Mohon tunggu...
Melanius Oematan
Melanius Oematan Mohon Tunggu... Guru - Olahraga, sastra, musik, jurnalistik, video editor

Melton Oematan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna Pantang dan Puasa Menurut Gereja Katolik

1 Maret 2022   08:26 Diperbarui: 1 Maret 2022   08:29 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Halo Sahabat Katolik, 

Tak terasa kita akan kembali memasuki masa prapaskah. Dalam masa ini kita diminta untuk melakukan pantang dan puasa. Pantang dan puasa memang adalah dua kegiatan yang selalu mewarnai kehidupan umat katolik pada masa ini. Namun, sudah tahukah kalian   ajaran Gereja Katolik mengenai berpantang dan berpuasa dan makna pantang dan puasa menurut Gereja Katolik? Jika kamu belum mengetahuinya maka simaklah ulasan berikut ini.

Bagaimanakah berpuasa yang benar menurut ajaran Gereja Katolik?

Pertanyaan ini sering ditanyakan kepada saya ketika umat katolik bersiap memasuki masa prapaskah. Setiap kali umat katolik merayakan masa prapaskah, kebiasaan berpantang dan puasa memang selalu dilakukan. Namun, masih banyak orang katolik yang belum mengerti makna pantang dan puasa menurut Gereja Katolik. Padahal pemahaman yang benar tentang pantang dan puasa sangat penting bagi seorang katolik agar dapat menjalani puasa dan pantang dengan penuh iman.

PANTANG DAN PUASA MENURUT KITAB HUKUM KANONIK

Sebelum membahas tentang makna berpuasa dan berpantang yang benar menurut Gereja katolik, kita lihat beberapa ketentuan mengenai puasa dan pantang yang tertuang dalam  Kitab Hukum Gereja Katolik.

Pertama, Kanon 1249: Semua orang beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, dimana umat beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk doa, menjalankan karya kesalehan dan amal-kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang, menurut norma kanon-kanon berikut.

Kedua, Kanon 1250: Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.

Ketiga, Kanon 1251: Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan Konferensi para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan Kita Yesus Kristus.

Keempat, Kanon 1252: Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan orangtua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.

Kelima, Kanon 1253: Konferensi para Uskup dapat menentukan dengan lebih rinci pelaksanaan puasa dan pantang; dan juga dapat mengganti-kan seluruhnya atau sebagian wajib puasa dan pantang itu dengan bentuk-bentuk tobat lain, terutama dengan karya amal-kasih serta latihan-latihan rohani.

Selanjutnya, Para Uskup Se-Indonesia mengeluarkan ketentuan melalui Konferensi para Uskup Indonesia yakni:

Pertama, Hari Puasa dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Hari Pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama Masa Prapaska sampai dengan Jumat Agung.

Kedua, Yang wajib berpuasa ialah semua orang Katolik yang berusia 18 tahun sampai awal tahun ke-60. Yang wajib berpantang ialah semua orang Katolik yang berusia genap 14 tahun ke atas.

Ketiga, Puasa (dalam arti yuridis) berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang (dalam arti yuridis) berarti memilih pantang daging, atau ikan atau garam, atau jajan atau rokok. Bila dikehendaki masih bisa menambah sendiri puasa dan pantang secara pribadi, tanpa dibebani dengan dosa bila melanggarnya.

MAKNA BERPANTANG DAN BERPUASA MENURUT GEREJA KATOLIK

Setiap umat katolik bisa memaknai tindakan berpantang dan berpuasanya sesuai dengan pengalaman masing-masing. namun, alangkah lebih baik jika kita menyesuasikan makna berpantang dan berpuasa dengan makna berpantang dan berpuasa yang benar menurut Gereja Katolik.

Pertama, Pantang dan Puasa adalah Tanda Pertobatan. 

Pantang dan berpuasa tidak bisa disamakan dengan diet atau puasa makanan tertentu untuk membentuk fisik atau menghemat biaya hidup. Puasa dan pantang adalah simbol pertobatan. Berpantang dan berpuasa dilakukan dengan menyangkal diri demi membebaskan diri dari ketergantungan pada hal-hal duniawi yang membuat manusia berdosa. Bagi orang katolik,  berpantang dan berpuasa dilakukan sebagai silih atas dosa-dosa yang telah dilakukannya.

Kedua, Pantang dan Puasa sebagai Latihan Rohani untuk Bersatu dengan Kristus. 

Berpantang dan berpuasa adalah tindakan iman orang katolik untuk mendekatkan diri dengan Kristus. Sebagaimana Yesus yang telah mengorbankan diri-Nya untuk menebus dosa manusia, umat katolik melalui puasa dan pantang melakukan pengorbanan untuk membebaskan diri dari keterikan dengan hal duniawi serentak menyatukan pengorbanannya dengan pengorbanan Kristus. Puasa dan pantang adalah latihan rohani yang mendekatkan dirinya dengan Kristus.

Ketiga, Pantang dan Puasa adalah Kehendak Kristus.

Dengan pemahaman ini, umat katolik hendaknya memahami kegiatan puasa dan pantang sebagai kehendak Kristus. Kristus selalu ingin agar manusia dekat dengan-Nya dan memperoleh rahmat keselamatan. Hal ini berarti melalui pantang dan puasa Kristus ingin manusia terbebas dari hal-hal yang menjauhkannya dari diri-Nya. Puasa dan pantang harus dimaknai sebagai kehendak Kristus bukan keinginan pribadi. Maka dituntut kerendahan hati dari pihak manusia untuk menjalankan pantang dan puasa secara tekun dan taat.

Sebagai kehendak Kristus, puasa dan pantang hanya dapat berarti jika dilakukan dalam doa. Doa adalah daya yang menghidupkan dan menguatkan.Doa menghadirkan Kristus untuk menyatu dengan pengorbanan yang sedang dilakukan seseorang melalui kegiatan puasa dan pantang.

Keempat, Puasa dan Pantang berarti Lepas dari Kesenangan Duniawi. 

Kita bisa melakukan puasa dengan makan kenyang satu kali dalam sehari. Makan kenyang tidak sama artinya dengan makan sekenyang-kenyangnya. Makan kenyang tidak berarti makan untuk 'balas dendam' karena telah berpuasa.Makan kenyang yang dimaksud adalah makan seperti biasa karena puasa juga berarti melatih pengendalian diri dari kesenangan duniawi. Hal yang sama berlaku juga untuk kegiatan berpantang. Alangkah lebih baik selain berpantang daging, umat katolik juga melatih diri untuk berpantang dari kesenangan duniawi yang bisa merusak fisik dan jiwa, misalnya merokok bagi yang suka merokok, pantang menonton televisi, pantang bermain hp atau bermain game, dan sebagainya. Umat katolik bisa memadukan dua jenis pantang sekaligus yakni pantang daging dan pantang kesenangan duniawi yang mengikat.

Sahabat katolik, demikian penjelasan tentang makna puasa dan pantang menurut Gereja Katolik. Semoga bermanfaat dan selamat memasuki masa puasa!

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun