrian Parapat, dan Umar Mulkhan Fajar
Bullying merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing kita dengar di telinga. Tindakan ini pada umumnya dapat terjadi di berbagai tempat, lingkungan, maupun suatu ruang lingkup pertemanan. Tidak jarang tindakan ini juga kerap dilakukan oleh anggota keluarga atau bahkan orang yang kita anggap memiliki hubungan yang erat. Suatu obrolan, perbuatan, maupun tindakan yang mereka lakukan, ternyata mampu dikategorikan sebagai bullying bagi korban, walaupun orang lain menganggap hal tersebut hanyalah sebuah candaan atau gurauan.Â
Lantas, apa yang membedakan antara bullying dengan candaan?Â
Bullying merupakan tindakan atau perilaku yang menyebabkan kerugian bagi salah satu pihak, baik itu secara fisik, emosional, atau psikologis, terhadap seseorang yang dianggap lebih lemah. Hal ini dapat ditandai dengan perilaku yang terus berulang dan orang yang menjadi korban bullying tidak mampu membela diri karena adanya keterpurukan situasi maupun kondisi. Sedangkan, candaan atau gurauan merupakan serangkaian ucapan maupun perbuatan yang dilakukan dengan maksud membangun suasana yang lucu dan menyenangkan. Candaan atau yang bisa disebut sebagai lelucon juga dapat dijadikan sebagai suatu budaya suatu kelompok dan bagian yang umum dari interaksi sosial. Perbedaan dari bullying dan candaan dapat ditinjau dari individu/kelompok yang menerima tindakan tersebut. Suatu perkataan maupun perbuatan dapat dikatakan sebagai bullying apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan tidak terima dengan perilaku tersebut. Sementara itu, suatu hal yang mampu diterima oleh individu/kelompok dan mereka tidak merasa direndahkan maupun dipermalukan termasuk ke dalam candaan atau lelucon.Â
Apa saja dampak dari bullying?Â
Bullying seringkali dikaitkan dengan rasa sakit hati yang diterima oleh korban. Namun, nyatanya rasa sakit hati bukanlah satu-satunya dampak dari tindakan tidak terpuji ini. Bullying mampu memberikan efek secara lebih luas pada korban, yaitu korban menjadi anti-sosial sehingga tidak mau berinteraksi dengan siapapun, gangguan kecemasan dan trauma akan pertemanan sosial, sakit pada berbagai anggota tubuh akibat ditindas secara fisik, gangguan tidur, penurunan prestasi akademik bagi pelajar maupun mahasiswa, dan bahkan yang paling buruk adalah bunuh diri.Â
Bagaimana mekanisme dari bullying?
Bullying terjadi melalui proses yang kompleks, melibatkan motivasi pelaku, konteks sosial, dan mekanisme kognitif yang mendukung perilaku tersebut. Pelaku biasanya termotivasi untuk mencapai dominasi sosial atau mendapatkan kepuasan psikologis dengan menyakiti orang lain. Dalam banyak kasus, bullying berlangsung dalam konteks kelompok, di mana pelaku didukung oleh rekan-rekan yang memperkuat tindakan tersebut atau memilih untuk tidak terlibat secara aktif. Faktor ketidakseimbangan kekuasaan, baik secara fisik, psikologis, maupun sosial, memudahkan pelaku untuk mendominasi korban, yang sering kali tidak mampu membela diri. Pelaku juga menggunakan mekanisme disengagement moral, seperti justifikasi tindakan dan dehumanisasi korban, untuk menghindari rasa bersalah. Dehumanisasi ini membuat korban dipandang sebagai seseorang yang tidak layak diperlakukan dengan hormat, baik dengan menganggapnya sebagai "kurang manusiawi" atau seperti objek tak bernyawa. Proses ini sering kali didukung oleh rendahnya empati pelaku terhadap korban, terutama jika korban dianggap berbeda atau kurang relevan secara sosial. Dengan kombinasi faktor-faktor ini, bullying dapat berlanjut, menciptakan siklus yang sulit diputus tanpa intervensi yang efektif.
Bagaimana kita melawan bullying?
Kabar baiknya, bullying bisa dilawan, lho! Yuk, simak cara-cara efektif untuk melawan bullying!
Meningkatkan empati terhadap sesama