Mohon tunggu...
Melva Dian Nurani
Melva Dian Nurani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

kesuksesan adalah milik orang yang mau berusaha.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenapa Kesenjangan Sosial Makin Terlihat

23 Februari 2021   21:14 Diperbarui: 23 Februari 2021   21:31 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada suatu hari keluarga ayah saya yang kurang mampu ini mendapat telepon dari anggota keluarga yang tinggal di luar daerah. Pada saat itu abang dari keluarga ayah saya menawarkan kepada keluarga ayah saya yang kurang mampu itu untuk ikut tinggal bersamanya dan untuk membantu mengelola perkebunan kelapa sawit yang ia miliki serta ia menawarkan jika keluarga si  kurang mampu  tadi mau ikut tinggal bersamanya ia akan memberikan 1 hektare kebun kelapa sawit untuk keluarga si kurang mampu ini. 

Kemudian keluarga si kurang mampu tadi  memutuskan untuk menyetujui penawaran abangnya tersebut. Sehingga sejak 2009 keluarga kurang mampu  itu pindah dan ikut tinggal dengan abangnya tersebut. Kehidupannya pun, kini semakin lebih baik dibandingkan tinggal didesanya dulu bersama dengan orang yang angkuh dengan kekayaan yang ia miliki dan yang selalu membanding- bandingkan dirinya dengan keluarga kaya yang lain. Hingga saat ini keluarga kurang mampu ini sudah mulai memperbaiki kehidupannya agar bisa membuktikan bahwa dirinya bisa seperti mereka yang selalu mengasingkannya didalam keluarga tersebut. Sungguh miris fenomena kesenjangan sosial ini ternyata tidak hanya ada didalam masyarakat saja namun didalam lingkup sebuah keluarga besar juga dapat terjadi dan sangat nampak kesenjangan sosial tersebut.

Sejak keluarga si kurang mampu ini pindah ke sebuah daerah yang abangnya tinggal tersebut, mereka mulai merintis kehidupan pertama mereka setelah meninggalkan kehidupannya di daerah sebelumnya. Saat mereka pertama datang didaerah abangnya tersebut ia dan keluarga memutuskan tinggal disebuah rumah kontrakan kecil, sebab mereka merasa tidak enak dengan abang dan keluarga abangnya tersebut jika berlama- lama tinggal dirumah abangnya tersebut. Pada saat mereka pindah anak mereka saat ini sudah kelas 3 sekolah dasar. 

Maka pada saat mereka pindah tersebut mereka lansung mengurus surat pindah sekolah untuk anaknya, dan langsung mendaftarkan anaknya ke sekolah yang baru ditempat tinggal mereka yang baru saat ini. Namun pada saat sang ibu mendaftarkan anaknya disekolah yang baru dan ditempat tinggal baru mereka, ada sebuah hambatan yakni anak dari keluarga yang kurang mampu ini tidak diterima oleh pihak sekolah tersebut dengan alasan kuota sekolahnya sudah penuh.  

Jadi karena hal itu sang ibu dari keluarga orang miskin tadi beralih ke sebuah sekolah yayasan swasta dan berniat untuk mendaftarkan anaknya tersebut ke sekolah yayasan swasta itu. Ketika sudah sampai dan mencoba untuk mendaftarkan anaknya tersebut dengan penuh rasa syukur, akhirnya anaknya dapat diterima disekolah yayasan tersebut,. Saat itu anak keluarga si kurang mampu ini kini memasuki  kelas 3 di sekolah yayasan swasta tersebut.

Setelah itu suatu hari sang ayah dari keluarga kurang mampu ini mulai merintis pekerjaannya untuk mengelola perkebunan sawit milik abangnya tersebut. Tidak hanya itu sang ayah tersebut juga mencari pekerjaan sampingan yakni sebagai tukang cari pakan sapi. Pada saat itu hanya dengan gaji 400 ribu perbulan. Ayah dari keluarga kurang mampu ini hari demi hari banyak mempelajari tentang bagaimana cara pengolahan perkebunan kelapa sawit tersebut. Setelah beberapa bulan tinggal didaerah sang abang tersebut, keluarga kurang mampu ini sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan. 

Meski saat itu adalah masa- masa sulit bagi mereka karena mereka memulai kehidupan rumah tangganya dari nol kembali jadi banyak juga suka duka yang mereka alami. Beda halnya dengan keluarga yang tinggal didaerah sebelumnya, mereka selalu hidup enak dengan harta kekayaan yang mereka punya serta harta dari hasil sepeninggalan orang tua. Sedangkan sang keluarga kurang mampu ini tidak pernah diberi pekerjaan saat hidup disana, bahkan untuk makan saja mereka kesulitan.  Entah hal apa yang membuat mereka membedakan keluarga si kurang mampu ini, hingga akhirnya keluarga sing kurang mampu ini berusaha dengan jerih payahnya sendiri untuk memperbaiki kehidupannya.

Saat sudah tinggal didaerah abangnya, iapun masih belum merasakan kemudahan dalam mencari rezeki. Hingga pada saat sang anak yang masih bersekolah membutuhkan biaya untuk sekolah itupun terkadang sering terlambat membayar uang sekolahnya sebab sekolahnya saat itu adalah swasta. Pada saat sekolah sang anak dari keluarga si kurang mampu inipun tidak pernah membawa uang saku saat ke sekolah beda halnya dengan anak- anak keluarga yang lain, yang saat itu mereka bersekolah dengan membawa uang saku diatas 5000 rupiah pada saat itu uang 5000 rupiah sudah terbilang sangat besar untuk ukuran uang saku anak kelas 3 sekolah dasar.

Namun hal itu tidak dapat dirasakan oleh sang anak si kurang mampu ini. Begitupun dengan sang istri yang terkadang saat tiba tidak memiliki ketersediaan uang dan bahan pangan dirumahnya, iapun pergi kewarung sembako dan sayuran terdekat yang dekat dari rumahnya untuk berhutang, agar dapat memasakkan makanan untuk sang suami yang sedang susah mencari rezeki, dan untuk anak mereka. 

Nanti jika sudah menerima gaji dari hasil usaha suaminya hutang tersebut akan dibayar olehnya. Kehidupan mereka pun terus berjalan seperti itu selama lebih kurang  2 tahun. Tiba pada suatu saat setelah selama ini bekerja beberapa bulan dan mengelola perkebunan kelapa sawit sang abang, sang ayah dari keluarga si kurang mampu ini diberi gaji dan diberi satu hektare kebun kelapa sawit untuk  mereka sesuai janji yang mereka tawarkan seperti saat sebelum pindah kedaerah sang abang ini. 

Sejak saat itu keluarga si kurang mampu inipun dengan telaten merawat dan mengelola perkebunan kelapa sawit milik abang nya tersebut dan mengelola kebun kelapa sawit miliknya tersebut yang masih membutuhkan banyak perawatan agar tumbuh dengan subur agar dapat berbuah yang banyak serta menjadi kebun yang terawat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun